BAGIAN 34

114 4 0
                                    

Sudah hampir satu tahun lebih Bintang meninggalkan SMA DUTA. Pas hampir satu tahun yang lalu juga ketika Biran dan Iza hendak mengunjungi Bintang yang kabarnya sedang sakit ternyata sesampainya mereka di tempat tujuan, rumah Bintang sepi tak berpenghuni. Dan tetangganya juga mengatakan bahwa mereka pindah rumah keluar kota, tapi entah kota yang mana ia juga tak tau.

Selama setahun ini juga kehidupan Rein di SMA Duta kembali normal, walaupun tidak ada lagi salah satu sosok yang selalu membuatnya tertawa. Kini Rein juga sudah menginjak kelas 12. Tak terasa waktu mendampingi mereka begitu cepat.

Dimas kembali berteman dengan Rein. Namun dengan perasaan yang tak sama seperti awal. Rein sudah menganggap Dimas sebagai saudara yang harus dia jaga begitu juga sebaliknya. Malah kini hati Rein tengah berlabuh kepada seorang lelaki yang selama kurang lebih satu tahun ini juga menemaninya. Tapi sayang, Rein tak tau apakah lelaki itu tau perasaan Rein kepadanya.

"Woy. Temenin gue ke kantin." Rein menggeprak meja dan melepas headset yang tengah digunakan Dimas.

"Berisik. Apaan sih!" Kesal Dimas.

"Temenin gue ke kantin. Gue laper."

"Ogah. Lo aja sendiri. Kayak anak kecil aja minta di temenin." Dimas kembali memasang headsetnya.

"Yaelah. Tadi rencananya sih gue juga mau sekalian traktir lo. Yaudah deh. Gue sama Iza Biran aja."

Tawaran yang menjadi ancaman, ah tidak sebuah kesempatan mungkin.

"Eh, tunggu. Sama gue aja. Gue haus." Dan ya, kalimat 'traktir' sangat ampuh untuk mengajak teman kemana saja.

Rein tersenyum miring. Sambil menjitak pelan dahi mulus Dimas.

"pletak."

Bunyinya pelan tapi sedikit menyakiti. Jitakan Rein memang tak bisa dipungkiri membuat Dimas kesal sendiri karna dia slalu jadi korban Rein untuk di bully.

Karna tak mau berdebat Dimas menarik napas dalam agar tak tersulut emosi dan mengusahakan untuk tak membalas jitakan Rein.

"Rame begete." Ucap Rein yang menatap keramaian itu dengan teliti.

"Oke. Itu tempat duduk kosong. Kita kesana." Dimas hanya pasrah ketika Rein menarik tangannya untuj dipandu ke tujuan.

"Lo tunggu disini. Biar gue yang pesen makanan. Btw lo mau apa?" Lontaran pertanyaan yang membuat Dimas tersenyum jahil.

"Gue mau nasi goreng spesial pake sayap, minumnya jus alpukat, makanan penutupnya es kris dan yang terakhir jajanan untuk bawak ke kelas."

Rein tersentak kaget bukan main atas apa yang dikatakan Dimas barusan.

"Ih gila. Lo kira gua banker makanan apa. Gak, gue gak mau mesenin itu semua. Uang gue juga gak cukup. Ganti yang lain."

"Oh no way. Lo harus kabulin janji traktir gue."

"Gue gak pernah janji. Lagian kalo ini uang untuk biaya traktir lo, terus gue makan apa dong?"

"Kan lo bisa nebeng bareng gue makannya. Udah cepet sana beli." Kembali. Dimas dengan gaya berkuasanya mendorong tubuh Rein untuk bersatu dengan keramaian.

Rein menerobos keramaian kantin dengan penuh sesak bercampur bau makanan serta bau badan orang-orang yang sedang berhimpitan itu.

Tak berlangsung lama, Rein sampai di warung Opung Iles.

"Opung, Baksonya cepetan dong pung. Udah dari tadi ini."

"Opung gue luan, gue udah nunggu dari tadi ni."

I Like RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang