/1/
Aksara memenuhi benak manusia laksana jelaga di kota, menggumpal penuh amarah untuk ditorehkan sebuah pena. Tuliskan! Tuliskan sesuatu! Apa bacaanmu tak menghasilkan apa-apa untuk hidupmu?/2/
Aku tersudut. Di tengah kota yang hampir bangkrut. Kalut dan carut marut. Aku harus selamatkan siapa? Penaku, atau kotaku?/3/
Terpaku. Mimpimu menarik tanganku. Membawaku melupakan bacaanku. Menyadarkanku perihal peduli sekelilingku./4/
Hei, lihat aku! Setumpuk bukumu tiada guna di kepalamu! Penamu tak berdaya tanpa kemanusiaanmu!/5/
Hei! Apa yang kau pikirkan? Aksara? Mayat ada di mana-mana! Tinggalkan penamu, langkahkan kakimu! Hei! Aksara tak menjelma anestesi atau penawar sakit gigi! Apalagi pengganti nyawa yang mati!/6/
Penamu itu, tak lagi berguna kalau kau masih membisu. Kalau kakimu terpaku. Kalau tanganmu hanya tahu rasa buku. Kalau matamu hanya melihat bangku dan lampu!/7/
Jelaga itu seakan berbicara. Mengacaukanku merangkai aksara. Ini bencana! Otakku kehilangan kata-kata. Aku harus bergerak. Atau aku akan tergeletak tanpa detak./8/
Nyali kotaku tak jadi ciut. Jelaga menjelma asa. Penaku kembali bernyawa. Benar. Aksara memang merubah dunia. Tapi pemegang pena lah yang menggerakkannya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Puisi - Kala Senja Menyapa
PuisiPenaku telah usang Termakan detik-detik yang terkenang Lembar-lembar koyak tergerus zaman Adakah inginmu untuk pulang? Sela jemari ini kian usang Adakah hujan yang membawamu datang? Masihkah sisa cinta yang terbuang? Adakah cela untukku kembali bers...