Chapter 9

933 153 26
                                    

Sinb masih bersama tetua Hwang untuk membuka semua ingatannya. Entah untuk apa tujuannya?

Satu minggu lamanya, Jendral Jeon dan nona Hwang Eunbi mengarungi lebatnya hutang hingga mereka sampai disebuah hanok sederhana. Jendral Jeon memberhentikan kudanya dan turun kemudian mengulurkan tangannya untuk nona Hwang Eunbi.

"Kita sudah sampai, kita akan tinggal disini untuk sementara waktu." Terang jendral Jeon yang seketika membuat nona Hwang menangguk patuh.

"Tenang saja, disini jauh dari ibu kota dan dekat dengan pasar kecil jadi tidak akan membuat kita kesusahan untuk membeli beberapa keperluan sehari-hari." Ungkap Jendral Jeon yang melihat jelas kegelisahan dari raut wajah wanita rupawan ini. Lagi-lagi nona Hwang mengangguk mengerti.

"Kalau begitu mari kita masuk!" Ajak Jendral Jeon yang mendahului nona Hwang berjalan.

Didalam hanok sederhana ini, ada dua kamar dengan ditengah-tengah ruangan kosong yang bisa dipakai untuk menyambut tamu, disebelah kanan adalah dapur kecil nan sederhana dan disamping kirinya sebuah bangunan kecil untuk kandang ayam.

Nona Hwang memperhatikan sekitar bangunan dengan ekspresi yang sulit untuk Jendral Jeon mengerti. Beberapa hari bersamanya membuat Jendral Jeon sedikit mengerti perilaku wanita ini. Ia tak percaya wanita sesopan dan begitu anggun ini dilahirkan menjadi seorang Chenayang yang bertugas untuk menjaga keluarga kerajaan.

Nona Hwang bergerak pelan, tidak terlihat merasa jijik saat melihat begitu banyak debu disekelilingnya, ia membuka sebuah lemari kayu dan mendapati beberapa pakaian lama.

"Nari, ini milik siapa?" Tanya Nona Hwang yang membuat Jendral Jeon yang semenjak tadi memperhatikannya berusaha mengalihkan pandangannya.

"Itu..." Jendral Jeon mematung melihat beberapa potong pakaian yang merubah ekspresinya seketika karena rasa sakit itu tiba-tiba hadir mencabik-cabik hatinya.

"Apa ini milik kekasih anda?" Tebak nona Hwang dan Jendral Jeon masih tetap dalam kebungkamannya.

"Kalau begitu saya akan menyimpannya lagi." Pada akhirnya nona Hwang menyimpulkannya sendiri.

"Tidak, kau bisa memakainya dan semua barang yang ada disini, bisa kau pergunakan." Nona Hwang diam, memperhatikan Jendral Jeon sesaat sampai ia tak merasakan perubahan pada wajah Jendral Jeon.

"Komapseumnida..." Ucap nona Hwang.

Meskipun beberapa hari telah mereka lewati bersama namun hubungan mereka tak memiliki banyak kemajuan. Mereka masih terperangkap dan memenjarakan dirinya dalam dimensi yang mereka sebut dengan masa lalu. Terlalu dalam kenangan itu masuk kedalam kepingan ingatan yang bertaburan dalam fikiran, maka semakin sulit untuk melenyapkannya begitu saja.

Hari demi hari mereka lalui, dari pada terpuruk menyadari dirinya sedang menjadi tawanan seorang asing seperti Jendral Jeon, nona Hwang memilih menyibukkan dirinya dengan membantu beberapa warga disekitar yang sakit, baik sakit fisik atau pun di guna-guna. Setidaknya setiap hari paling sedikita da dua orang miskin yang mengunjunginya untuk meminta pertolongan agar di obati.

"Apa yang kau rasakan nek?" Sapa nona Hwang pada seorang wanita tua yang tengah di popoh oleh seorang pria tua.

"Dadaku sakit nak..." Keluhnya dan nona Hwang menyuruh sang kakek untuk membantu membaringkan istrinya. Nona Hwang menekan dada nenek beberapa kali.

"Nenek, lebih baik banyak istirahat di usia nenek yang seperti ini." Bahkan nona Hwang memijat-mijat tangan dan telapak kaki nenek membuatnya meringis kesakitan.

JEOSEUNGSAJA | SinKookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang