13 [MYG]

110 15 0
                                    

"Jika rumah adalah tempat dimana kau bisa menemukan kebahagiaan, lantas bagaimana jika rumah hanya memberimu rasa sakit?"

🌿🌿🌿

Aku tengah duduk sembari menatap layar televisi yang menayangkan sebuah acara variety show.

Ya, hanya menatap. Tanpa tahu apa yang tengah mereka tertawakan saat ini. Mataku melihat tapi pikiranku terbang jauh entah kemana.

Berkali-kali mataku melirik jam dinding yang terus bergerak tanpa henti, menunjukkan setiap angka yang ia lewati.

Pukul 11.45 KST.

Dan lelaki itu belum juga menampakkan batang hidungnya.

Ya Tuhan, dia kemana?

Aku mulai menggigit setiap kuku jemari tanganku, bergerak gelisah takut sesuatu tengah terjadi padanya.

Lelah terus menunggu dalam keadaan duduk, aku bangkit dan berjalan kesana kemari mencoba menenangkan sedikit perasaanku yang tidak tenang sejak tadi.
Kepalaku kembali mendongak menatap jam dinding.

Astaga, bahkan ini sudah pukul 2 pagi dan dia masih belum kembali?

Aku baru saja hendak kembali duduk ketika indera pendengarku menangkap suara langkah kaki tengah memasuki rumah. Dengan cepat aku melesat pergi menghampiri seseorang yang tengah membuka sepatunya.

"Kau darimana saja Yoong?" Tanyaku khawatir.

"Bukan urusanmu." Jawabnya dingin sembari melangkah melewatiku begitu saja.

Aku sedikit bernafas lega saat mendapati dirinya yang masih utuh tanpa cela sedikitpun.

Aku tahu, ia membenciku. Aku tidak sebodoh itu untuk berpura-pura tidak mengetahui bahwa ia tidak menyukaiku. Aku tahu, tentu saja.
Tapi bagaimanapun juga aku istrinya. Walaupun kami dinikahkan secara paksa oleh kedua orangtua kami dengan alih-alih perjodohan.

Meski harus ku akui, aku memang menyimpan rasa padanya, tapi hal itu tidak menjamin bahwa kau akan bahagia ketika kau sudah bisa hidup bersama seseorang yang bahkan tidak bisa membalas perasaanmu.

Rasanya benar-benar menyesakkan. Bahkan mungkin bisa membuatmu memutuskan untuk mengakhiri hidupmu saat itu juga.

"Setidaknya beri aku kabar jika kau pulang telat Yoong. Aku menunggumu sejak tadi." Ucapku saat aku melangkah mengikutinya dari belakang menuju kamar kami berdua.

"Aku tidak pernah memintamu untuk menungguku pulang. Kau bukan siapa-siapaku selain hanya orang asing yang menyandang status sebagai istri dari Min Yoongi. Dan aku tidak pernah mengakui hal itu..."

"Kecuali didepan kedua orangtua kita." Aku menghentikan langkah kakiku ketika mendengar kalimat yang menyayat hati itu meluncur mulus begitu saja melalui bibir tipis nan rupawan pria itu.

"Ah begitu..." ucapku pelan.
"Sepertinya aku terlalu banyak berharap..." aku menjeda sejenak. Kedua tanganku saling menaut, meremas satu sama lain mencoba untuk menahan lesakan airmata yang sudah siap untuk terjun bebas ke lantai.

"Aku pikir, kau akan mencoba menerimaku jika aku sedikit bertahan lebih lama lagi..."
"Tapi ternyata aku salah." Aku tersenyum miris saat airmataku berhasil menetes dan jatuh membentur lantai keramik yang dingin dibawah sana.

Aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan. Mencoba mengatur kembali emosiku untuk lebih stabil.

"Ku rasa, masa berlaku untukku bertahan telah habis..." aku mendongak dan menatap punggung lelaki itu yang masih betah membelakangiku.

"Sebelum aku pergi, ada satu hal yang ingin ku tanyakan padamu Yoong..."
Aku kembali menarik nafas dalam.
"Jika rumah adalah tempat dimana kau bisa menemukan kebahagiaan, lantas bagaimana jika rumah hanya memberimu rasa sakit?"

~fin~

Note:
Sebenernya ini nanggung banget buat ditamatin tau gak 😂
Soalnya pas ngetik ini otak lagi lancar-lancarnya, dan ternyata udah mentok di 493 kata /yaelaah/ 😂

Tapi yaudah biarin aja, kita tamatin sampe disini aja, ntar di lanjut tapi mungkin di part lain...

Mohon di maklumi, masih penulis kacangan yang baru netes, dan netesnya pun gegara ketiban pantat yoongi yang abis jatuh dari kursi bekas Namjoon, jadi lahirlah saya 😂😂

Udah ah, sampai sini aja, gak usah panjang-panjang 😆

Yang udah vote sama komen, saya ucapkan terima kasih banyak atas apresiasi kalian, Tuhan akan membalas semua kebaikan kalian dengan hal yang benar-benar luar biasa...

Terima kasih,
Salam
-eus-

25 Days Of Flash Fiction : 7 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang