Epilog (?)

13 2 0
                                    

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Kita tidak mungkin bisa bersama dengan orang yang kita sayangi selamanya.  Dan setiap kisah pasti memiliki ending. Dan hal itu tidak bisa disamakan dengan kisah-kisah lainnya. Namun, apa yang terjadi jika kalian menemukan suatu cerita tanpa ending? Apa menurut kalian menarik?

Gadis itu kembali membuka matanya. Ia hanya bisa terperangah dengan apa yang ditatapnya. Atap yang sangat ia kenal. Takdir tengah mempermainkannya. Kini, ia menyadari kalau kini ia tengah berada pada sebuah ruangan. Ruangan yang sangat ia kenal. Berkali-kali mengusap mata tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

*Krieet

Pintu tua di dekatnya mulai terbuka perlahan. Memperlihatkan perempuan separuh baya di baliknya. Si gadis bangkit tidak percaya. Matanya mulai berkaca-kaca. Seseorang yang sangat ia rindukan. Seseorang yang menjadi alasannya bertualang. Seseorang yang menjadi alasannya hidup di dunia manapun, kini berada di hadapannya.

“Ibu!”

Tak sungkan-sungkan, gadis itu berlari ke arah wanita paruh baya itu dan memeluknya sambil berlinang air mata.

“Alice!” Walaupun agak terkejut, wanita itu membalas pelukan si gadis.

Mereka berdua kembali dipertemukan. Setelah banyak melewati banyak rintangan. Tekad yang kuat, usaha serta do’a telah membuat dua insan yang telah lama terpisah kembali bersatu. Si gadis mulai tenang. Wajah bahagianya tak kunjung pudar menatap wajah di depannya.

“Kenapa aku bisa disini?” Tanya Alice dengan polos.

“Ibu menemukanmu terbaring di dekat jurang. Ibu juga bersyukur saat itu tidak ada orang yang melihat ibu menemukanmu.”

“Ibu sangat bersyukur bisa bertemu denganmu lagi. Ketika kau jatuh ke dalam gerbang menuju dunia manusia, ibu benar-benar terkejut dan sangat sedih,” Ucap wanita paruh baya itu lagi seraya mengusap air matanya yang sesekali terjatuh.

Namun, berbeda dengan Alice, ia malah merasa terheran-heran dengan ucapan ibunya. Pasalnya, ia sama sekali tidak mengingat apa yang baru saja terjadi padanya.

“Tunggu, aku jatuh ke dunia manusia?” Tanya Alice heran.

Mendengar pertanyaan Alice, wanita itu ikut terheran-heran karena anaknya sendiri yang mengalami hal itu malah bertanya padanya. Namun ia tetap menjawab pertanyaan Alice dengan anggukkan kepala.

 “Ini aneh. Aku tidak mengingat apapun. Yang terakhir kali aku ingat adalah saat penyerangan di desa.”

Gadis itu merasa telah melupakan sesuatu yang sangat penting. Ingatannya tentang satu tahun yang ia habiskan, tidak muncul satupun di benaknya. Jika dia mencoba untuk mengingatnya, dia hanya bisa melihat warna hitam dan rasa sakit dikepalanya. Dia bukannya lupa, tapi, seakan-akan dia tidak pernah mengalaminya. Alice merasa kalau sesuatu yang ia lupakan itu sangat penting.

 “Sudahlah. Bagaimana kita makan dulu? Bukankah kau lapar?” Ajak wanita paruh baya itu.

Tak membiarkan anaknya berpikir terlalu keras, bahkan setelah kembalinya dia, wanita itu lalu mengajak anaknya untuk berhenti memikirkan itu sejenak dan makan bersamanya di ruang makan.

Alice lalu menuruti permintaan ibunya agar dia pergi ke ruang makan. Namun, sebelum pergi ke ruang makan untuk makan bersama anaknya, wanita paruh baya itu terlebih dahulu pergi ke ruangannya. Lalu ia mendekati salah satu laci yang berada di dekat jendela.

Ketika ia membuka laci itu, tak banyak benda di dalamnya. Hanya beberapa barang pribadinya yang bertumpuk tak beraturan disana. Namun, ada sebuah kertas yang menarik perhatian dan terletak di atas tumpukan barang-barang itu. Wanita paruh baya itu lalu mengambil kertas itu dan sejenak tersenyum melihat kertas itu.

 “Manusia ... ya?”

Kertas itu berisi sebuah gambaran yang terbentuk dari sebuah tinta hitam. Sederhana, namun gambar itu dapat membuat batin wanita itu terguncang. Terlihat coret-coretan tinta di atas kertas membentuk gambar beberapa orang yang berderet. Total ada empat orang dalam gambar itu. Tiga diantaranya adalah laki-laki dan dua orang lainnya adalah perempuan.

Tanpa sadar, wanita itu menaruh telapak tangannya di atas gambaran ketiga lelaki di gambar. Terlihat jelas kini setelah wanita itu menaruh tangannya di foto, bahwa ketiga laki-laki itu adalah manusia. Sedangkan dua perempuan lainnya adalah pradisia yang tak lain adalah Alice dan dirinya sendiri.

“Bagaimana kabar mereka bertiga ya?”

Setelah beberapa lama termenung, tiba-tiba wanita itu teringat kalau anaknya telah menunggu dirinya di ruang makan. Ia lalu kembali menaruh kertas itu ke tempat semula dan segera pergi menyusul anaknya yang telah berada di ruang makan.

Bersambung seri ke-2

###

Catatan penulis :

Akhirnya!! Sampe juga ke bagian epilog pada cerita ini! Huft.

Informasi selengkapnya ada di bagian selanjutnya ya!

☞sampai jumpa di seri selanjutnya!☜

The Wolf & Prince - Tale of Two World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang