Author kece pov
"Huahhh." Rein mengepakkan kedua tangannya sambil mengucek-ngucek kedua matanya.
Ia masih mengumpulkan seluruh nyawanya. Rein bangkit dari tempat tidurnya sambil menuju kamar mandi dengan mata tertutup. Emang bisa? Anggap aja bisa.
Setelah hampir 10 menit Rein mandi dia pun segera bersiap-siap untuk pergi sekolah. Dilihatnya waktu masih menunjukkan pukul 06.30 WIB.
"Untung aja ga ketiduran."
Sebenarnya selepas sholat subuh tadi Rein tidur lagi. Emang udah kebiasaan Rein tidur setelah sholat subuh. Katanya baik untuk menjaga gigi agar tidak keropos. Hm.
"Abi.. umi.. Ze-" Teriakan Rein terhenti saat melihat Zein tidak ada di ruang meja makan.
"Loh, bi. Zein udah pergi ke sekolah?" Rein mulai bingung.
"Bandel banget ya. Dibilangin manggi Zein itu harus pakek abang." Abinya mengacak pelan rambut Rein.
"Hihi.. yaa maaf bi. Lagian dia ga marah kok." Kedua orang tuanya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat anak bungsunya itu.
"Zein udah pergi duluan. Cepet kamu sarapan. Diluar udah ada Dimas yang nungguin kamu dari tadi." Rein kaget dengan ucapan Uminya. Sedangkan abinya diam saja seperti biasanya ketika mendengar nama Dimas.
"Hah? Umi tau dari mana?" Rein.
"Tadi Zein bilang. Makanya dia ninggalin kamu. Lagian katanya Zein mau jemput temennya."
Rein kaget bukan main. Dia langsung mengambil sepotong sandwich lalu dibawanya lari tanpa memakan sarapannya terlebih dahulu.
"Abii,umii Rein pergi ke sekolah dulu. Assalamualaikum." Sambil teriak.
Rein tidak memperdulikan lagi saat kedua orang tuanya berteriak memanggil namanya. Dia langsung menghampiri Dimas.
"Eh Dimas, udah lama lo?" Rein Berusaha untuk biasa saja.
"Enggak baru aja. Oh iya, ini emak gue nyuruh anter makanan ke rumah lo. Emak gue rindu katanya. Kapan lo main kerumah lagi? Itu pesan dia." Lalu ia mengambil makanan yang diberikan Dimas.
"Ah iya iya. Gue juga rindu banget sama emak lo. Bentar ya, Gue kedalam dulu ngasi makanan ini ke Umi." Dia berlari dengan cepat masuk kedalam rumahnya.
"Umiiii.. ini ada makanan dikasi sama mamah Dimas." Diletakkan nya saja makanan itu di atas meja ruang tamu. Kemudian di keluar sambil berlari lagi.
Dimas masih stay ditempat dengan motor ninjanya. Hal itu membuat Rein senang. Karna dipemikirannya Dimas akan mengajaknya pergi sekolah bareng lagi seperti dulu.
"Cepet banget. Oh iya Rein, gue duluan ya, soalnya mau jemput Tania. Nanti dia marah sama gue. Hahaha. Tapi gue gemes sih liat dia marah." Kaget bukan main. Rein menahan rasa amarah nya terhadap Tania.
Rein mengepalkan kedua tangannya. Dan merasakan degupan amarah yang melonjak didadanya.
"Oke Rein. Gue duluan. Assalamualaikum." Dimas melaju dengan ninjanya. Tanpa menanyakan Rein pergi naik apa? Rein pergi sama siapa? semua kejadian dulu memang benar-benar sirna. Biasanya Dimas selalu menawarkan tumpangan untuk Rein. Tapi pagi ini? Realita tak sesuai ekspetasi.
Rein tak tau harus pergi dengan siapa. Sedangkan waktu sudah menunjukkan hampir pukul 07.00 WIB. 15 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Rein kebingungan.
"Aish. Gue kira Dimas jemput gue buat pergi sekolah bareng. Tapi, malah si iblis yang dijemput. Malah udah jam segini lagi. Telat, gue pasti telat. Heeee gimana nihh?" Rein menggaruk kepalanya yang tak gatal dan melihat-lihat kanan kiri berharap ada seseorang yang akan menumpanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like Rain
Teen Fiction"Lo tau gak, dulu gue itu benci banget sama hujan." Kekeh Rein sambil memainkan jari dipahanya. Pemuda yang disamping Rein tadinya hanya diam tak berkutik kini dia pun menoleh ke sumber suara. "Karna hujan itu selalu menghalangi aktivitas gue, tidak...