Lima Belas

3.6K 280 22
                                    

IM YOONA POV

"Baik. Baik Yoong, aku akan pergi. Aku akan pergi setelah kamu kembali seperti dulu. Jangan membuat aboenim terluka. Aku akan pergi darimu, tapi aku mohon kamu jangan seperti ini lagi" ujar Siwon oppa. Akhirnya ia menyerah terhadapku dan menjadi appa sebagai alasannya. Ia tidak benar-benar menginginkanku. Mengingat hal ini, membuatku semakin terluka. Tapi aku bisa apa? Aku pernah berjuang, dan tetap saja hasil yang sama selalu aku dapatkan. KEKALAHAN.

Pintu kamar terbuka..

"Apa kamu masih mengharapkan pria ini? Dia bahkan datang hanya untuk mengundangmu ke pernikahannya. Apa kamu berpikir ia ingin kembali padamu, Im Yoona kamu terlalu naif. Dia akan terus menertawakanmu jika kamu begini" teriak Seulong oppa, ia datang dan membuatku lebih hancur lagi.

Aku menatap Siwon oppa dengan pandangan terluka, setetes air matanya mengalir dari mataku. Aku memang bodoh, aku berpikir ia ingin tetap bersamaku. Nyatanya dia hanya ingin mengundangku. Im Yoona kamu bukan apa-apa untuknya, kapan kamu akan sadar??

"Dia tidak menginginkanmu lagi Yoong" ujar Seulong oppa lagi

Siwon oppa menghapus air mataku. Ia begitu dekat denganku, aku melihat sudut bibirnya terluka.

"Jangan dengarkan dia, aku menginginkanmu lebih dari apa pun. Aku mencintaimu yoong" ujarnya

"Pergi" satu kata itu muncul dari mulutku, bukankah tadi ia mengatakan akan pergi. Maka pergilah, jika ia lebih lama lagi disini, aku akan lebih terluka lagi. Dia hanya harapan palsu.

"Yoong"

"Aku membencimu, pergi" ujarku dan ia mengangguk, ia melangkahkan kakinya meninggalkan kamarku. Aku menangis dalam pelukan seulong oppa. "Sakit oppa"

"Kamu harus bangkit yoong. Jangan buat appa khawatir" seulong oppa membelai rambutku itu.

***

Aku setuju ikut oppa keluar dari kamar untuk bertemu appa. Aku merasa bersalah pada appa saat melihatnya sedang mencangkul kebunnya. Appa demi menjagaku, ia harus beradaptasi di tempat ini.

Aku tidak mengira kalau dia masih disini, ia belum pergi.

Dia duduk di kebun melihat appa bekerja. Lalu ponselnya berbunyi,,

"Henry ya, bagaimana kondisi perusahaan?" tanyanya, "Sepertinya aku akan lebih lama disini. Kalian bantu aboeji ya"

Aku tidak tau apa yang dikatakan orang di seberang sana. Hanya saja mendadak ponselnya terjatuh dari pegangannya dan kemudian ia mengambilnya kembali.

"Aku mohon kalian temani eommaku dulu, aku akan segera kembali kesana. Aboeji pasti akan baik-baik saja" suaranya tampak berubah, apakah ia menangis "Tolong pesankan tiket untukku"

Dia akan kembali, dia berdiri dan aku segera berjalan ke arah lain. Aku tidak ingin ia tau aku mencuri dengar pembicaraannya.

***

AUTHOR POV

Siwon terpaksa mengambil penerbangan besok siang karena tidak ada penerbangan ke Seoul lagi untuk hari ini. Ia menikmati makan malam bersama tuan Im dan Seulong, kali ini Yoona juga duduk di meja makan. Hanya saja sejak tadi wanita itu tidak menatapnya. Ia sedang memakan makanannya tanpa perlu dipaksa. Siwon tersenyum setidaknya kepulangannya tidak sia-sia. Karena tidak ingin melihatnya lagi Yoona bisa hidup normal lagi.

"Aboenim gomawo uda menerimaku sebulan terakhir ini" ujar Siwon setelah makan malam.

"Ne, semoga aboejimu tidak kenapa-kenapa ya"

"Hyung,," merasa Siwon juga akan bicara dengannya setelah ini. Yoona pun meninggalkan meja makan.

"Gomawo atas pukulanmu" ujar Siwon

"Aku akan sering menghajarmu kalau itu membuatmu sadar mencintai adikku" Seulong tertawa

"Setelah aboejimu sembuh kamu harus kesini lagi menjemput istrimu pulang. Biar aboeji bisa kembali ke osaka juga" ujar tuan Im

"Ne"

"Berikan dia sedikit waktu lagi untuk berpikir" ujar Tuan Im

"Aku akan menunggunya aboenim"

"Temui dia dulu," Seulong memberi Siwon kode.

Mereka berdua sudah berdamai sejak kedatangan Seulong tadi siang. Seulong sengaja meneriakinya akan menikah lagi karena jika tidak begitu seorang Im Yoona tidak akan menampilkan perasaannya. Tadi melihat air mata adiknya, ia sangat jelas kalau adiknya itu masih sangat mencintai Siwon.

***

Siwon menghampiri Yoona yang duduk di balkon lantai dua, ia duduk menatap langit.

"Aku akan pulang besok" ujar Siwon

"Aku sudah tau, pulanglah. Jangan membiarkan aku melihat wajahmu lagi" ujar Yoona "Aku membencimu"

"Ne, jika tanpa aku hidupmu lebih bahagia maka aku tidak akan muncul lagi di hadapanmu" ujar Siwon "Aku hanya mohon kamu harus bahagia"

Air mata Yoona mengalir

"Jangan menangis. Aku berjanji ini terakhir kalinya kamu melihatku"

"Pergilah" Siwon mengangguk, lalu ia pergi sebelum air matanya menetes.

***

Yoona tidak keluar dari kamar setelah itu. Siwon juga tidak lagi berpamitan dengannya. Seulong yang mengantarnya ke airport.

Ia kembali menghubungi Henry untuk menanyakan kabar ayahnya. Setelah itu ia melakukan check in.

Sedangkan Yoona, ia tidak berhenti menangis sejak tadi malam. Ia tidak ingin Siwon menyerah begitu saja. Dia bangkit dari tempatnya berpikir apakah ia harus kembali merendahkan harga dirinya. Ia tidak peduli, asalkan ia tetap memiliki Siwon.

Ia akan mengambil dompetnya di meja rias. Matanya tertuju pada sebuah kertas. Dan dibawahnya terdapat sebuah undangan.

Yoong, aku tau bagaimana pun aku berusaha tidak akan mampu menyembuhkan lukamu. Hanya saja aku ingin kamu tau, aku mencintaimu selamanya, tidak akan ada wanita lain lagi setelah kamu.
Aku sedih saat kamu mengatakan tidak ingin melihatku lagi, tapi aku sadar itu karma yang setimpal untukku.

Air mata yoona menetes saat membaca surat itu.

Aku masih berharap kamu berubah pikiran. Seandainya itu terjadi maka bantulah aku isi tanggal di undangan itu. Telepon aku, aku akan membatalkan kepulanganku. Walaupun itu hal yang tidak mungkin mengingat bagaimana kamu membenciku, tapi aku masih berharap ada setitik harapan itu.

"Aku akan memberimu kesempatan oppa. Aku akan memberimu satu kesempatan lagi" air matanya tidak berhenti mengalir.

***

Yoona keluar dari kamar, untuk meminjam ponsel appanya. Ia mengetik dengan mudah nomor telepon Siwon. Nomor pria itu menempel selamanya di kepalanya.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.

Beberapa kali panggilan, hasilnya tetap sama. Sampai matanya tertuju pada headline news di tv. Pesawat Etihad dengan penerbangan dari Kroasia tujuan ke Seoul mengalami kecelakaan.

Ponsel dalam genggamannya pun terjatuh, dirinya pun merosot ke lantai menangis,,,



TBC

Once More ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang