"... Karna lo spesial." Angga membuat Rein yang menunduk langsung menatap wajahnya.
Keduanya saling menatap dengan waktu yang agak lama. Namun Rein yang terlebih dahulu membuang pandangan itu.
"Lo gugup?" Ucap Angga sambil masih menatap Rein.
"E-e enggak. Gue gak gugup. Oh iya disini ada orang jual minuman gak, gue kayaknya dehidrasi nih. Gue kurang fokus jadinya. Gue beli minuman dulu ya. Lo disini aja." Rein pun pergi dari hadapan Angga dengan keadaan yang super gugup.
Dia berjalan dengan kencang sembari merasakan detak jantung yang membuatnya tak bisa menahan diri untuk tersenyum. Lalu Rein berhenti didepan sebuah kedai yang tak jauh dari taman.
'Karna lo spesial'
'Karna lo spesial'
'Karna lo spesial'
Kata-kata itu terus saja menyelimuti seluruh isi kepalanya.
"Aaaaaa!" Teriaknya hingga membuat orang yang berada dikedai tersebut kaget.
"Loh, kenapa neng? Kesurupan mimi peri?" Ucap pemilik kedai yang berada didepan Rein.
Rein merasa malu. Dia menyembunyikan wajah dikedua telapak tangannya.
"Pak, beli aquanya 2 dong." Si pemilik kedai tersenyum.
Lalu tiba-tiba seisi kedai terkejut dengan kedatangan seseorang yang sangat tampan.
Hal itu membuat Rein menoleh ke arah belakang. Dia langsung merasakan seperti aliran listrik tengah menyengat tubuhnya. Ada rasa kaget yang disertai dengan malu sehingga membuat dirinya yang tengah menatap lelaki itu langsung membuang tatapannya.
"Lama banget." Ucap Angga dengan wajah datar sambil membayar 2 botol aqua yang dibeli oleh Rein.
"Loh, pacarnya ya mbak? Gilaa serasa liat diri saya muda dulu." Sang pemilik kedai terkagum kagum.
Angga hanya tersenyum simpul mendengar pernyataan itu.
Lalu Angga menarik tangan Rein yang tengah melirik kesana kemari agar tak bertatapan dengan Angga.
Sesampainya di mobil mereka berdua tak berbicara sepatah katapun. Rein yang biasanya berisik jadi terdiam terpaku menatap lurus jalan. Angga hanya bisa tersenyum simpul sambil menyetir.
Sekitar satu jam lebih mereka di perjalanan menuju rumah Rein. Selama satu jam itu juga mereka tak bergeming.
Rein keluar dari mobil sedangkan Angga masih berada didalam mobil.
"Em.. makasih. G..gue m..masuk dulu." Ucap Rein terbata-bata dan lari ke dalam rumahnya tanpa mendengar respon dari Angga. Hal itu membuat Angga tersenyum dari dalam mobil.
*************
Pagi yang cerah di hari senin menyambut Rein yang bersemangat sekali untuk pergi ke sekolah. Bahkan dia bangun lebih awal dari biasanya.
"Umii, Abii Rein pergi kesekolah dulu yaa." Ucapnya sambil menyalami kedua orang tuanya yang tengah duduk di ruang tamu.
"Loh, ini masih jam setengah 6 loh, kok cepet banget mau pergi sekolah, umi belom nyiapin sarapan kamu. Zein juga belom siap tu." Umi Rein merasa aneh dengan anak bungsunya itu.
"Hehe. Umi tercintaa.. ini itu namanya antisipasii biar Rein ga terlambat ke sekolah, seharusnya umi bangga dong."
"Kamu mau pergi sama siapa? Zein aja belom apa apa." Abi nya juga menambahkan apa yang sebelumnya dibicarakan oleh Uminya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like Rain
Teen Fiction"Lo tau gak, dulu gue itu benci banget sama hujan." Kekeh Rein sambil memainkan jari dipahanya. Pemuda yang disamping Rein tadinya hanya diam tak berkutik kini dia pun menoleh ke sumber suara. "Karna hujan itu selalu menghalangi aktivitas gue, tidak...