Masih Rein pov
Gue berjalan keluar dari kamar. Terlihat di dinding rumah Angga terdapat foto-foto keluarga yang sangat harmonis.
Saat gue berjalan,tak sengaja gue menemukan foto seorang anak kecil yang sedang memegang sebuah mainan dengan menggunakkan topi kecil yang terletak dikepalanya. Wahh imut bangett sihh adek ini. Pengen gue bawak pulang. Apa ini adek Angga? Mungkin aja sih. Udah ah. Gue harus cari Angga dulu ni buat nganterin gue pulang. Malah udah jam 4 sore lagi.
Gue menelusuri rumah Angga yang besar ini. Kalah rumah gue. Ketika sampai diruang tamu,terdapat Angga yang sedang duduk nyantai maen hp sambil menaikkan sebelah kakinya diatas paha.
"Angga." Spontan gue menghampiri dia.
Dia masih tetap dalam posisinya itu. Bahkan,omongan gue aja gak dia jawab. Huft.
"Lo tu budeg ya? Gue panggil tapi lo gak jawab." Ni anak bikin darah tinggi gue naik kali ya? Diajak bicara dari tadi malah gue nya gak di respon. Dasar cowok batu. Es batu nyebelin.
"Lo laper?" Hehh. Tau aja ni anak kalo perut gue mintak makaan.
Gue gak langsung jawab sih omongannya Angga, gue malu. Masa iya gue minta makan dirumah si 'es batu'. Ah enggak.
"Enggak. Antar gue sekarang. Ini udah jam 4, nantik keluarga gue nyari in." Gue pun berdiri berharap Angga menyetujui omongan guee. Tapi ni anak tetep aja main hp. Huft.
"ceritain dulu masalah lo. Abis itu pulang."
Huft. 7 kata yang gak pernah lebih.
**************
Author kece pov"ceritain dulu masalah lo. Abis itu pulang."
Angga masih tetap setia pada posisi duduknya. Rein yang berdiri pun tersentak kaget.
Lalu tanpa disuruh dan tanpa aba-aba dari siapapun Rein duduk kembali sambil menatap Angga.
"Kalo gue cerita in ke lo pun. Lo gak bakal bisa ngasi solusi apapun. Lo nya aja kayak gini,gimana gue bisa nyaman curhat sama lo?" Rein menarik nafas panjang dan menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Gue gak tau harus cerita ke siapa. Gue gak mau ini jadi beban untuk orang lain." Tanpa sadar, air mata Rein menetes dan langsung dihapus oleh Rein. Dia tak ingin terlihat lemah di hadapan Angga.
Tersentak kaget,Angga berhenti memainkan ponselnya. Dia menoleh kearah Rein yang sedang menutupi wajahnya.
Kemudian Angga meletakkan ponsel itu diatas meja. Dan beralih kepada seseorang yang kini tengah berada disampingnya.
"Gue akan denger semua curhatan lo." Perlahan Rein menoleh ke Angga yang kini tengah menatapnya. Terlihat sangat jelas disana Angga menatap Rein dengan lembut.
"Gue gak yakin lo bisa denger semuanya." Rein mengalihkan pandangannya kedepan.
"Lo gak percaya sama gue?"
"Bu..bukan gitu... ya tapi-"
"Lo cerita atau lo gak pulang?" Ancam Angga yang membuat Rein segera menceritakan semuanya.
"iya iya. Bawel banget sih lo. Awalnya tuh gini. Sebenarnya gue tu. Emm gue itu suka sama Dimas...." Rein menceritakan semuanya tentang bagaimana dan apa yang membuat dia sedih seperti ini.
Awalnya Angga sedikit kaget mendengar bahwa dia menyukai Dimas,tapi dia tak ingin menampakkannya. Angga memperhatikan semua gerak gerik Rein yang menceritakan hal itu dengan serius.
Bukan malah mendengarkan Rein bercerita,Angga malah asyik menatap Rein yang bercerita dengan mimik wajahnya yang menggemaskan itu.
Angga tersenyum sambil melipat tangan di dadanya. Lalu Rein berhenti bercerita. Dia melihat Angga yang sedang tersenyum dengan wajah heran dan kaget. Ya, bahkan Rein sangat kaget. Pasalnya Angga sangattt jarang sekali untuk tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like Rain
Teen Fiction"Lo tau gak, dulu gue itu benci banget sama hujan." Kekeh Rein sambil memainkan jari dipahanya. Pemuda yang disamping Rein tadinya hanya diam tak berkutik kini dia pun menoleh ke sumber suara. "Karna hujan itu selalu menghalangi aktivitas gue, tidak...