Karna malam inii. Saat yang terindah bagi hidupkuuu.. oh tuhan jangan hilangkan dia dari hidupku selamanyaa..
Rein melewati koridor sambil bernyanyi pelan. Jujur saja, dia sebenarnya memiliki selera yang bagus dalam bidang musik. Dia juga pernah memenangkan lomba nyanyi tingkat sekolah pada waktu dia masih duduk di kelas 8 SMP.
Lalu Rein duduk ditaman yang memang tidak jauh dari kelasnya. Terlihat di taman tersebut banyak siswa siswi yang sedang belajar, bermain handphone, bahkan ada yang sedang berduaan dengan pacarnya.
Pandangan Rein beralih ke sudut taman. Yang mana terdapat Dimas dan Tania disana yang sedang bermesraan. Rein menggeram pelan.
"Keep calm, Rein. Lo ga boleh cemburu. Ingattt Dimas itu sahabat lo." Dia mengepalkan tangannya.
Rein mengalihkan pandangan nya dari Dimas dan Tania. Dia duduk di tempat yang agak sepi dari keramaian. Rein menangkup wajahnya sambil memejamkan mata.
Angin sepoi sepoi membuat Rein seakan lupa terhadap apa yang sudah dilihatnya tadi.
"Uuuuu adem bangett." Rein masih memejamkan matanya sembari menikmati suasana taman.
"Ekhem." Rein tetap setia pada posisi nya. Dia tidak tau bahwa kini telah ada seseorang yang duduk disampingnya sambil membawa 2 botol minuman.
Masih tidak bergeming, seseorang yang duduk disamping Rein pun mulai berbuat jahil.
Seseorang itu menjitak kening Rein sehingga dia mengaduh kesakitan.
"Awww.. kurang kerjaan bang-" Kaget bukan main. Ternyata disebelahnya adalah Angga. Es batu.
"Lo!" Tatap Rein tajam sambil menunjuk Angga. Angga menatap Rein datar. Ya Angga memang begitu. Dataaaaaaaaaarrr.
"Kenapa lo disini? Perasaan lo tadi kan baca buku? Opps." Tanpa sadar Rein membongkar sendiri rahasianya yaitu memperhatikan Angga.
"Hobi banget merhatiin gue." Angga kembali menghadap ke depan dengan senyum simpulnya.
'Bodoh. Bodoh. Bodoh. Lo bodoh Rein' batin Rein.
"Ehh. Gu...gue ga merhatiin lo ya. Gue ga sengaja liat tadi." Rein melipat kedua tangannya didada. Dia sebenarnya malu atas apa yang diucapkan oleh Angga tadi.
Hening. Tak ada sepatah kata pun yang keluar lagi dari Mulut Rein.
Kemudian, sangat tak disangka. Tiba-tiba Angga menyodorkan sebotol air minum kepada Rein. Melihat hal itu, Rein menjadi terheran heran. Tumben-tumbenan dia memberikan Rein air minum.
"Kesambet? Atau ooo pasti ada maunya ni makanya lo ngasi gue minum gini. Ya kan? Udah ketebak dari wajah ketat lo itu." Begitulah Angga, Rein ngomong panjang-panjang dia hanya datar, datar,dan datar. Tak ada jawaban apapun yang keluar dari mulutnya.
"Issshh. Lo tuh ya, pantesan lo jomblo. Orang ngomong lo kacangin. Terus wajah lo tuu datarr terus,dataarr terus. Gadak variasinya. Gue ngomong dari tadi lo cuman diem aja kek patung pancoran. Gue kira lo kesini buat menghibur gue atau apalah. Yang ada gue yang enek liat lo." Rein mengoceh sehingga membuat Angga menutup telinganya.
"Erggggghhh. Ga sopannn bangett sih loo. Gue ngomonng woyy. Gue ngomong. Lo malah tutup telinga." Rein malah berbicara lebih kencang ditelinga Angga.
Ketika Angga hendak menoleh ke arah Rein tanpa sengaja dan tanpa disengaja Wajah Rein berada tepat di depan wajah Angga dengan beda jarak 3 cm. Sangat dekat. Rein kaget. Angga juga kaget. Tapi hal itu malah membuat Angga tak mengalihkan pandangannya dari wajah Rein yang masih terlihat kaget. Nampak wajah Rein memerah membuat Angga tersenyum simpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like Rain
Teen Fiction"Lo tau gak, dulu gue itu benci banget sama hujan." Kekeh Rein sambil memainkan jari dipahanya. Pemuda yang disamping Rein tadinya hanya diam tak berkutik kini dia pun menoleh ke sumber suara. "Karna hujan itu selalu menghalangi aktivitas gue, tidak...