BAB 5

185 39 10
                                    

       

Setelah menelpon Nicko untuk memberi tahu bahwa Emma akan ikut menonton tim sepak bola sekolah latihan, Kristin langsung menyeret Emma ke lapangan sekolah yang terletak di sebelah kantin. Lapangan itu tidak terlalu besar, kurang lebih seukuran lapangan futsal. Ekskul sepak bola dimulai tepat sepulang sekolah, jadi, semua anggotanya sudah bersiap melakukan pemanasan.

Nicko sengaja tidak memberi tahu Anta bahwa adiknya dan Emma akan menonton mereka. Ia sudah mempunyai rencana tersendiri. Setelah selesai pemanasan, Nicko mencari-cari di pinggir lapangan apakah adiknya dan Emma sudah datang. Disanalah mereka, sudah duduk manis di kursi penonton yang berada tepat di sebelah lapangan. "Lihat tuh, Emma datang mau nonton lo latihan" Nicko menyeringai sambil manatap Anta yang berada di sebelahnya.

"Paling dia cuma temenin adik lo." Anta menengok ke Emma dan Kristin.

"Adik gue sih bilangnya Emma mau nonton lo" Nicko menyengir lebar. Emma tidak sebenarnya berkata begitu, tapi ini sudah menjadi bagian dari rencana Nicko dan Kristin.

"KAK ANTA!!" seru Kristin dari tempat duduknya. "EMMA BILANG SEMANGAT YA LATIHANNYA!!"

Emma terpekik dan langsung mencubit lengan Kristin, mukanya memerah, "Kristin, apaan sih?" seryunya sambil berbisik, "Gue nggak bilang begitu!" Ia pun langsung menatap Anta yang berdiri disana sambil menatap mereka bingung. Wajah Emma semakin memerah melihat Anta yang telah mendengar apa yang dikatakan oleh Kristin. Cowok itu hanya menangguk pelan.

"Makasih ya, Emma." ucapnya. Membuat jantung Emma berdetak tidak karuan.

Melihat ini, Kristin terkikih dan menyenggol-nyenggol bahu Emma, "Ciee, ada yang tersipu malu karena Kak Anta nih~ Sama-sama, deh, Emma. Tapi, lain kali lo coba sendiri ya."

Emma tidak menghiraukan Kristin dan ini dibalas oleh cubitan gemas pada pipi Emma. Perhatian mereka tertuju ke lapangan setelah melihat kelompok sepak bola sekolah lain memasuki lapangan. Latihan akan segera dimulai. Emma tidak bisa berbohong bahwa Anta terlihat mempesona, ia pun juga jago bermain sepak bola. Sepuluh menit permainan dan Anta sudah dapat mencetak gol. Emma tersenyum dan bertepuk tangan saat melihat Anta menendang bola masuk ke dalam gawang lawan.

Setelah satu jam bermain, akhirnya latihan itu selesai. Kemenangan diraih oleh tim sepak bola sekolah mereka, seperti biasanya. Kristin langsung beranjak dari duduknya dan menarik-narik Emma ke pinggir lapangan tempat para pemain beristirahat. Walaupun Emma memberontak, ia tetap saja kalah oleh kekuatan tarikan tangan Kristin.

"Nih, nanti lo kasih ke Kak Anta, ya." Kristin menyodorkan satu botol minuman kepada Emma. Ia pun mengambil satu lagi dari kantung plastik dan memberikannya kepada Nicko, "Minum lo."

Nicko mengambil botol minuman itu, "Makasih ya. Buat Anta mana nih?" tanya Nicko sambil melihat ke arah Emma yang masih memegang botol minuman itu dengan gugup. Cewek itu sesekali melirik Anta yang masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Dengan sedikit dorongan dari Kristin, Emma pun berjalan mendekati Anta. "K-Kak Anta.." panggilnya pelan, membuat cowok berbadan tinggi itu menoleh ke arahnya. "I-Ini minuman buat.. K-Kak Anta.." Emma memberikan botol minuman itu pada Anta.

Anta menerima botol itu darinya. Melihat tingkah laku Emma yang malu-malu seperti itu menimbulkan perasaan tersendiri di hatinya. Dia merasa ada yang perhatian denganya walaupun hanya sebatas memberikan minum, "Makasih, Emma."

Wajah gadis itu tambah memerah. Ucapan terima kasih Anta hanya dijawab oleh anggukan kepala dan ia pun langsung mengicir kembali ke Kristin. Rasanya seperti berhadapan dengan seseorang yang sangat penting. Walaupun begitu, ada kelegaan dan kesenangan tersendiri yang menyetrum hati Emma saat melihat senyum dari Anta. Seakan mendapatkan penghargaan.

So, Which One? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang