Chapter 19 : Gadis Misterius

44 11 4
                                    

Dunia ini memang kejam

Mengambil satu-satunya orang yang bisa kupercaya. Kini aku hanya bisa menangis meratapinya. Tidak ada yang bisa memotivasiku lagi untuk kembali berdiri. Air mataku sudah kering, tenggorokanku sakit. Aku sudah cukup banyak mengeluarkan air mata hari ini. Aku terlalu sedih. Terlalu sedih untuk meladeni segerombolan orang yang mengejarku.

Karena....aku sudah tidak peduli lagi.

Aku mulai menggerakkan kedua kakiku untuk berjalan. Tidak kudengar lagi suara langkah kaki yang mengejarku. Itu cukup aneh.  Namun, aku tidak terlalu peduli lagi dengan hal itu. Kuarahkan pandanganku hanya ke arah bawah di dalam gang sempit ini. Apa yang kulakukan disini? Oh, iya. Aku harus pulang. Kemana? Apa aku punya rumah? Aah, sebenarnya apa yang kulakukan di tempat ini? Hidupku tidak berarti saat ini.

“Kalau begitu, kenapa tidak mati saja?”

Suara-suara aneh mulai muncul di kepalaku. Aah, sepertinya aku mulai tidak waras. Sebenarnya aku juga tidak terlalu mempermasalahkannya. Karena mungkin menurutku suara itu ada benarnya. Apa dia bilang? Mati ya? Kedengarannya bagus. Lagipula tidak ada artinya lagi aku hidup.

“Benar. Lebih baik mati.”

Lebih baik mati ya? Namun, perhatianku teralihkan ketika aku sadar bahwa pandanganku kebawah bukan lagi menatap jalan. Aneh. Aku segera mengangkat kepalaku dan segera saja kuedarkan pandanganku. Entah bagaimana perasaanku sekarang. Campur aduk? Ya kau benar. Kini aku berada di tempat aneh. Tempat aneh yang bahkan tak bisa kudeskripsikan dengan kata-kata.

“Dimana ini?”

Hanya kata-kata itu yang sanggup untuk keluar dari lisanku. Mirip dengan sebuah labirin? Bagai latar, langit  berubah menjadi warna merah darah. Daratan yang sedang kupijak sekarang adalah tanah dengan warna putih, hitam dan coklat yang bercampur aduk tidak jelas. Dan sama sekali tidak ada bangunan sejauh mata memandang. Dan kuakui, suara tertawa di sekelilingku ini cukup membuatku ketakutan. Apa ini mimpi? Kalau benar, ini adalah mimpi buruk.

Seperti belum cukup membuatku takut dan terkejut. Tiba-tiba, muncul seekor makhluk aneh di hadapanku. Gurita? Soalnya ia mempunyai banyak sekali tentakel. Hanya saja yang ini lebih aneh dan mengeluarkan suara yang menyeramkan. Ia mengangkat salah satu tentakelnya dan.

“Akh!”

Rasa sakit yang sangat nyata segera menjalar ke seluruh tubuhku ketika tentakel itu menghantam diriku dan membuatku terlempar beberapa meter yang membuatku yakin kalau yang sedang kualami ini bukanlah mimpi. Aku harus lari dari tempat ini. Lari? Kemana? Setelah aku berhasil lolos dari monster ini, aku harus kemana? Tanpa kusadari, makhluk itu telah kembali mengangkat tentakelnya dan hendak kembali menyerangku dengan tenaga penuh. Dan aku membiarkannya. Toh, aku sudah tidak punya alasan hidup lagi.

*Krakk!

Dan sesuatu yang mengejutkan terjadi. Tiba-tiba didepanku muncul seorang gadis bersurai hitam yang menangkis serangan itu dengan sebilah pedang. Tanpa menoleh kearahku sambil menahan serangan monster itu, dia mulai berbicara.

“Kau ingin cepat mati ya? Cepat cari tempat yang aman!”

Kalau aku jujur, aku akan menjawab pertanyaan gadis itu dengan jawaban ‘ya’. Tapi, aku sama sekali tidak mengatakan apapun. Sang gadis yang kuyakini umurnya tidak berbeda jauh dariku itu mendorong tentakel si monster hingga terlepas. Saat ada jeda serangan itulah si gadis misterius ini secara tiba-tiba mengarahkan tangan kirinya ke arah si monster. Namun, tak lama setelah itu, ia menampilkan wajah kesal dan secara tiba-tiba juga ia berbalik ke arahku.

“Ayo! Kita harus lari!”

Perempuan itu berlari sambil menarik tanganku menjauhi monster itu. Belum lama kami berlari, muncul seberkas cahaya tak jauh di depan sana. Kupikir itu jalan keluarnya. Namun, ada yang membuatku kembali terkejut. Tiba-tiba, tubuh gadis yang ada dihadapanku mendadak mengeluarkan sinar berwarna merah redup.

The Wolf & Prince - Tale of Two World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang