[BUKAN] IBU INDONESIA

324 31 2
                                    

Kunilai sebatas sudut pandang lensa kamera; karena kami tak pernah secara nyata berjumpa.

Berpuisi atau bernyanyi,
Syariat tak semestinya dianggap bualan yang pantas dijenakakan; lalu mengundang pertikaian.
Karena jelas,  selembar kain penutup tak pernah sama dengan segumpal rambut yang kusut.

Serius atau bercanda,
Tidak mengerti seharusnya mempelajari;  bukan berbicara dengan banyak arti, yang menyakiti hati.
Satu atau dua kata, aksara selalu bernyawa; kehendakmu yang menentukan; mencipta persatuan atau menyulut pertikaian?

Agama atau budaya,
Bukankah lebih baik jika saling dijaga untuk kualitas hidup yang lebih bermakna dan menjadi bangsa yang satu asa?

Karena Indonesia tak hanya lahir sebab kerja keras dan semangat menggelora pemeluk satu agama, bahkan satu batalyon tentara pun wajib untuk menguasai berbagai kemampuan untuk melindungi keutuhan negaranya. Maka menyudutkan satu golongan, bukanlah kebaikan.

Kita perlu beda untuk tangguh memimpin dunia, daripada bertikai, mengapa tidak berdamai?
Cipta aksara untuk satukan asa, atau diam bungkam untuk cegah hadirkan luka.

[Iya, sekali lagi. Ini hanya pengingat, agar persatuan dan kesatuan selalu dijaga. Sekali lagi, puisi tak bisa dipahami hanya dengan sekali baca. Entah apa maksud sebenarnya, saya belum mengkajinya. Saya tidak sepenuhnya membenarkan, pun juga tidak sepenuhnya menyalahkan. Intinya, jangan sampai ada perpecahan.]

Kumpulan Puisi - Kala Senja MenyapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang