"Bintang?"
Lirih Rein tak percaya atas apa yang kini dilihatnya.
"Rein.." Bintang tak kuasa menahan air matanya.
"Lo ngapain disini?" Tanya Rein.
"Rein, gue minta maaf. Gue salah, Maaf. Saat itu gue dibutakan oleh cinta sampai gue lupa persahabatan kita. Maaf Rein, maaaf. Lo sahabat terbaik gue Rein, gue nyesel udah buat lo menderita. Awalnya gue takut, gue takut ngelakuin ini, tapi ambisi cinta gue ke Dimas lebih besar daripada persahabatan Rein."
Isak tangis Bintang terdengar jelas di tempat tersebut. Dia menundukkan kepalanya.
Hal tersebut membuat Rein tak bisa lagi berbohong dengan keadaan. Langsung dipeluknya erat sahabatnya yang tengah terisak itu. Menyadari hal itu, Bintang membalas pelukan tersebut.
"Lo.. lo jahat, seharusnya lo gak pergi setelah kejadian itu, seharusnya lo gak lari dari masalah yang lo buat." Lirih Rein.
"Gue minta maaf Rein, gue pikir pergi adalah solusi terbaik saat itu, supaya lo gak sedih lagi. "
"Tapi kenyataannya gue tersiksa Bintang. Gue tertekan sama perbuatan yang udah gue buat ke elo. Omongan gue, kelakuan gue ke elo. Itu semua buat gue tertekan Bintang. Gue merasa bersalah, karna gue gak tau lo suka sama Dimas. Gue mintaa maaf Bintang, gue bukan sahabat yang baik. "
"Gue minta maaf Rein, gue minta maaf, gue minta maaf.. "
Rein pun melepaskan pelukannya. Lalu menatap lekat wajah Bintang.
"Udah, mulai sekarang lo jangan pergi lagi, jangan menjauh lagi, dan kalo ada masalah cerita ke gue. Gue selalu ada untuk lo. Jangan nangis lagi, lo udah besar, udah mau nikah jugaa." Kekeh Rein.
"Enak aja, gue belum lulus kali."
"Gue seneng akhirnya lo maafin gue Bintang, sekarang gue gak akan khawatir lagi." Ucap Rein tersenyum lirih.
"Gue juga Rein."
"Oh iya, lo masih suka sama Dimas?" Goda Rein sambil memainkan alisnya.
"Hahaha enggak Rein. Selama setahun ini gue belajar melupakan Dimas, dan memulai mencintai tanpa menyakiti."
Rein pun tersenyum bangga atas perubahan yang terjadi pada Bintang.
"Secepat itu lo lupain gue Bintang." Sosor Dimas yang datang bersama Ran.
"Hahaha gue khilaf suka sama lo Dim." Canda Bintang dengan kekehannya.
"Bener tuh, gue juga." Sambung Rein tanpa beban.
"Jadi lo pernah suka sama gue? What the? Seganteng itukah gue?" Tampaknya tingkat kepercayaan diri seorang Dimas meningkat.
Rein pun memutarkan bola matanya malas.
"Jangan-jangan lo juga suka sama gue juga Ran?"
Ran diam. Jantungnya berdetak tak karuan bak beduk lebaran. Tak bisa dipungkiri, Ran tak dapat mengelak dari hatinya yang kini sudah terpaut kepada Dimas.
Memang Dimas memiliki wajah yang lumayan tampan tapi lumayan bodoh juga dalam pelajaran.
"E..enggak kok. Aku suka sama kamu." Gagap Ran mengungkap kebenaran.
Semuanya terkaget, membelalakkan mata dengan mulut berbentuk lingkaran kecil.
"Gue gak nyangka sama lo Ran. Gak nyangka." Dimas menampakkan wajah sedihnya.
"Maaf Dimas, Maaf karna Aku suka sama kamu, jangan marah sama aku ya. Yaudah aku janji aku akan berhenti suka sama kamu." Lirih Ran dengan wajah tertunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like Rain
Fiksi Remaja"Lo tau gak, dulu gue itu benci banget sama hujan." Kekeh Rein sambil memainkan jari dipahanya. Pemuda yang disamping Rein tadinya hanya diam tak berkutik kini dia pun menoleh ke sumber suara. "Karna hujan itu selalu menghalangi aktivitas gue, tidak...