Chapter 14 : Perasaan yang Rapuh

61 16 3
                                    

Rizkiya tampak sedang memandangi jendela ruangannya yang tampak berembun. Ia lihat rintik hujan diluar sudah semakin mereda dan segera saja ia ambil sebuah tudung yang tampak tergantung di dinding polos berwarna putih kamarnya sambil sejenak menatap keluar jendela.

Ia alihkan pandangannya ke arah pintu masuk ruangannya dan tanpa pikir panjang ia keluar melalui pintu itu dengan ragu-ragu ia buka pintu utama menuju ke dunia luar.

Dengan agak berlari, Rizkiya berusaha untuk meminimalisir air hujan yang membasahi tubuhnya. Ia lihat tempat tujuan yang kini ia tuju sudah terlihat. Sebuah hutan rimbun yang amat subur. Ia teriakkan sebuah nama tepat setelah sampai disana.

"Alice!!"

Berkali kali ia ucapkan nama itu, namun sama sekali tidak ada jawaban. Entah itu karena suaranya yang terlalu kecil hingga tertutup dengan suara hujan yang kian makin deras itu atau penghuni hutan yang dipanggil namanya itu lebih memilih untuk mengabaikannya.

"Alice!"

Rizkiya berniat untuk mengusir jauh-jauh semua pikiran negatifnya dan berusaha untuk berpikir positif. Tubuhnya kini kian basah, segera saja rasa menggigil merayap ke tubuhnya. Panggilannya kini makin melemah, suaranya makin habis namun tak ada seorangpun yang menjawab panggilan itu.

"Ali..ce....!"

Rizkiya lelah dan menyerah. Ia letakkan bungkusan plastik yang ia bawa di dekat sebuah pohon, dan ia pun kembali ke tempat tinggalnya sendiri. Berharap akan ada suara yang menjawab panggilannya tadi di esok hari.

Ini sudah hari kedua belas Alice tidak lagi memunculkan diri di hutan ketika Rizkiya datang, sejak kejadian itu. Kejadian yang dapat mengancam nyawa mereka, dan Alice menyelamatkan Rizkiya di saat yang tepat. Namun tepat setelah itu, dia bersikap aneh.

Entah kenapa, semakin hari masalah ini makin membuat Rizkiya penasaran. Saat itu memang ia telah melihat sesuatu yang berbeda dari Alice, tepat disaat hari dimana untuk pertama kalinya tudung yang menutupi kepalanya terbuka.

Raut wajah terkejut tak dapat Rizkiya sembunyikan di kala itu, dikala gadis itu membunuh seorang bandit dengan kuku yang mendadak menjadi tajamnya.

Ia pun tak dapat berkata apapun dan gagal untuk mencegah perubahan sikapnya yang sangat drastis ini. Sejak saat itu, Alice terus mengurung dirinya sendiri di dalam hutan yang menyeramkan itu.

Namun Rizkiya tak putus asa begitu saja. Ia berusaha untuk terus mengunjunginya terus disaat pagi hari, berharap Alice menjawab salah satu panggilannya dari sekian banyak panggilan yang Rizkiya suarakan kepadanya.

Selain kata-katanya, ada juga yang membuat Rizkiya penasaran. Yaitu, wujudnya. Alice memiliki sepasang telinga hewan di kepalanya yang ia yakini adalah telinga serigala dan kukunya. Ia  Apa wujudnya itu sudah terbentuk dari lahir atau jangan-jangan...

Rizkiya segera berlari ke perpustakaan guna memastikan sesuatu. Kini ia sudah berada di depan pintu megah pembatas antara dunia luar dengan ruangan yang didalamnya banyak terdapat buku.

Ya, ia sangat jarang masuk ke ruang perpustakaan. Ia lebih suka melakukan aktivitas fisik daripada membaca.

"Seingatku ada disini," Gumam Rizkiya sambil mencari-cari suatu buku yang kini sedang ia cari.

The Wolf & Prince - Tale of Two World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang