Chapter 28 : Pilihan

16 1 1
                                    

Perlahan Alice mulai membuka kedua matanya. Dan sekali lagi, kini ia berada di tempat aneh dan tidak masuk akal. Namun, ia tidak lagi tekejut dengan apa yang terjadi karena telah berkali-kali mengalami hal yang sama. Kalau tadi ia berada di sebuah padang rumput bersama dengan gadis yang menyebut dirinya sendiri sebagai penjaga cahaya, kini ia sedang berada di tempat dimana tidak ada apapun disana. Kosong dan hanya memiliki satu warna. Yaitu putih. Selain itu, ia sama sekali tidak bisa memperkirakan ujung tempat itu.

“Kenapa tiba-tiba ia mendorongku? Dan dimana aku sekarang?” Tanya Alice pada dirinya sendiri.

Lalu Alice berdiri dari tempat ia terjatuh dan mulai memperhatikan lingkungan sekitar ia sekarang. Namun, seberapa keras ia menjelajahi tempat itu, Alice merasa dirinya hanya berputar-putar di tempat yang sama. Gadis itu masih kelihatan linglung hingga akhirnya sebuah suara menarik perhatiannya.

“Hei.”

            Sebuah suara mengejutkannya. Alice lalu mencari asal suara itu berasal dan menemukan sesuatu. Di belakangnya, ada seorang gadis lain seumurannya yang berada di tempat itu. Alice tidak lagi terkejut ketika ia melihat wajah gadis itu. Karena ini bukan kali pertama ia melihat wajah itu. Dalam sekejap, ia mengubah ekspresi linglung-nya menjadi serius.

“Apa yang kau lakukan disini, Alter Ego?”

Ya, gadis yang ada di hadapannya adalah gadis yang memiliki penampilan sama dengan dirinya. gadis yang mengaku sebagai kepribadian lain dari Alice dan gadis yang selalu menghantuinya dalam mimpi dulu. Mendengar pertanyaan Alice, gadis itu hanya tersenyum.

“Kenapa dingin sekali? Bukankah kita tidak memiliki banyak kesempatan untuk bertemu?”

“Dan apa maksudmu dengan Alter Ego? Apa kau belajar ilmu psikologi?”

Alice benar-benar dibuat kesal ketika gadis di hadapannya itu menanyakan hal itu. Ia tidak mengira akan diejek oleh gadis di hadapannya saat ini. Lagipula, Alice mengambil alter ego sebagai nama hanya karena kebetulan hal itu berkaitan dengan ilmu psikologi tentang kepribadian seseorang.

“Biar ku tegaskan sekali lagi. Aku bukan Alter Ego-mu. Sebelumnya aku memperkenalkan diri sebagai kepribadianmu yang lain. Tapi sepertinya aku juga keliru mengenai hal itu.”

Lagi-lagi Alice dibuat bingung oleh gadis di hadapannya. Bahkan ia juga sempat curiga kalau gadis di hadapannya saat ini sengaja mempermainkannya.

“Apa maksudmu?” Tanya Alice dengan dingin.

“Dibandingkan dengan kepribadianmu yang lain ataupun alter ego, mungkin akan lebih cocok jika kau menyebutku, sisi gelapmu, kegelapanmu.”

“Ya, mungkin akan sedikit sulit jika aku tidak memiliki nama. Kau bisa memanggilku Alter Ego, seperti yang kau sebutkan tadi.”

Alice sama sekali tidak merespon ucapan yang sedari tadi gadis di hadapannya ucapkan. Sebaliknya, Alice memperlihatkan wajah waspada dengan tatapan tajamnya pada gadis di hadapannya itu.

“Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau ada disini? Dan apa yang akan kau lakukan?” Tanya Alice dengan dingin.

“Kau benar-benar dingin. Jadi? Apa yang aku lakukan disini? Bukankah kau sendiri yang menemuiku dengan datang ke tempat ini?” Jawab gadis itu dengan pertanyaan juga.

Entah sudah keberapa kalinya Alice dibuat bingung oleh gadis di hadapannya saat ini bahkan sejak ia bertemu dengannya pertama kali di dalam mimpi. Dan itu adalah salah satu daru banyaknya alasan Alice tidak menyukai gadis di hadapannya saat ini.

“Hah? Apa maksudmu?”

“Dan apa yang akan aku lakukan? Ayolah, ini membosankan. Disamping itu, tadi aku mendengar sesuatu yang menarik dari atas sana.”

The Wolf & Prince - Tale of Two World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang