Chapter 10 : Dinding Ber-cat Merah

72 16 2
                                    

"Tapi bagaimana jika dia tidak bisa mengendalikan kekuatannya? Ditambah dengan hubungan kerajaan kita dengan kerajaan tetangga sedang tidak baik."

"Pokoknya cepat masuk! Dan mulailah belajar untuk menjadi pangeran yang baik dari sekarang!"

Perdebatan itu berakhir dengan kemenangan di pihak orang tuanya, sedangkan Rizkiya hanya bisa menuruti keinginan ibunya untuk belajar lebih giat. Kembali menjalani rutinitas sehari seharinya yang membosankan.

Ia tidak pernah bisa bertemu dengan anak seumurannya di dalam kerajaan. Saat rasa kesepian dalam dirinya mulai bertambah kuat, makin sering pula ia kabur dari kerajaan. Di kerajaan, tak ada yang spesial satupun baginya. Semuanya tampak monoton dalam penglihatannya.

Walaupun di istana ia sering memakan makanan lezat, banyak permainan, dan semua yang bisa memenuhi kebutuhannya, namun ia tak merasa bahagia akan itu semua.

Tak ada satupun orang yang bisa ia ajak untuk mengobrol maupun bermain. Orang tuanya selalu sibuk dan hampir tidak memperdulikan dirinya. Sedangkan adiknya yang masih kecil tak mungkin di ajak bermain dan Noel yang selalu sibuk dengan urusan kerajaan.

Walaupun rasa kesepian dalam dirinya mulai menumpuk, namun setelah mendengar kabar bahwa besok gerbang kerajaan akan dibuka untuk umum, setidaknya itu membuatnya sedikit senang. Ia menganggap bahwa terbukanya gerbang kerajaan bagi umum adalah hal yang spesial. Walaupun hanya menyapa rakyat dari lantai atas kerajaan, namun itu juga sudah termasuk hal yang membahagiakan baginya.

Di tambah orang tuanya mengijinkannya untuk berkeliling istana sebelum dan setelah ia beserta ayahnya menyapa rakyat yang ada di halaman depan istana, dengan syarat ia harus berpakaian sebagai orang lain.

Sebelumnya orang tuanya telah memberitahunya bahwa khusus untuk besok, kerajaan mengundang berbagai pedagang. Mulai dari makanan hingga pernak-pernik, yang makin membuat kunjungan rakyat ke halaman kerajaan makin mirip dengan festival.

Rizkiya makin tidak sabar untuk menunggu datangnya hari esok, dan mulai membayangkannya hingga tertidur lelah setelah memikirkannya.



Hari esok yang di tunggu tunggu telah tiba. Rizkiya melihat ratusan rakyat mulai masuk ke dalam kerajaan secara teratur setelah gerbang dibuka. Sesuai yang dikatakan orang tuanya, tak lama halaman istana yang di penuhi oleh pengunjung dan  pedagang, mulai membuat suasana disana makin mirip dengan festival.

Rizkiya dengan mengenakan sebuah kemeja berwarna biru yang serasi dengan warna celananya, pergi keluar dan mulai mengelilingi halaman istana. Di sana ia menemukan banyak anak laki-laki yang seumuran dengannya, dan berbagai pertunjukkan yang makin memeriahkan hari itu.

Setelah Rizkiya dan ayahnya menyapa rakyat dari lantai atas kerajaan, dia dengan gembira kembali ke kamarnya dan menunggu sampai acara selesai dan gerbang di tutup kembali.

Matahari mulai berubah warnanya menjadi oranye. Halaman depan kerajaan mulai sepi di tinggalkan rakyat. Melihat itu, Rizkiya tidak mungkin meninggalkan kesempatan emas tersebut.

Dengan pakaian yang di pakainya saat sebelum menyapa rakyat, tapi kali ini menambahkan sebuah jubah berwarna putih polos. Ia diam-diam bergabung dengan rakyat yang berbaris keluar istana, walaupun ia sudah tahu resikonya.

Tapi ia tetap pergi keluar. Beberapa penjaga istana yang menyadari keberadaan Rizkiya, segera menyusulnya dengan kuda mereka. Rizkiya sendiri yang merasa di kejar, mempercepat larinya, melewati keramaian pasar hingga ia sampai di sebuah dinding bercat merah.

Dinding itu adalah pembatas antara pasar yang menjual makanan dan minuman dengan pasar yang menjual pernak pernik hingga senjata. Melihat dinding yang ia rasa tidak terlalu tinggi itu, Rizkiya mulai memanjatnya secara perlahan, tetapi pasti.

The Wolf & Prince - Tale of Two World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang