TENTU saja, setelah perjuangan panjang itu, Rudolph sama sekali tidak bisa tidur, namun ia pura-pura tidur saat si kecil Janette menerima telpon dari seseorang. Beberapa kali Janette memanggil orang yang menelponnya itu dengan sebutan ayah dan dia meyakinkan kepada si penelpon bahwa keadaannya baik-baik saja.
Tidak terbayangkan di benaknya bahwa ia bisa mendapatkan Janette dengan cara sepeti ini. Tentu saja dari semua yang pernah di lakukannya, Jalan untuk mendapatkan Janette lebih panjang di bandingkan dengan wanita yang lain. Tapi ini sama sekali tidak sulit.
Rudolph hanya perlu meyakinkan dirinya bahwa Janette cukup dewasa untuk melakukan hal ini dan untuk itu dia harus menanggung penderitaan yang lama. Demi Janette dan karena Janette, Rudolph sudah kehilangan minat kepada wanita lain dan ia menyayangkannya. Tidak ada kegiatan bersenang-senangnya yang sempurna semenjak Janette jatuh kepangkuannya hari itu.
Otak Rudolph hanya berperang dan berperang tentang apa yang harus di lakukannya kepada Janette. Dia fikir Janette belum cukup ‘bisa’ untuk di masukkan kedalam kategori pemuas. Janette masih terlalu muda dan sebagainya. Janette mungkin memang masih terlalu muda untuknya, tapi tidak untuk bersenang-senang seperti ini. Tidak ada anak berusia lima belas tahun yang memiliki tubuh seperti yang di milikinya. Tentu saja payudara dan pinggulnya sudah cukup kokoh dengan tubuh yang ramping. Dan meskipun Janette kelihatan sangat rapuh karena belum berpengalaman—dan itu sangat terasa saat bercinta tadi—Janette mampu menemaninya bahkan sampai akhir.
Rudolph merasakan gerakan setelah sebuah salam perpisahan yang terdengar bisik-bisik itu berakhir. Janette sudah selesai menelpon dan nyaris saja menjauh dari tempat tidur jika saja Rudolph tidak segera menggenggam lengannya erat-erat. Ia terpaksa membuka mata, terpaksa berhenti untuk berpura-pura tidur karena tidak ingin Janette menjauh darinya. Gadis itu memandangnya dengan sorot mata heran.
“Ada apa?” Gumamnya. Suaranya sangat lelah, tapi tidak ada lagi ketakutan disana. Bahkan tidak terdengar sedikitpun keraguan.
Janette terdengar sangat percaya diri dan gadis itu tidak akan menimbulkan rasa bersalah di hati Rudolph. Padahal Rudolph mengira kalau dirinya akan mendengar tangisan Janette setelah ini sehingga menimbulkan keributan di rumah itu. Tapi ternyata tangisan Janette hanya terdengar di awal saja saat ia tidak sanggup menanggung kesakitan karena resiko dari kenikmatan yang di dapatkannya setelahnya.
“Mau kemana?”
“Ke kamar mandi, aku harus membersihkan diriku dulu sebelum tidur. Percayalah seharusnya aku tidur lebih cepat. Besok pagi aku harus menghadapi ujian.”
“Kalau begitu besok pagi saja. Gunakan waktu membersihkan dirimu itu untuk berbaring disini.” Rudolph menepuk-nepuk bantal yang tadi Janette gunakan untuk di gunakan kembali. “Jangan dulu menjauh, Jane!”
Janette mengangkat alisnya, terlihat sangat manis. Meskipun heran, ia tetap kembali mengangkat kakinya dan berbaring di tempat yang Rudolph inginkan. Tepat di sebelahnya. Janette berbaring menyamping untuk melihat Rudolph yang memandangnya. Jemari laki-laki itu mulai menyentuh wajahnya, menyusuri setiap lekuk disana lalu membelai pipinya dengan sangat ringan. Janette merinding.
“Siapa yang menelpon? Aku mendengarmu menelpon seseorang tadi!” Rudolph kembali bebicara.
“Ayahku. Dan aku marah padanya karena menelpon terlalu malam padahal aku sudah menunggunya sejak tadi. Tapi dia berkeras memaksakan firasatnya yang mengatakan kalau sudah terjadi sesuatu padaku. Karena itu aku harus berkeras juga untuk meyakinkan kalau aku tidak apa-apa.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Lolicious
RomanceJanette adalah putri dari bujangan Gallion Melville yang belum pernah sama sekali menikah. Jane jugalah orang yang mengubah hati Norma agar menikahi ayahnya- Gallion Melville. Janette dikelilingi bajingan-bajingan hidung belang selama kepergian oran...