Setelah Rein menceritakan tentang dirinya yang terjatuh di dalam kolam. Dimas mengintogarsi Rein.
"Jadi lo inget gak, yang nolak lo cewek atau cowok?" Dimas bertanya seolah-olah dia adalah seorang detektif yang handal.
"Kayaknya dia cewek. Soalnya sebelum dorong gue dia kayak ngomong 'Rasain tuh' dan suaranya itu terasa gak asing banget di pendengaran gue."
"Lo yakin dia cewek?" Tanya Angga memastikan.
"Iya yakin." Jawab Rein memastikan pertanyan Angga.
"Kayaknya gue tahu siapa yang bisa ngasi jawaban dari pertanyaan kita semua." Kata Dimas.
************
Kini Rein dan lainnya mendatangi rumah Tania."Lo yakin dia bakalan tau?" Tanya Rein.
"Enggak sepenuhnya yakin sih, tapi lo ingat gak alasan kenapa Tania mau pacaran sama gue? Karna dia disuruh sama orang supaya lo sakit hati."
Rein mencoba mengingat perkataan Dimas tersebut.
"Iya juga sih." Angguk Rein membenarkan.
"Langsung ketuk aja pintunya." Ucap Angga.
Tokk tok tok.
Tak perlu menghitung waktu yang lama dalam beberapa hitungan detik pintu dibuka oleh si empunya rumah.
"Loh, kalian ada apa datang kesini?"
"Lo harus jawab jujur sama gue." Ucap Rein dengan wajah seriusnya.
"A..apa yang harus gue jawab?" Seketika Tania menjadi gelagapan.
"Lo mau jadi pacar Dimas karna lo disuruh orang supaya gue sakit hati kan?"
"I..iya."
"Siapa orang yang nyuruh lo?"
"Bintang. Dia orang yang nyuruh gue."
"Lo ga usah nuduh sahabat gue."
"Lo nanya, gue jawab. Selesai kan? Sekarang lebih baik lo pergi dan mampirin noh sahabat lo yang ternyata musuh lo sendiri."
Rein terpaku membisu ketika kebenaran menerpa dirinya.
'Bintang? Bagaimana bisa dia mengkhianati gue? Apa kesalahan yang udah gue buat ke dia?' Batinnya berteriak lirih.
"Rein, are you okay?" Kini Angga memegang bahu Rein seolah mentransfer kekuatan untuknya yang tengah rapuh saat ini.
"Hah. Are you okay. Sok inggris lo. Rein lo gwenchana?" Ucap Dimas memecah keheningan sejenak itu.
"Lebih baik kita bawa Rein pulang. Dia butuh istirahat untuk menenangkan pikirannya."
*******
"Gue ke kamar dulu. Sorry guys." Rein menatap mereka sendu.Baik Angga, Dimas dan Ran kini tak bisa berbuat lebih terhadap Rein. Mereka ingin Rein menenangkan dirinya dahulu.
"Ternyata Bintang itu bangsat juga ya." Kata Dimas dengan segelas air mineral ditangannya.
"Mungkin aja ada alasan yang kita tidak mengerti kenapa Bintang melakukan hal ini kepada Rein." Ucap Ran khawatir.
"Sahabat adalah musuh terbesar bagi seseorang." Angga mengatakannya dengan wajah datar bak tembok khasnya.
"BACOOTT! Sok puitis lo kotoran unta."
Omongan Dimas sama sekali tak ditanggapi oleh Angga. Karena sekarang ini dia lebih mengkhawatirkan Rein yang tengah berdiam diri dikamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like Rain
Teen Fiction"Lo tau gak, dulu gue itu benci banget sama hujan." Kekeh Rein sambil memainkan jari dipahanya. Pemuda yang disamping Rein tadinya hanya diam tak berkutik kini dia pun menoleh ke sumber suara. "Karna hujan itu selalu menghalangi aktivitas gue, tidak...