"Makasih ya kak Zein." Ucap Bintang sambil tersenyum manis dari luar mobil.
"Sama gue juga dong bilang makasihnya." Sanggah Rein tak terima.
Namun Bintang hanya memberikan senyum mengejeknya pada Rein.
Lalu Zein melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Lo harus jawab pertanyaan ini. Sejak kapan lo sama Bintang deket? Jangan bilang lo cuma jadiin dia pelampisan?" Tanya Rein yang sejak tadi penasaran.
"Gue ga se brengsek itu."
"Jadi?"
"Dia yang datangin gue. Katanya gue harus jadiin dia orang yang spesial di hidup gue. Yaudah gue turutin." Perjelas Zein.
Rein mengangguk dan memicingkan kedua matanya.
"Awas aja kalo lo nyakitin dia. Gak perduli kalo lo abang gue, gue jamin lo bakalan jadi makhluk paling sengsara nantinya." Ancam Rein.
"Gimana kalo dia yang nyakitin gue?"
"Yaa.. Lo kan cowok harus tahan sakit hati dong." Jawab Rein asal-asalan.
"Denger upil, cowok juga punya perasaan. Mereka juga bisa sedih,sakit hati,bahagia,dan kecewa. Tapi cara mengungkapkan nya juga berbeda-beda."
"Gue disakitin cowok biasa aja tuh."
"Bulshit! Tadi gue liat lo nangis pas ngomong sama Angga."
Rein membeku sejenak ditempatnya.
"Yaa.. Yaa.. Ituu.. Itu bukan nangis, dia tadi nginjek kaki gue. Badan dia kan besar tuh, terus dia nginjek kaki gue. Kan sakit, makanya gue agak sedikit mewek gitu." Kini Rein sangat pandai menjadi pemeran pembohong.
"Bacot!" Zein tau bahwa Rein menangis dengan alasan lain. Tapi dia tak ingin ikut campur dan memperumit masalah mereka.
Biarkan waktu dan cara mereka sendiri yang mengatasinya.
*********
Angga kini duduk termenung di sebuah taman yang pernah dikunjunginya bersama Rein dan Ran juga tentunya.
Sehingga dia tak menyadari sama sekali bahwa Rein juga duduk termenung di dekat danau dan sedikit berjauhan dari posisi Angga sekarang.
Lalu tiba-tiba pandangan Angga ditutupi oleh kedua tangan halus yang membuatnya segera memegang tangan itu untuk melepaskannya.
Saat dia menoleh kebelakang. Terlihatlah seorang gadis cantik dengan sebuah pita starwberry dikepalanya.
"Ternyata kamu masih ingat tempat ini." Kata Ran sambil duduk di samping kanan Angga.
Angga menoleh ke arah Ran dan hanya membalasnya dengan senyuman singkat. Namun tanpa disadari juga,pandangan mata Angga terkunci pada sosok gadis yang tengah duduk di tepi danau sambil termenung. Angga menatapnya lama. Hal itu juga membuat Ran heran.
"Angga, kamu liatin apa?" Ran menangkup wajah Angga.
Lalu dengan cepat Angga mengalihkan pandangannya dan merasa risih, Angga kembali melepaskan tangan Ran dari wajahnya.
"Oh iya Ngga, aku udah lama nggak jumpa dengan ibumu. Ayo kerumahmu. Aku merindukan ibumu." Ucap Ran dengan senyumnya.
"Kenapa kamu kembali?" Tanpa membalas ucapan Ran, Angga malah bertanya balik.
"Karna disana gak ada teman yang sebaik kamu."
"Aku serius."
"Aku juga serius. Emm. Aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Ini masalah surat yang dulu pernah aku tinggal di tempat ini. Aku pernah menuliskan di surat tersebut bahwa aku menyukaimu kan? Tapi karna terburu-buru aku lupa menuliskan bahwa aku menyukaimu sebagai teman. Hihi. Sorry Angga." Ujar Ran sambil menampilkan sederetan gigi putihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like Rain
Teen Fiction"Lo tau gak, dulu gue itu benci banget sama hujan." Kekeh Rein sambil memainkan jari dipahanya. Pemuda yang disamping Rein tadinya hanya diam tak berkutik kini dia pun menoleh ke sumber suara. "Karna hujan itu selalu menghalangi aktivitas gue, tidak...