"Aku merasa lelah, tetapi seharian ini aku tidak melakukan apa pun."
🌿🌿🌿
Aku menggeliat diatas kasurku. Merentangkan kedua tangan diatas kepala sembari menggeram tertahan di tenggorokan.
Hampir seharian aku berada diatas kasur ku tanpa ada niat untuk bangkit meninggalkan zona ternyamanku.
Diluar cuaca sedang mendukungku untuk terus berada di dalam dekapan selimut tebal hangatku. Salju sedang turun dengan lebatnya sejak pagi tadi. Mungkin sekarang sudah menumpuk menutup sebagian besar permukaan bumi.
Pintu kamar ku terbuka perlahan menampilkan sosok lelaki yang hampir sebulan ini tidak menampakkan batang hidungnya. Padahal kami sudah tinggal seatap selama hampir 1 tahun. Tetapi aku sudah tidak begitu terkejut dengan kebiasaannya yang sering meninggalkan rumah hampir berbulan-bulan.
Park Jimin.
Nama lelaki ku yang notabenenya adalah suami sah ku. Tetapi terkadang aku meragukannya, apa benar ia suami ku? Ia seperti orang lain jika berada disekitarku.
"Apa yang kau lakukan? Ini bahkan sudah hampir senja dan kau masih didalam selimut?" Tanyanya ketika ia sudah memposisikan dirinya di samping kiriku.
Aku tersenyum masam.
"Entahlah. Aku merasa lelah, tetapi seharian ini aku tidak melakukan apa pun." Jawabku sembari memperbaiki letak selimutku."Aku tidak tahu jika kau akan pulang hari ini." Ucapku ketika keheningan hampir menyentuh kami berdua.
"Ada barang yang ingin ku ambil di ruang kerja." Aku tersenyum masam.
Ah, hanya karena barang... kau terlalu banyak berharap Hyerim...
"Ku kira kau sudah tidak tahu jalan pulang." Sahutku dingin sembari bangkit keluar dari zona nyamanku.
Aku berjalan keluar meninggalkan kamarku menuju area dapur. Perutku meronta minta di isi sesuatu. Aku baru ingat jika aku belum ada menyentuh makanan seharian ini karena aku terlalu malas untuk meninggalkan selimutku.
Aku meraih plastik yang berisi roti tawar. Mengolesinya dengan selai cokelat dan mulai menggigitnya. Dapat ku lihat dari ekor mataku Jimin tengah berjalan menghampiri ku.
"Aku tahu apa yang kau lakukan di belakang ku Hyerim." Ucapnya. Aku tahu kemana arah pembicaraan ini. Aku bergerak mendudukkan diriku diatas kursi sambil terus mengunyah roti ku.
Aku tersenyum sinis tanpa menatapnya sama sekali.
"Kau pikir hanya aku yang berdosa disini, hm?" Aku menatapnya dengan smirk menghiasi wajahku."Kau pikir aku juga tidak tahu apa yang kau lakukan diluar sana?" Aku menarik nafas dalam sebelum menghembuskannya dengan kasar.
"AKU BAHKAN LEBIH DULU TAHU APA YANG TENGAH KAU LAKUKAN DENGAN YOORIN SI PELACUR KEPARAT ITU JIM!!!" teriakku yang tanpa ku sadari juga telah melempar roti yang ada di tanganku.
Nafasku tersengal menahan emosi yang selama ini terus ku pendam. Mencoba menahan sakit sendiri tanpa ada yang mengetahuinya. Jimin sekalipun.
"Aku melakukan hal yang sama denganmu bukan tanpa alasan, Jim." Suaraku melemah bersamaan dengan mengalirnya airmata dari kedua mataku.
"Aku tidak akan selingkuh dengan Namjoon jika saja kau memperlakukanku seperti layaknya seorang istri, brengsek!!!"
"Kau bahkan lebih memilih untuk membagi selimutmu dengan pelacur keparat itu dibandingkan dengan diriku Jim."
"Dan aku benci dengan fakta itu!"
~fin~
![](https://img.wattpad.com/cover/132788700-288-k489388.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
25 Days Of Flash Fiction : 7 ✔
RandomSetiap manusia memiliki kisahnya masing-masing. Layaknya sebuah diary yang menampung setiap cerita dari sang empunya disetiap harinya. (Challenge: 25 Days Of Flash Fiction) Start: 24 Desember 2017 End : 18 Januari 2018 Highest rank: 27052019 #1 25d...