Chapter 4 : Pencegahan

146 18 1
                                    

"Ya, mereka adalah Kegelapan. Makhluk yang tak bisa dilukai, tapi bisa melukai. Bahkan aku ragu memanggil mereka ‘makhluk’," Ucap Aletha serius.

"Lalu, apa yang akan kita lakukan sekarang?" Tanya Rizkiya ngeri sambil melihat kebawah dimana makhluk-makhluk itu berkerumun menunggu turun mangsanya itu.

"Untuk saat ini kita tak bisa mengalahkannya. Tapi, mereka tak akan bisa keluar dari hutan selama siang hari," Jawab Aletha setelah selesai menganalisa keadaan.

"Aletha, pertama ayo kita pergi ke alun-alun desa ini dulu," Ajak Rizkiya.

"Aku tidak tahu apa yang akan kau lakukan disana, tapi baiklah," Jawab Aletha singkat.

Tiba-tiba tubuh Rizkiya serasa dikendalikan. Tubuhnya tak bisa dikendalikan atas kehendaknya. Menyadari hal itu, Dia lalu menatap gadis di depannya dengan curiga.

"Kemampuan berpindah tempat yang kugunakan terbatas. Jadi, aku harus menyimpannya untuk hal yang lebih penting kan?" Ujar Aletha seakan-akan mengerti arti tatapan yang diberikan Rizkiya kepadanya.

"Kau hanya harus bertahan."

Setelah mengatakan itu, Aletha menerbangkan Rizkiya dengan cepat ke arah keluar hutan. Dan dia mendarat di depan hutan dengan menambah sedikit lukanya.

"Ayo pergi!" Ajak Aletha yang tiba-tiba muncul di belakang Rizkiya.

Dan mereka pergi ke rumah kepala desa. Tapi sebelum itu, Rizkiya membersihkan seluruh darah yang ada di tubuhnya. Setelah pakaian Rizkiya benar-benar bersih dari darah, baru mereka menuju ke rumah kepala desa.

Begitu melihat wajah Rizkiya, sang pemilik rumah langsung terkejut. Rizkiya pernah beberapa kali datang ke desa ini dengan beberapa alasan. Tentu saja hampir seluruh penduduk desa ini mengenalnya dan tahu kedudukan yang dimilikinya. Setelah itu, mereka bertiga pun mulai membicarakan masalah itu.

"Tapi, apa tidak apa-apa putri Aletha juga datang kesini?" Tanya kepala desa cemas melihat Aletha tengah bersandar di pintu masuk rumahnya itu.

“Memang kenapa? Apa kau keberatan dengan keberadaan putri tunggal kerajaan tetanggamu disini?”
Kepala desa yang mendengar jawaban Aletha menjadi salah tingkah.

“Bu-bukan itu maksud saya, tapi...”

"Tidak apa-apa. Kerajaan sedang sibuk, mereka tidak akan mencariku," Jawab Aletha santai sambil menyender di pintu dengan melipat kedua tangannya di dada. Bapak kepala desa yang mendengar itu menjadi lega.

Dan kepala desa setuju dengan rencana Rizkiya. Dia berencana untuk melakukan pengarahan kepada seluruh warga desa mengenai makhluk kegelapan yang bersembunyi di dalam hutan yang gelap.

Untuk itu, dia meminta kepala desa untuk mengumpulkan seluruh warga desa di alun-alun desa. Dalam acara itu, Rizkiya sendiri yang menjelaskan tentang makhluk kegelapan yang tinggal di dalam hutan.

Dia juga menyarankan para warga desa untuk tidak keluar dari rumah pada saat malam hari dan menyalakan lampu saat tidur karena makhluk itu tidak bisa menyerang jika ada cahaya di sekitarnya.

Acara pun selesai, Rizkiya telah menyampaikan semua yang ia anggap penting tentang makhluk itu dan menemui Aletha yang tengah bersandar pada batang pohon yang sedari tadi menonton dirinya yang masih berpidato tentang hal itu.

"Haah, sungguh melelahkan," Ujar Rizkiya sambil merenggangkan tangannya dalam jalannya ke arah Aletha.

"Kau sungguh tidak berguna ya, Rizkiya," Ucap Aletha menatap Rizkiya sambil bersandar di batang pohon dalam posisi berdiri dan melipat kedua tangannya di dada.

Rizkiya balik menatap Aletha dengan bingung karena perkatannya. Tidak, dia tidak sakit hati. Rizkiya telah terbiasa dengan seluruh sikap Aletha. Dia hanya bingung karena Aletha mengatakan hal itu setelah ia melakukan sesuatu yang ia anggap benar.

"Kau bisa saja menyuruh salah satu prajurit kerajaan untuk menyampaikan hal itu atas namamu kan? Apa kau tidak terpikir tentang hal kecil seperti itu?"

"Sebenarnya aku ingin melakukan itu juga. Tapi, kurasa kalau menyampaikannya langsung dari diriku akan lebih meyakinkan."

Aletha mulai mengubah posisinya menjadi berdiri membelakangi Rizkiya.

“Apa kau akan baik-baik saja?” Tanya Aletha yang dari suaranya, ia terlihat khawatir.

“Maksudmu luka-luka ini? Tenang saja, ini akan segera sembuh dalam beberapa hari. Aku yakin itu.”

Keadaan sempat berubah menjadi hening hingga akhirnya Aletha mulai membuka percakapan kembali.

"Terserah padamu. Sekarang apa yang akan kita lakukan?" Tanya Aletha sambil mengubah posisinya menjadi berdiri tegak. Dia menyiapkan kemampuan berpindah tempatnya untuk berjaga-jaga.

"Untuk sekarang, ayo kita kembali ke desa dimana Noel berada."

Dan Aletha segera memegang tangan Rizkiya. Tak lama, tubuh mereka dikelilingi cahaya putih dan menghilang.

Aletha Iliana Lycoris, dia bukanlah gadis biasa. Selain memegang kedudukannya sebagai putri tunggal kerajaan Eishiyoko, yang tidak lain adalah kerajaan tetangga Eijinoma, dia mempunyai suatu rahasia besar yang tak mungkin dia ceritakan pada orang lain.

Kenyataan bahwa dia adalah seorang esper atau pemilik kemampuan khusus memang tak bisa dipungkiri. Memang pada awalnya agak sulit bagi Aletha untuk bergaul dengan ras Manusia.

Namun, lama kelamaan ia mulai terbiasa. Hingga kini, hanya sedikit orang yang tahu kalau ia bukan berasal dari ras Manusia. Untuk saat ini, dia memiliki beberapa kemampuan yang dapat ia gunakan dalam dirinya.

Tak lama, mereka berdua sampai di tempat tujuan dengan selamat.

"Sampai sini saja, aku akan kembali ke kerajaan sebelum mereka kembali mencariku," Ujar Aletha melepaskan tangan Rizkiya dan mulai mengaktifkan kemampuan teleportasinya.

"Aletha?" Panggil Rizkiya sebelum dia pergi. "Terima kasih sudah menolongku."

"Bicara apa kau? Aku tidak berniat menolongmu. Aku hanya kebetulan lewat saja," Balas Aletha sambil memalingkan wajahnya ke arah lain. Perlahan tubuhnya ditelan cahaya putih.

Rizkiya hanya meresponnya dengan senyuman sambil memperhatikan Aletha yang perlahan mulai ditelan cahaya putih.

"Dan juga, cepat sembuhkan lukamu itu! Kau terlihat payah dengan semua luka itu! Bu-bukan berarti aku peduli ya! Hanya saja itu akan menggangguku!"

“Haha, tentu saja,” Jawab Rizkiya sambil memalingkan pandangannya ke arah lain.

“Sa-sama-sama.”

Rizkiya secara otomatis menoleh ke sumber suara. Tapi, Aletha telah berteleportasi ke tempat lain. Tadi Aletha mengucapkan "sama-sama" pada Rizkiya. Itu adalah hal yang sangat jarang dilakukan oleh Aletha.

"Sepertinya dia telah berkembang," Gumam Rizkiya sambil memandangi hutan di dekatnya.

(Bersambung...)

--#####--

★chapter 4 update!★

°•°•°•°

Trivia :

- Ras Esper sangat mirip dengan manusia dalam segi fisik. Tidak ada perbedaan satu pun dalam penampilan luar mereka. Bahkan, ras Esper sering di salah artikan sebagai ras manusia. Yang membedakan mereka adalah dalam segi spiritual. Esper dapat mengendalikan berbagai macam kekuatan super.

Kekuatan esper sendiri memiliki penjelasan logis dan masuk akal di baliknya. Namun, karena di jaman Aletha ini pengetahuan masih sangat minim, kekuatan-kekuatan esper tidak akan di jelaskan secara detail. Jika ingin lebih tahu mengenai Esper, ESP, dan yang lainnya, kalian bisa menemukannya di cerita tentang Esper yang akan segera ku publish di wattpad. Contoh kekuatan esper seperti Telekinesis, Pyrokinesis, Psychometry, Telepathy, Electrokinesis dan masih banyak lagi.

°•°•°•°

☞sampai jumpa di chapter selanjutnya!☜

The Wolf & Prince - Tale of Two World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang