AUTHOR POV
Sinar matahari terbias seketika ketika tirai jendela besar kamar, Siwon bergerak otomatis, laki-laki itu menggeliat perlahan merasakan sedikit kram di badannya karena memeluk Yoona semalaman. Ia mengalihkan pandang, terkejut melihat seseorang berada dalam pelukannya karena semalam dia sangat mabuk. Lebih terkejut lagi karena wanita disampingnya juga naked sama sepertinya dan wanita itu adalah sekretaris eksklusifnya.
Ia bangkit dari tidurnya dan berlari ke kamar mandi. Berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Tapi ia tidak mengingatnya.
Ia berdiri menatap keluar jendela sampai Yoona bangun dan menghampirinya.
"Kenapa kamu lakukan ini padaku?" tanya Siwon tanpa membalikan badannya "Kenapa kamu melakukannya Im Yoona? kamu bahkan tau aku sangat mabuk semalam, kamu tau aku memiliki kekasih. Apa yang kamu harapkan dari semua ini? aku tidak akan pernah menginginkan apapun darimu, kamu selamanya hanya sekretaris eksklusifku dan tidak akan pernah berubah"
"Apapun yang terjadi antara kita semalam, aku ingin kamu melupakannya." Ujar Siwon dan langkah Yoona terhenti. Ia memutuskan untuk berbalik dan baru saja langkah pertama dia ambil, "Ambillah cek di meja itu, isilah sesuka hatimu"
***
IM YOONA POV
Aku melihatnya berdiri di dekat jendela, menatap keluar seperti biasaannya jika memiliki masalah yang tak bisa ia ungkapkan. Aku mendekatinya dan langkahku terhenti saat mendengar ucapannya
"Kenapa kamu lakukan ini padaku?" tanya Siwon tanpa membalikan badannya "Kenapa kamu melakukannya Im Yoona? kamu bahkan tau aku sangat mabuk semalam, kamu tau aku memiliki kekasih. Apa yang kamu harapkan dari semua ini? aku tidak akan pernah menginginkan apapun darimu, kamu selamanya hanya sekretaris eksklusifku dan tidak akan pernah berubah" apakah dia tidak salah bicara? Apakah dia yang rugi disini? Bukankah aku yang harusnya marah, kenapa dia yang marah. Aku kecewa padanya, aku tidak menginginkan apapun darinya walaupun aku mencintainya, tapi aku tidak pernah berharap dia juga mencintaiku.
"Apapun yang terjadi antara kita semalam, aku ingin kamu melupakannya" ujarnya. Detik itu juga aku menyesal mengapa semalam aku mengikutinya dan membawanya pulang. Seharusnya aku membiarkan dirinya saja, membiarkan dia tidur di bar itu ataupun membiarkan dia pulang dalam keadaan mabuk. Aku menyesal kenapa aku begitu peduli padanya di saat ia bahkan tidak pernah menatapku. Im Yoona pabo, apa yang kamu harapkan dari dirinya, ia bahkan memiliki wanita yang dia cintai. Kamu tidak lebih dari seorang sekretaris eksklusifnya, dia sudah mengatakannya dengan jelas. Aku membalikan badanku, agar ia tidak melihat air mataku jika dia berbalik.
"Ambillah cek yang aku taruh di meja, isilah sesukamu" ujarnya lagi, baginya aku tidak lebih dari seorang pelacur yang harus dia bayar setelah dia nikmati. Bedanya jika dengan pelacur, dia sudah menentukan harganya dan aku lebih mahal sedikit dari mereka sehingga ia membiarkan aku mengisi sendiri nominalnya. Hatiku terlalu sakit, dia bos yang aku hormati dan sosok seorang oppa yang aku banggakan selain sebagai pria yang aku cintai. Dia mampu membuatku begitu rendah. Aku mengambil ceknya itu, aku berharap suatu hari nanti aku bisa melemparkan cek itu ke wajahnya sama seperti cara dia melukaiku hari ini. walaupun aku tidak tau sanggupkah aku melakukan hal ini.
Aku meninggalkannya, dengan pakaianku yang dikoyaknya. Untung saja aku memakai mantel karena cuaca sedang dingin. Setidaknya mantel itu bisa menutupi tubuhku, aku berjalan keluar dari apartementnya. Tidak peduli di luar hujan turun dengan derasnya, aku terus berjalan di bawah hujan.
Seandainya aku bisa mengurangi sedikit saja rasa cintaku maka aku tidak akan sesakit ini. aku membenci diriku sendiri karena mencintai pria kejam seperti dirinya.
***
AUTHOR POV
Siwon berangkat ke kantor dan ia tidak menemukan Yoona di mejanya. Ia berjalan menuju ruangannya dan disana Tifanny sedang duduk di sana. Duduk di kursi kerja Siwon, melihat Siwon masuk, wanita itu pun berdiri dan memeluk Siwon.
"Oppa mianhae. Aku tidak seharusnya begitu egois" ia memeluk Siwon dengan erat
"Pulanglah, oppa harus bekerja" ujar Siwon
"Oppa"
"Fanny ya, nanti malam oppa akan menemuimu"
"Ne" Tifanny melepaskan pelukannya dan mencium Siwon dengan mesra. "Saranghae oppa"
" Nado"
***
Yoona tidak masuk kerja beberapa hari karena ia pulang ke rumah Appanya. Setidaknya disana, ia memiliki orang yang peduli padanya. Selain Appa, ia juga memiliki oppa yang sangat menyayanginya.
"Yoong" panggil Yuri, tunangan oppanya saat masuk ke kamar Yoona
"Eonni" sapa Yoona dan Yuri memeluknya
"Kamu pulang kesini kok gak kabarin aku." Ujar Yuri
"Aku gak mau gangguin Eonni"
"Dasar tidak setia kawan. Btw kamu disini sampai kapan?" tanya Yuri, biasanya Yoona hanya akan pulang di hari peringatan kematian eommanya dan akan kembali ke Seoul setelah makan malam bersama. Yuri cukup terkejut saat melihat calon adik iparnya itu berada di Tokyo di hari sibuk seperti saat ini.
"Sampai aku puas"
"Apa bossmu memberikanmu cuti begitu lama?"
"Aku tidak mengambil cuti" ujar Yoona
"Nde?"
"Aku tidak masuk kantor tanpa permisi"
"Apa dia tidak mencarimu?" Yuri semakin yakin ada sesuatu yang terjadi. Bagaimana mungkin Yoona bisa bertindak tidak bertanggung jawab seperti ini. ia cukup mengenal Yoona, gadis kecil itu bahkan memiliki ribuan alasan untuk tidak pulang jika bukan waktu yang tepat. Ia selalu mengkhawatirkan bossnya yang selalu mengandalkan dirinya dalam hal apapun.
"Buat apa mencariku? Masih ada yang bisa gantiin aku jadi sekretarisnya eonni" Yoona tidak berani menatap calon kakak iparnya itu, matanya menatap ke arah bantal yang ia bawa dari Seoul.
"Kamu masih mencintainya?" tanya Yuri, ia sudah bersama Yoona hampir sepanjang hidupnya, mereka bertetangga sejak kecil. Ia mengetahui apa pun tentang Yoona, bagaimana perasaan Yoona terhadap pria yang kini menjadi atasannya itu. Dan pria itu lah alasannya meninggalkan rumahnya dan juga mengubur cita-citanya.
"Aniy" Yuri menatap Yoona dan ia tau gadis itu tengah berbohong
"Matamu tidak bisa berbohong Yoong"
"Bagaimana pun perasaanku, semua itu tidak ada pengaruhnya eonni" ujar Yoona dan Yuri hanya bisa mengangguk. Adik kecilnya itu sudah menunggu cukup lama, mungkin sudah saatnya ia melepaskan cinta pertamanya itu. Tuhan selalu menyiapkan seseorang yang pantas untuk gadis baik seperti Yoona. Sebagai tunangan oppanya Yoona, Yuri hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk adik kecil tunangannya itu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Once More Chance
FanfictionTidak peduli bagaimana pun kamu menyakitiku, aku tetap menunggumu kembali menatapku. Tapi jika kamu mengatakan tidak bahagia denganku, apalagi yang bisa aku lakukan. Aku akan melepaskanmu, kebahagiaanmu yang paling penting untukku. Aku hanya ingin k...