BAB 9

129 27 14
                                    

"Emma, ukuran baju lo apa?" tanya Anta yang masih berjalan berdampingan dengan Emma. Siapa sih yang tidak berpikir bahwa orang yang bertanya seperti itu tidak ingin membelikanmu baju? Sudah terlihat jelas apa niatan Anta.

"Memangnya kenapa Kak?" tanya Emma. Gadis itu hanya ingin memastikan. Apakah dengan memberikannya boneka, Anta masih merasa bahwa itu kurang? Ini sudah lebih dari cukup bagi Emma.

Anta mengangkat kedua bahunya, "Cuma tanya."

Kalau memang Anta hanya ingin bertanya pada Emma, maka ia akan menjawabnya. Mungkin Emma memang terlalu berharap, harusnya dia tidak menebak-nebak. "Ukuran baju Emma sih M, Kak." jawabnya. "Tapi, kadang-kadang juga bisa L, tergantung bajunya."

"Baguslah kalau gitu. Karena sekarang lo lagi sama gue, jadi lebih gampang buat nyari bajunya."

Ternyata dugaan Emma benar.

Emma merasa dibohongi, dan memang dia sudah dibohongi. "Katanya Kakak tadi mau tanya doang," Emma mengerucutkan bibirnya. "Bohong."

Anta menyeringai, "Kalau gue nggak bohong, lo nggak bakal jawab pertanyaan gue." Laki-laki itu terkekeh dan berjalan ke arah salah satu toko baju yang mereka lewati, "Ayo, gue beliin lo baju. Sebentar lagi 'kan ada lomba band di sekolah, rencananya sih mau dibuat kayak pentas seni. Jadi, semuanya harus berpakaian rapi dan formal. Lo mau nggak kalau misalnya gue beliin baju pesta?"

Baju pesta?! Yang benar aja?! Baju pesta 'kan mahal banget! batin Emma. "Tapi 'kan Kak.. baju kayak gitu nggak murah." Emma mengerutkan dahinya. Anta sudah berlebihan hari ini, pertama, ia membayari makanan mereka. Kedua, ia membelikan Emma boneka. Dan sekarang Anta ingin membelikan Emma baju pesta? Emma makin merasa tidak enak.

"Emma, gue lakuin ini bukan karena gue terpaksa, 'kan? Ayolah, hari ini aja. Gue mau lihat lo pakai baju pesta saat gue tampil nanti, oke? Ayo." Anta menarik Emma masuk ke dalam toko baju yang ditujunya. Gadis itu hanya bisa menurut dan mengikutinya.

Baju-baju yang dipajang di toko itu terlihat anggun dan memesona. Sangatlah berkelas. Anta mencari-cari baju dress yang pas untuk Emma. "Warna kesukaan lo apa?"

"Putih.." Emma menjawab dengan lembut sambil memerhatikan Anta yang sibuk mengamati dress-dress yang dipajang oleh toko itu. Kedua mata biru itu berkilauan terkena pantulan dari pernak-pernik yang terpasang pada baju-baju. Setiap menatap ke dalam kedua mata itu, Emma merasakan kesejukan tersendiri di dalam hatinya.

Beberapa menit Anta habiskan untuk memilih dan memilah dress yang menurutnya cocok untuk Emma. Setelah puas memilih, Anta menunjukan dua dress pada Emma, "Lo lebih suka yang mana? Dua-duanya cocok kalau lo pakai."

Emma menatap kedua dress itu secara bergantian. Keduanya terlihat sangat indah dan menarik. Namun, ia harus memilih satu. Sumpah, gue masih ngerasa nggak enak karena akan dibelikan salah satunya oleh Kak Anta.

"Yang ini aja, Kak." Emma menunjuk ke salah satu dress yang dipegang oleh Anta. Dress itu tentu saja berwarna putih, jenisnya termasuk ke dalam semi-long dress. Alasannya memilih dress itu karena Emma tidak bisa melepaskan perhatiannya dari dress yang baru saja dipilihnya. Sangatlah mencolok dan menarik perhatian dan juga karena desainnya terlihat lucu.

"Pilihan bagus," Anta tersenyum, "Mau dicoba dulu nggak?" Laki-laki itu memberikan dress yang dipegangnya kepada Emma.

Emma menangguk dan mengambil dress itu dari Anta dan berjalan ke ruang ganti milik toko itu. Ia mengunci pintu setelah memasuki ruangan kecil itu dan menatap dirinya sendiri di kaca, lalu kembali menatap dress yang dipegangnya. Apa benar kalau dress ini cocok gue pakai? tanya Emma pada dirinya sendiri. Karena tak ingin membuat Anta menunggu lama, Emma mencoba memakainya dan kembali menatap dirinya di pantulan cermin. Emma masih belum bisa menilai dirinya sendiri, jadi, ia akan menunjukannya pada Anta.

So, Which One? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang