Langit yang cerah yang tadinya menghiasi kini berganti dengan segumpal awan hitam yang nampaknya hendak menjatuhkan air yang dikandungnya.
Rein yang kini tengah dibonceng oleh Angga, menatap ke atas langit. Setetes air yang di tunggu itupun jatuh, pas mengenai wajah Rein.
Ya, sekarang Rein tak lagi pergi, saat hujan datang menghampiri, tak lagi gelisah saat hujan tercurah. Kini sebaliknya, Rein bahagia menjemput kedatangannya, Rein mendamba setiap tetes yang turun menyentuhnya.
Namun dibalik kebahagiaannya itu Rein juga tampak khawatir, pasalnya entah kenapa akhir-akhir ini Rein sering pusing dan pitam. Karna tak ingin orang tua serta Zein khawatir dia mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Itu hanya pusing biasa dan tidak ada yang perlu di khawatirkan.
Merasa hujan sudah turun sepenuhnya Angga memberhentikan sepeda motornya tepat di bawah halte yang kini tiada satupun orang diantara mereka.
"Lo gapapa Rein?" Tanya Angga khawatir melihat Rein basah kuyup dan wajahnya pucat.
Rein menggeleng lemah dan tak lupa memberikan senyum kekuatannya.
Angga membuka bagasi motornya dan mengambil jaket yang memang di bawanya kemana-mana.
Lalu di pakaikannya ke tubuh Rein yang tengah duduk di kursi halte. Dan akhirnya dia pun ikut duduk di samping Rein.
"Maafin gue." Titah Angga sambil tertunduk.
"Maaf? Untuk apa? Gila lo ya?" Jawab Rein yang kini bingung melihat perubahan sifat Angga.
"Gara-gara gue lo kehujanan."
Rein tertawa dan menepuk bahu Angga pelan.
"Apaan sih. Kan gue gapapa."
"Iya tapi lo basah kuyup dan wajah lo pucet."
"Hahaha gapapa kali, lagian gue udah lama gak mandi hujan." Pungkas Rein dengan wajah sumringahnya.
Angga masih setia dengan posisinya, mematap lurus dengan suasana canggung.
"Lo tau gak, dulu gue itu benci banget sama hujan." Kekeh Rein sambil memainkan jari dipahanya.
Angga yang tadinya hanya diam tak berkutik kini dia pun menoleh ke sumber suara.
"Karna hujan itu selalu menghalangi aktivitas gue, tidak bukan gue sih, mungkin untuk sebagian orang dan hujan itu gak baik juga untuk kesehatan. Makanya setiap hujan turun gue jarang datang ke sekolah. Karna disaat hujan juga penyakit sialan yang ada di tubuh gue akan kambuh, ya walaupun cuma sebentar."
"Tapi sekarang gue tau, Hujan tak seburuk yang gue pikirkan. Hujan membawa ketenangan, membawa kedamaian, untuk mereka yang suka hujan. Hujan juga gak bikin sakit kok, menurut biologi, yang bikin sakit itu ketika hujan yang pertama kali datang. Mandi hujan boleh tapi biarkan tunggu 5 menit hujan turun barulah kita mandi hujan. Hehe gak sia-sia gue anak Ipa. Lagian mandi hujan kan sunnah Rasul." Perjelas Rein.
Angga masih menatap lekat Rein dan mendengarkan dengan hikmat penjelasan Rein.
"I like Rein." Tanpa sadar kata itu keluar dari mulut Angga.
Sadar di tatap Angga, Rein menyenggol bahunya sehingga membuat Angga tergopoh sadar.
"Dan yang buat gue jadi suka sama hujan itu Ran loh." Rein mencoba menggoda Angga.
"Apa hubungannya sama gue." Ketus Angga dan kembali menatap lurus.
"Kan lo deket tuh sama dia."
"Gue juga deket sama lo."
Rein langsung terdiam dengan penuturan kata dari Angga. Dan nampaknya Angga tersenyum puas sambil melirik sekilas ke arah Rein.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like Rain
Novela Juvenil"Lo tau gak, dulu gue itu benci banget sama hujan." Kekeh Rein sambil memainkan jari dipahanya. Pemuda yang disamping Rein tadinya hanya diam tak berkutik kini dia pun menoleh ke sumber suara. "Karna hujan itu selalu menghalangi aktivitas gue, tidak...