Pagi ini mentari malu-malu menampakkan sinarnya. Saat kutanya mengapa, ada sinar yang lebih indah katanya.
Arka menggenggam tanganku dan meluruhkan segala sepi yang selama ini menghantui. Dialah sinar itu. Tuan pemilik sejuta rindu yang menggebu. Tempat segala asaku bergantung dan meminta temu. Satu-satunya orang yang mengerti, bagaimana seorang lelaki sejati mencintai.
Laki-laki itu idaman. Mencintai tak hanya kala tenang sanubariku, tak peduli badai Cempaka atau Dahlia yang melanda hatiku, dia tetap mencintaiku.
Tak hanya hadir kala rindu menggebu, tak hanya datang untuk mengusap pipi yang basah sebab menunggu.
Dia memang bukan Dilan, dia tidak romantis dengan gaya klasik dan melankolis begitu. Dia membuatku jatuh, dengan caranya sendiri. Tidak perlu buku TTS yang terisi penuh, cukuplah "Selamat pagi teman hidupku." dan segurat senyum. Aku sudah jatuh.
Dia bukan Fahri, dia tidak sesempurna itu. Iya, yang bahkan dengan segala kesempurnaannya masih bisa mencintai wanita lain.
Dia hanyalah dia, Arka yang mempesona. Aku jatuh padanya. Penakluk gersangnya gurun afeksi dihatiku. Tak hanya fatamorgana, dia oase yang nyata.
Dan aku benar-benar mencintainya.
Mencintai tiap tutur katanya.
Mencintai tiap deru nafasnya.
Mencintai tiap lekuk tubuhnya.
Dan guratan senyumnya.Arka, sinar yang menuntunku, oase yang menyejukkanku.
Aku, mencintaimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Puisi - Kala Senja Menyapa
PoetryPenaku telah usang Termakan detik-detik yang terkenang Lembar-lembar koyak tergerus zaman Adakah inginmu untuk pulang? Sela jemari ini kian usang Adakah hujan yang membawamu datang? Masihkah sisa cinta yang terbuang? Adakah cela untukku kembali bers...