Diary Lolicious

BAB ENAM BELAS

“DAN kau lihat betapa riangnya dia?” Joses berbisik-bisik saat duduk bersama kedua saudaranya dan paman Rudolph mereka di salah satu pojok ruangan. 

Hari ini adalah neraka bagi Rudolph karena ternyata, setelah berminggu-minggu ia merasa di campakkan oleh Janette ia bisa melihat Janette lagi dengan sangat tidak bahagia. Jika bukan karena ingin melihat gadis itu, Rudolph tentu lebih memilih untuk tidak datang ke pasta ulang tahun perkawinan Thomas dan Vanya kali ini. 

Ia akan lebih memilih menghayati kekecewaannya tentang Janette yang meninggalkannya. Harapannya timbul saat undangan Thomas sampai di rumah. Sebuah pesta ulang tahun pernikahan perak menandakan bahwa saudara iparnya itu akan melangsungkan pesta yang megah untuk merayakan duapuluh lima tahun pernikahannya dengan kakak perempuan Rudolph, Vanya. Undangan sangat banyak dan jumlah keluarga yang hadir benar-benar tidak terhitung jumlahnya. Saat pertama kali datang, Rudolph merasa sangat putus asa dan semakin putus asa ketika melihat Janette hadir bersama kedua orang tua barunya dengan penampilan yang sangat gemilang. 

Tau apa yang membuat Rudolph merasa di cabik-cabik? Gadis itu menjadi rebutan banyak pria untuk bisa berdansa dengannya. 

Janette tengah menjadi primadona dan semua laki-laki mengatri untuk menggantikan pemuda yang tengah berdansa dengannya kali ini, pemuda manis yang mungkin usianya sebaya dengan salah satu dari ketiga keponakan yang menemaninya kali ini. Janette tampak sangat…berbeda. Gadis itu mengenakan gaun yang memperlihatkan bentuk tubuhnya—meskipun sebenarnya memiliki model yang normal dengan lengan pendek yang sangat biasa. Gaun berwarna putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna merah muda itu berpotongan leher rendah sehingga memperlihatkan belahan dadanya. Di lehernya menggantung sebuah kalung perak tipis yang membuatnya sangat berkilau. Kulitnya bersih, sangat bersih dengan rambut yang di kuncir kebelakang untuk memberi kesan betapa segar dirinya dan usaha itu sama sekali tidak gagal. Saat kepalanya berpaling, menggeleng, mengangguk, tertawa, rambutnya yang terikat bergoyang-goyang sehingga dirinya terlihat bagai permata. 

Astaga, Janette bahkan tidak pernah tertawa seperti itu saat bersamanya. Sedangkan pemuda itu sudah berhasil membuatnya terlihat sangat bahagia. 

“Ah…kau lihat? Pemuda itu melirik dadanya!” Jammie menggeram. 

“Ya, kau benar! Kau lihat bagaimana penampilannya?” Joses terdengar kagum sekaligus marah. “ini semua karena Kau, Juan! Untuk apa kau memberikan gaun seperti itu kepadanya?” 

“Aku juga sangat menyesalinya sungguh.” 

“Arg! Jika saja aku tidak punya otak. Aku akan menyeretnya sehingga dia tidak perlu berada di lantai dansa dengan laki-laki itu! Aku akan membawanya pergi menjauh!” 

“Sebagai penyesalanku, aku sangat ingin menyelimuti tubuhnya dengan jubah yang terbuat dari kulit rusa!” Juan menambahkan ucapan Joses. 

Jammie meringis mendengar komentar kedua saudaranya.

Semua laki-laki tengah di rasuki amarah saat melihat Janette yang berdansa dengan banyak pemujanya malam ini. “Kalian tidak akan merusak pesta orang tua kita, kan?” 

“Percayalah, sampai sekarang aku masih memikirkannya.” Joses melengos. 

Komentar ketiga pemuda itu sama sekali tidak membantu. Rudolph malah semakin panas mengingat dirinya tidak bisa berbuat apa-apa di depan keluarga besar seperti saat ini. Jika saja isi pesta ini  adalah orang lain, maka Rudolph pasti sudah menyeret gadis itu dari lantai dansa dan membawanya pergi sejauh mungkin sebagaimana rencana Joses. Dengan musik Waltz klasik, Janette membiarkan pemuda itu menggenggam tangannya dan dan merangkul pinggangnya sehingga tubuh mereka sangat dekat. Tidak, terlalu rapat. Rudolph semakin panas. Ia nyaris lepas kendali jika saja Jammie tidak beranjak setelah mengatakan, “Aku akan meminjamnya sebentar. Pemuda itu sudah berdansa terlalu lama dengan Jane-kita.”