BAGIAN 28

205 20 3
                                    

Jam ditangannya menunjukkan pukul 18.35 Wib. Gadis itu menggaruk kepalanya gusar. Lalu tanpa ingin ketahuan, Ia pun masuk dengan mengendap-endap berharap tidak ada yang mendengarnya masuk ke dalam rumah.

"Abis dari mana basah-basah? Udah jam berapa ini?" Rein tertangkap basah lebih tepatnya tercyduk.

Dia hanya nyengir tanpa dosa. Sedangkan Umi nya sudah memasang wajah datar.

"Umi sayang, tadi Rein pergi ke acara ulang tahun temen Rein, mereka main siram-siraman pake air mi, maka dari itu Rein pulang jam segini mii."

"Pinter banget bohongnya. Sama aja kayak Zein. Udah sana mandi abis itu sholat dan makan."

"Siap bosquuu."

Rein bergegas menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Sesampainya dikamar dia berdiri di depan teras kamarnya. Menikmati pemandangan yang ada dibelakang rumahnya.

***********

Malam minggu adalah hal yang dinanti sebagian orang karna alasan tertentu. Salah satunya Rein. Dia sangat menanti-nanti malam minggu, karna dengan alasan dia dapat tidur tanpa harus bangun cepat.

Rein yang tengah tiduran di kamarnya merasa bosan. Lalu entah setan apa yang menghinggapinya malam ini, tiba-tiba saja Rein berjalan menuju meja belajar dan membuka buku matematika tebal yang dipinjamnya dari perpustakaan namun tak pernah dibukanya sama sekali. Dibukanya lembaran-lembaran angka itu. Diperhatikannya dengan teliti.

'Kenapa dia sangat suka buku yang penuh angka begini? Lihatnya aja mata gue udah mumet dan otak gue udah nyerah.' Batin rein

Ditutupnya buku angka tersebut sambil memperhatikannya lebih teliti lagi.

"Dari pada suka buku kayak begini, bagusan suka ke gue. Eh, bicara apa sih gue." Rein memukul mulutnya pelan. Kemudian diletakkannya ketempat semula buku angka itu. Namun seketika Rein berhenti, dia terfokus pada sebuah gambar berbingkai yang memperlihatkan dua orang saling tertawa lepas. Dia tersenyum simpul, namun tak berlangsung lama.

Rein membalikkan foto tersebut. Dia menarik nafas panjang, dan mengingat kembali masa-masa dimana persahabatannya dengan Dimas baik-baik saja jauh berbanding terbalik dengan masa sekarang.

Drttt...derttt...derttt..

Bunyi suara getaran membuyarkan lamunan Rein. Dia mengambil Hp yang berada diatas kasur dan memeriksa 2 pesan yang masuk.

'Lo gak usah ikut paskib lagi Rein. Jauhin Angga.'

Begitulah pesan pertama yang tertera di layar ponsel Rein. Namun Rein hanya sebatas melihat tanpa menanggapi pesan yang dikirim oleh Dimas. Dia mendecak kesal. Lalu dibukanya pesan yang satu lagi.

'Bsk bs nmenin gw?'

Tentu saja Rein segera tahu pesan kedua ini dari siapa. Singkat tepat padat, siapa lagi kalau bukan Angga. Rein tersenyum merasa geli melihat pesan tersebut. Dengan semangat Dia pun membalas pesan tersebut.

'Gue gak mau. Nanti gue ngomong sama patung.'

Send.

Tanpa ragu dan secepat kilat Rein membalas pesan Angga. Sudah 2 menit dia menunggu balasan pesan dari Angga. Rein tak sedikitpun berpaling dari pesan yang dikirimi Angga tersebut.

I Like RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang