Delapan

4.9K 281 18
                                    

AUTHOR POV

Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Yoona diijinkan pulang dengan syarat harus tetap mengonsumsi vitamin yang diberikan dokter.

Tuan Choi meminta Siwon dan Yoona untuk tinggal di mansion, supaya nyonya choi bisa memperhatikan pola makan menantunya itu.

Siwon pulang agak cepat sore ini, ia masuk ke kamar dan yoona sedang duduk di balkon kamar mereka.

"Sedang apa yoong?" Siwon menyandarkan dagunya di leher Yoona.

"Oppa kenapa pulang cepat?"

"Oppa ingin menemanimu mengecek kandungan"

"Jadwalnya minggu depan oppa, sekalian kita bisa melihat jenis kelaminnya"

"Kita tidak perlu memeriksa itu, aku ingin itu menjadi kejutan untuk kita"

"Baik"

"Bersiaplah, oppa akan mengajakmu berkencan hari ini"

"Ne??"

"Kita akan berkencan yeobo" Siwon mencium pipi Yoona.

***

Yoona merasa begitu canggung, beberapa bulan terakhir ini mereka tidak memiliki hubungan yang baik. Tapi sejak keluar dari rumah sakit, ia memutuskan untuk mempercayai Siwon dan memberikannya kesempatan lagi.

Mereka menghabiskan waktu dengan berjalan di mall seperti sepasang kekasih.

"Yoong"

"Hmm??"

"Besok oppa mau ke Tokyo"

"Kalau begitu ayo kita pulang. Oppa perlu beres-beres dan istirahat" Yoona bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari cafe tempat mereka makan tadi

"Oppa hanya mau bertanya. Kamu mau ikut?"

Ia hanya menggelengkan kepalanya menolak ajakan suaminya. Sebenarnya beberapa hari ini ia merasakan perutnya kurang enak. Hanya saja ia tidak ingin membuat orang lain khawatir.

"Baiklah, tadinya oppa berpikir jika kamu ikut maka kita akan menghabiskan satu minggu di Osaka. Tapi karena kamu tidak mau ikut, maka lusa oppa akan kembali"

***

Esok paginya, setelah Siwon berangkat ke airport. Yoona pun menikmati sarapannya. Setelah itu ia meminum sebutir vitaminnya. Beberapa saat kemudian, perutnya sakit tak tertahankan lagi

"Eomma" teriaknya, nyonya choi yang mendengar teriakan menantunya pun menghampirinya.

"Omo yoong" nyonya choi terkejut melihat kondisi menantunya. Yoona mengeluarkan banyak darah dan ia masih terus memegang perutnya yang kesakitan "Yeobo," ia memanggil suaminya untuk menolong yoona.

"Sakit eomma" yoona menangis

***

Yoona dibawa ke rumah sakit dan dalam perjalanan, Tuan Choi menghubungi Siwon. Siwon membatalkan keberangkatannya dan tiba di rumah sakit saat Yoona tengah ditangani oleh dokter.

Siwon tampak begitu kacau, ia berjalan kesana sini. Beberapa saat kemudian Nara keluar dari ruang UGD.

"Tanda tanganilah" ia menyodorkan sebuah berkas pada Siwon

"Apa ini?" Siwon melihat berkas itu yang menyatakan surat persetujuan operasi

"Aku harus mengeluarkan janin dalam kandungan Yoona, bayinya tidak dapat diselamatkan lagi" ujar Nara

Siwon melepaskan berkas itu dan ia terduduk di lantai. Air matanya menetes. Ia baru saja menerima anaknya dan sekarang Tuhan kembali mengambilnya.

"Aku tidak punya banyak waktu" ujar Nara dan Tuan Choi menggantikan putranya untuk menandatangani surat itu. Bagaimana pun kondisi menantunya lebih penting saat ini.

"Bukankah kamu memberinya vitamin, mengapa hal ini bisa terjadi?" tanya Siwon

"Apakah dia meminumnya??"

"Ada," ujar nyonya choi "Tadi setelah sarapan, ia masih meminumnya" ia memberikan obat yang berada dalam genggamannya, Nara memperhatikannya

"Ini bukan obat dariku" ujar Nara

"Lalu apa itu?"

"Ini sejenis obat penggugur kandungan" ujar Nara dan Siwon tampak tidak percaya.

"Apa kamu tidak salah?" tanya tuan choi

"Aku sangat yakin"

***

Kyuhyun yang menggantikan Siwon berangkat ke Tokyo, disana ia melihat Tifanny sedang bersama dengan pria lain dan ia cukup mengenali siapa pria itu.

Ia mengeluarkan iphonenya dan menghubungi Siwon.

"Ne"

"Hyung, aku melihat tifanny sedang bersama pria lain dan kamu tau siapa pria itu" ujarnya "Dia adalah Im,,"

"Persetan dengan siapa pria itu. Terutama jika ia bermarga IM. Aku tidak ingin terlibat dengan marga IM lagi" ia memutuskan panggilannya dan membuang ponselnya

Kedua orang tuanya menatapnya. Nyonya Choi mengajak suaminya pulang. Karena ia cukup kesal. Menantunya memilih meminum obat penggugur kandungan.

***

IM YOONA POV

Aku tidak merasakan sakit lagi, tapi aku merasa ada yang hilang dariku. Aku memegang perutku, rata. Tidak mungkin aku sudah kehilangan dia. Bahkan Siwon oppa baru saja menerimanya, mengapa ia hilang begitu saja. Aku menatap sekeliling, tidak ada siapa pun. Mengapa tidak ada orang yang menemaniku. Aku melihat pintu kamar terbuka, berharap setidaknya itu Siwon oppa. Tapi ternyata yang masuk adalah Nara. Ia mengecek tetesan infus.

"Kenapa kamu mengonsumsi obat itu yoong?" tanya Nara "Aku memberikanmu vitamin kandungan tapi kamu malah mengonsumsi obat penggugur kandungan"

OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN

Dua kata itu berputar-putar di otakku, jadi selama hampir dua minggu ini aku mengonsumsi obat penggugur kandungan. Obat itu yang Siwon oppa berikan. Aku mengonsumsi obat yang ia katakan sebagai vitamin dan sekarang nyatanya obat itu adalah obat penggugur kandungan. Bagaimana mungkin dia bisa begitu kejam padaku.

"Yoong, jika kamu tidak menginginkannya. Tuan dan Nyonya Choi bisa merawatnya untukmu, itu adalah keturunan mereka"

Aku meneteskan air mata, karena mencintainya begitu dalam, aku membunuh bayiku. Jika dia tidak menginginkannya, dia cukup mengatakannya, tidak perlu berpura-pura baik seperti ini dan akhirnya ia melenyapkan anakku.

"Aku mengira kamu berbeda dengan wanita lain sehingga bisa membuat oppa menikahimu. Nyatanya kamu juga sama."

"Semua salahku, aku bodoh. Aku mencintainya" aku memukul dadaku, sakit sekali. Aku bodoh karena mencintainya, sehingga percaya apapun yang ia katakan. Aku percaya ia ingin memulai awal yang baru denganku. Aku percaya dia mengatakan memberiku vitamin yang nyatanya itu racun. Aku memang bodoh sehingga begitu mempercayainya.

"Sepertinya tuan dan nyonya choi marah besar" ujarnya lagi

Aku mencabut jarum infus yang tertancap di tanganku, Nara menahan tanganku tapi aku lebih dulu mencabutnya dan darah menetes keluar.

"Setelah membunuh anakmu, kamu juga mau membunuh dirimu?" teriaknya, aku menghempaskan tangannya. Aku kesal padanya, dia tidak mengenalku tapi dia dengan tega mengatakan aku membunuh anakku.

"Pergilah jangan dekat dengan pembunuh" ujarku, ia membuka pintu

"Siwon oppa," teriaknya "Bantu aku menangkap tubuh istrimu" ternyata dia duduk di luar sana. Ia bahkan tidak masuk untuk melihat kondisiku setelah aku kehilangan anak kita, aniy mungkin hanya anakku saja.

Dia melangkah masuk, ia memegang tanganku dan Nara menyuntikkan sesuatu ke tubuhku. Tubuhku menjadi lemas dan aku tidak bisa lagi berontak. Setelah aku hanya terbaring lemah, ia meninggalkan aku.


TBC

Once More ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang