"Aku baik-baik saja. Mungkin aku bisa membantumu disana," Ucap Alice meyakinkan Rizkiya.
"Baiklah."
Dan kini mereka berada di sini, sebuah lorong yang sangat panjang. Alex berada di depan, sedangkan Alice mengekorinya. Alex yang akan menuntun Alice untuk menuju ruangan pribadi milik Rizkiya Heron.
"Maaf ya, Ercilia. Ruanganku dengan ruangan kakakku memang agak jauh."
"Tidak apa-apa."
Setelah perjalanan panjang itu, akhirnya Alex berhenti tepat di depan sebuah pintu normal sama seperti yang lainnya.
"Ini, kamar Rizkiya?"
"Ya."
Dan mereka berdua masuk ke dalam ruangan itu, semua tampak normal. Tempat tidur terletak di dekat jendela, sebuah satu set meja belajar dan beberapa lemari. Alice tidak menyangka akan seperti ini pemandangannya. Ia menyangka ruangan Rizkiya jauh lebih berantakan dari ini.
Sudah satu tahun lamanya sejak Rizkiya meninggal. Satu tahun itu adalah waktu berdasarkan dunia tempat tinggal Alice yang berarti di dunia ini sudah mencapai dua kali lipatnya, dua tahun.
"Kau sedang apa, Alex?" Tanya Alice penasaran ketika melihatnya sibuk membongkar semua barang di ruangan Rizkiya.
"Sedang mencari sesuatu yang mungkin akan berguna untuk masalahmu," Ucapnya tanpa mengubah arah pandangnya pada lemari kayu itu.
Dan Alice kembali berkeliling di dalam ruangan itu, hingga ia melihat sesuatu yang menarik perhatiannya.
"Alex, kalau yang ini apa?" Tanya Alice pada Alex ketika melihat sebuah peti besar berwarna coklat di dekat dinding.
"Oh, itu. Sebuah peti milik kakakku," Jawab Alex sambil berjalan menuju sebuah rak meja belajar di dekat jendela.
"Jika kau berniat membukanya, menyerahlah. Aku sudah berusaha selama dua tahun untuk membukanya," Ucap Alex lagi memperingatkan Alice tanpa menoleh ke arah gadis itu.
Alice terdiam ketika mendengar ucapan Alex. ‘Kenapa dia bisa tahu kalau aku berniat membukanya?’ – itu yang ada di dalam pikiran Alice saat ini.
"Kenapa tidak meminta bantuan ayahmu? Dia pasti bisa membukanya," Tanya Alice pada Alex sambil berputar-putar mengelilingi peti itu, berharap menemukan sesuatu yang mungkin menjadi petunjuk untuk membuka peti yang menarik perhatiannya itu.
"Tidak bisa, bagaimanapun juga ini adalah barang milik kakak," Ucap Alex lagi-lagi tanpa menoleh ke arah Alice. Dia masih tampak sibuk dengan barang-barang besar yang mungkin bisa ia bongkar.
Alice terus memandangi peti besar itu. Entah kenapa, rasanya ia pernah melihat peti ini. Tapi, ia sama sekali tidak bisa mengingatnya. Setelah itu, Alice melihat ada sebuah lubang kunci di tengah peti itu.
Entah apa yang mempengaruhinya, tiba-tiba tangan Alice secara otomatis merogoh saku pakaiannya sendiri. Awalnya Alice mengira kalau itu adalah kebetulan, sampai akhirnya ia menemukan sesuatu yang mengganjal di saku yang ia rogoh.
Sebuah kunci perak dengan ukiran aneh di tubuhnya. Seingat Alice, ia tidak pernah menyimpan benda di saku pakaiannya. Dan pandangannya kini kembali kepada peti. Karena penasaran, Alice memasukkan kunci yang tengah ia pegang ke dalam lubang itu.
Kebetulan yang sangat mengejutkan. Kunci yang dimasukkan Alice ke dalam lubang kunci itu bisa masuk dan membuka peti. Tinggal memutarnya ke kiri, dan peti misteri itu segera terbuka.
"Alex, bolehkah aku membuka peti ini?" Tanya Alice pada Alex untuk meminta izin.
"Silahkan saja," Jawab Alex.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wolf & Prince - Tale of Two World [END]
Fantasy------------------ Dunia yang tak pernah ku inginkan. Dunia yang bahkan tak pernah ku ketahui. Bukan ini yang sebenarnya kuinginkan. Aku ingin pulang. Bagaimana keadaannya disana? Apa mereka masih melakukan hal-hal seperti itu padanya? Andaikan ak...