Chapter 17 : Sebuah Kenyataan

54 11 8
                                    

2 tahun kemudian di dalam kerajaan Eijinoma...

"Bagaimana dengan hasil perangnya?" Tanya seorang lelaki yang sedang duduk di kursi besarnya dengan mahkota keemasan dikepalanya dan perban hampir di sekujir tubuhnya.

"Kerajaan kalah telak. Wilayah pedesaan yang dekat dengan perbatasan telah diambil alih. Hampir dari seluruh pasukan gugur dalam perang, rajaku," Jelas seseorang yang sedang berlutut di hadapan seseorang yang disebut raja itu sambil menyampaikan laporannya.

"Uraikan pasukan yang gugur," Perintahnya.

"Senagian besar berasal dari prajurit pemula dan sebagiannya lagi dari prajurit veteran. Dan yang terakhir..."
Orang itu masih tampak ragu untuk melanjutkan perkatannya.

"Dan yang terakhir...pangeran pertama Eijinoma, Rizkiya Heron."

"Rizkiya, anakku. Kau sudah berjuang cukup keras. Beristirahatlah disana dengan tenang," Ucap si raja sambil menghembuskan nafas lelah. Air mata nampak mulai menggenang di kelopak matanya.

***

Alice Ercilia Point of View

Tubuh Alic-aku yang kini masih terbaring di dalam sebuah tenda-apa aku salah menyebutnya tenda? Maksudku, lihat bangunan ini. Ini terlalu sederhana untuk disebut 'tenda'. Sebuah bangunan kecil yang terbuat dari rimbunnya dedaunan dan kayu yang dibuat sedemikian rupa, mari kita menyebutnya sebagai 'tenda sederhana'.

Kita kesampingkan dahulu masalah tenda itu. Nyatanya memanggil diriku sendiri dengan sebutan "aku" atau "saya" sesuai dengan yang diminta Rizkiya sangat menyusahkan. Aku ingin kembali memanggil diriku sendiri dengan namaku. Tapi, Rizkiya bilang hal itulah yang menyebabkan orang lain menganggapku anak kecil. Kalau begitu aku akan lebih berusaha!

Di hutan ini, sangat sulit untuk mengenali pagi atau siang. Cahaya matahari yang masuk terhalangi oleh rimbunnya dedaunan pohon-pohon disini. Tapi karena aku mungkin sudah terbiasa tinggal disini, aku selalu bangun saat pagi atau mungkin subuh.

Perlahan kupaksakan tubuhku untuk bergerak menuju luar tenda sederhana ini. Perlahan ku melihat sinar cahaya pagi yang berhasil masuk walaupun terhalang oleh rimbunnya dedaunan pohon.

"Huaahm, sudah pagi ya?" Gumamku sambil menguap.

Aku segera pergi ke sungai dekat sini dan mandi. Aku sengaja untuk membuat jadwal mandi pagiku sepagi ini, karena aku tidak ingin ada orang yang masuk ke hutan disaat aku sedang mandi. Tentang hewan-hewan di hutan ini? Ayolah, aku sudah hampir hidup selama dua setengah tahun disini dan mereka sudah mulai akrab denganku.

Selain itu, aku sudah cukup lama memperhatikan. Di dunia ini, tak ada ras lain selain manusia. Berbeda dengan duniaku yang diisi dengan berbagai macam ras, dunia hanya mempunyai satu ras, manusia.

Sekali lagi, akan kuperkenalkan diriku sendiri. Namaku adalah Alice Ercilia,  seorang gadis yang kini sedang tersesat di dalam dunia yang tidak dikenalnya. Yah, mungkin keseharianku sangat aneh bagi kalian. Untuk sementara (yang kini sudah hampir mencapai waktu tahunan) aku tinggal di sebuah hutan lebat ini.

Semua yang ku khawatirkan sudah sirna, tapi masih ada satu lagi yang membuatku khawatir. Pasalnya ini sudah 2 tahun (jika dihitung dengan putaran waktu manusia di dunia ini). Kalian tahu kan? Perputaran waktu dalam dunia asliku dengan dunia ini sangat berbeda jauh. Maksudku, aku sudah cukup lelah menunggu. Jika di dunia ini sudah berjalan 2 tahun, maka bagiku kemungkinan waktu berjalan baru setahun. Jadi maksudku sudah setahun anak lelaki itu-maksudku Rizkiya tidak lagi mengunjungiku

Itu bukanlah bagian yang membuatku cemas. Yang membuatku cemas adalah sebelum kami menghadapi keadaan seperti ini, dia mengatakan sesuatu yang sangat aneh dan sulit untuk kupercaya.

The Wolf & Prince - Tale of Two World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang