BAB SEMBILAN BELAS

11K 483 22
                                    

Trimakasih atas vote & comment-nya.

Next~

Happy reading!!! Chu~

*****

"BRENGSEK Kau, Rudolph. Aku membencimu. Aku membencimu!"

Rudolph Bainbridge tersenyum setiap kali mengingat bagaimana caci maki Janette di malam pernikahan mereka. Oh, mereka di paksa untuk menikah dan Rudolph tidak merasa bahwa ada pilihan lain yang harus di buatnya selain memikirkan Janette. Malam pernikahan seharusnya indah. Tapi kekejaman Pollard membuat Rudolph menikmati pernikahan yang di langsungkan pada malam itu tanpa pesta dan tamu undangan sebagai bencana. Ia ingin Janette menemaninya pada malam itu. Ingin Janette berada disampingnya dan menikmati malam pengantin mereka. Tapi Rudolph tidak mendapatkannya.

Mereka di pisahkan tepat setelah janji suci di ucapkan. Rudolph yang nyaris tidak bisa berdiri karena di hajar ketiga keponakannya itu berusaha mengejar saat Janette diseret oleh ayahnya keluar dari rumah itu dan ajaibnya gadis itu tidak melawan. Ia mengikuti ayahnya dengan patuh seolah-olah pernikahan mereka adalah beban. Rudolph melupakan sesuatu. Janette memang tidak menginginkan pernikahan mereka, gadis itu sudah menyebutnya berkali-kali. Ia bahkan menambahkan panggilan mesra lain di setiap kata-katanya pada Rudolph di sepanjang malam itu, 'brengsek!'

Semuanya benar-benar kacau. Janette menghilang tanpa di ketahui di mana keberadaannya dan Rudolph tidak punya cukup uang untuk membayar orang demi mencarinya. Ia sudah di bebas tugaskan dari perusahaan Pollard sehingga semua hak-haknya lenyap-setidaknya untuk sementara waktu sampai kemarahan Thomas Pollard mereda. Sudah seminggu lebih ia meminta Ryan mencari tau sebisanya dengan mengorek ketiga sepupunya. Tapi Ryan belum menghasilkan apa-apa meskipun dia melaporkan kejadian itu setiap hari.

"Aku bahkan belum pernah melihat seperti apa wajah ibu tiriku!" Ryan mengeluh manja seolah-olah dirinya sangat kehilangan Janette.  

"Kau tidak memiliki fotonya, ayah?"

"Tidak!" gumam Rudolph dengan sangat marah. "Oh, Ryan. Aku sangat ingin menghajar seseorang saat ini. Aku kesal karena tidak menemukan istriku dimana-mana dan kau belum juga bisa mengorek informasi kemana tertua Pollard mengirimnya pergi!"

"Paman Thomas bahkan tidak memberitahukan kepada siapapun. Itu yang Jammie katakan."

"Jadi mereka benar-benar tidak tau?"

"Sepertinya begitu ayah!"

"Kita tidak bisa percaya begitu saja, kan? mereka juga penipu ulung. Aku benci pernah mengajarkan banyak hal kepada mereka jika mengingat saat-saat dimana mereka memukuliku." Rudolph mengerang geram lalu memandangi Ryan dengan tatapan tajam lagi, lebih tajam dari sebelumnya. "Kau harus mencari gara-gara anakku, agar aku bisa memukuli seseorang malam ini."

"Tidak ayah, itu sama sekali tidak bijaksana dalam keadaan hati yang sedang bersedih!" Ryan bersandiwara seolah-olah dirinya sangat terluka. Aktor yang cerdas seandainya Ryan memilih Untuk menjadi pemain film. Tapi pemuda itu lebih suka menjadi bajingan seperti ayahnya. Bedanya, Rudolph Bainbridge adalah seorang bajingan yang dingin sedangkan Ryan Bainbridge adalah perayu ulung.

Rudolph tersenyum. Ia sudah terlalu terbiasa mengahadapi sandiwara putranya. Rudolph bahkan pernah berfikir bahwa Ryan hanya bersandiwara sebagai putranya jika saja semua tes yang mengarah pada gen identik yang nyaris seratus persen itu tidak meyakinkannya bahwa pemuda itu adalah putra kandungnya dan bukan sandiwara Ryan belaka. "Bersedih karena apa, Nak? Seseorang mengejekmu? Ayah akan menghajarnya untukmu."

Diary LoliciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang