Chapter 5

831 137 18
                                    

Kehadiran malaikat maut itu sendiri adalah salah satu simbol kekuatan mutlak oleh sang Pencipta dan bentuk penggambaran betapa tidak berdayanya manusia maupun roh menghadapi ke hendak-Nya.

Siapapun tidak dapat mengubah takdir? Itu pemikiran yang salah! Karena aturan mutlak yang harus dipenuhi oleh manusia adalah perintah untuk melakukan perbuatan baik sebanyak yang bisa dilakukan! Dengan itu akan ada banyak keputusan yang akan menjadi pertimbangan atau keringanan hukuman yang ditimbulkan oleh amal kebaikan itu sendiri karena sesungguhnya tanpa kita sadari, malaikat Pencabut Nyawa ini menatap, melihat wajah kita sebanyak 70 kali dalam kurun waktu 24 jam. Hal itu akan nampak jelas jika kalian berada di rumah sakit yang menjadi salah satu tempat berkumpulnya para malaikat ini, jika kalian memiliki kelebihan untuk melihatnya.

Sinb terus mencengkram tangan Jungkook yang berusaha untuk menetralkan ketegangan yang ada dalam dirinya. Jungkook terus melirik kearah Sinb dan sesekali memandangnya seolah bertanya.

"Kenapa? Kau seharusnya sudah terbiasa dengan ini?" Bisik Jungkook yang sekali-kali menyapa para malaikat yang berpapasan dengan tersenyum atau saling melirik.

"Aku takut bertemu dengan seseorang yang paling tidak ingin ku temui." Ungkap Sinb dengan jujur membuat kirut di dahi Jungkook semakin mendalam, nampak berfikir kemudian ia menyeringai.

"Ku pikir kau tidak akan takut pada apapun!" Sindir Jungkook membuat Sinb seketika menatapnya tajam dan Jungkook tertawa dibuatnya.

"Bisakah kau tidak perlu menyapa mereka?" Sinb terus melayangkan protesnya.

"Aku hanya tersenyum kepada mereka tanpa mengatakan apapun! Ku rasa mereka cukup tahu bahwa aku sedang menjalankan misi. Jadi ku pikir kau lah yang harus menunjukkan sifat manusiamu. Ingat, mereka tetap malaikat dan kapan pun, mereka akan bisa menemukanmu!" Selalu, Jungkook berhasil membuat Sinb begitu kesal.

---***---

Masih di dalam ruangan saat Seulgi mengerjap-ngerjapkan matanya berusaha melawan rasa pening yang terasa berada pada dahi manusianya. Pada akhirnya perjuangan Seulgi membuahkan hasil, ia mampu berlahan membuka matanya dan seketika terkejut mendapati Suga duduk disampingnya memandanginya dengan wajah sayunya.

"KAU?" Seulgi mengacungkan cari telunjuknya yang masih lemah mengarahkannya pada sosok Suga. Mungkin jika saja ia tidak tahu jati diri seorang Suga sama halnya waktu lalu saat ia dengan bodohnya bergabung dengan mereka di meja kantin, Seulgi mungkin akan bertingkah seperti biasanya. Namun, kenyataannya ia tahu bahwa Suga dan kedua temannya adalah malaikat maut yang harus ia waspadai. Seulgi pikir, ini adalah sikap alamiah bagi seorang roh hilang seperti dirinya, mungkin itu akan berbeda jika itu adalah nona Hwang Sinb yang sangat ia hormati.

Selama puluhan tahun Seulgi terjebak didalam sumur gelap itu setelah pergi kesana-kemari hanya untuk membalaskan dendamnya dan ia juga lupa berapa manusia yang sudah ia buat menjadi roh seperti dirinya. Sebuah keberuntungan hingga akhirnya ia berjumpa dengan Sinb yang membuatnya memiliki level yang lebih tinggi dengan tubuh manusianya ini. Ia cemas jika melihat Suga disini? Ia belum melakukan gerakan apapun dalam rencananya, karena itu ia tidak boleh tertangkap sekarang. Mengingat itu semuanya menimbulkan rasa lain dalam hatinya, rasa gelisah karena merasa bersalah.

"Kau baik-baik saja?" Suga dengan antusias mendekati Seulgi, hendak menyentuhnya namun segera Seulgi tepis yang menimbulkan ekspresi kecewa pada raut wajah Suga.

"A-aku baik-baik saja!" Jawab Seulgi dengan sedikit kegugupan karena rasa takutnya yang tak bisa ia kendalikan.

"Apa aku membuatmu tak nyaman?" Tanya Suga yang menampakkan ekspresi tak enak hati. Seulgi menatapnya dengan kebimbangan yang sangat terlihat. Antara ingin bersikap baik kepada Suga atau mewaspadainya.

JEOSEUNGSAJA | SinKookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang