BAB 21

114 13 0
                                    

"Udah pernah ngerasain muka lo kena salju belum?"

Emma berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan itu, "Belum.. memangnya kenapa, Kak? Ini 'kan banyak salju."

Anta menyeringai dengan licik sebelum melemparkan segumpal salju yang ia sembunyikan di belakang punggungnya ke wajah Emma, membuat gadis itu terpekik kaget dan langsung memejamkan kedua matanya. Emma mengerucutkan bibirnya saat mendengar pecahnya gelar tawa Anta.

"KAK ANTA!!"

"Harusnya tadi gue foto muka lo!" Anta melanjutkan tawanya yang semakin keras. Ia berusaha menahan rasa sakit saat Emma mulai memukulinya dengan kesal. Tiba-tiba saja Anta merasakan segumpal bola dingin mengenai wajahnya, tidak salah lagi kalau pelakunya merupakan gadis yang berdiri tepat di depannya.

Gadis itu menyeringai dengan bangga, "Yes! Kena!" serunya sambil tertawa.

"Oh, jadi lo ngajak perang nih?" Anta terkekeh dan mulai menumpuk-numpuk salju di depannya untuk dijadikan benteng yang tinggi agar tidak terkena serangan dari Emma. "Sampai sekarang ini belum ada yang bisa kalahin gue."

"Kok bisa? Kayaknya Kak Anta gabut banget, jadinya main salju terus." ujar Emma sambil membangun bentengnya sendiri.

"Karena nggak ada yang pernah main sama gue, 'kan berarti gue nggak pernah dikalahin." Anta terkekeh sendiri karena candaannya, "Mending mainan salju, daripada mainan cewek."

Emma tertawa kecil, "Receh."

"Eh, sorry ya, gue seratus ribuan." Anta tertawa.

Tanpa bilang-bilang, Emma langsung saja melemparkan bola-bola salju yang sudah ia persiapkan ke arah Anta. Beberapa bola salju itu berhasil ditangkis oleh Anta dengan lengannya. "Curang lo! Nyuri start duluan!" seru Anta sambil cepat-cepat menggumpalkan beberapa bola salju dengan tangannya.

"Habisnya dari tadi Kak Anta ngomong terus!" Emma tertawa.

Anta dengan cepat membalas Emma dengan lemparan bola salju miliknya. Itulah sinyal dimulainya perang bola salju. Mereka saling melemparkan bola salju ke arah lawan. Emma terlihat kesusahan untuk menghindar dari serangan Anta sehingga dia paling banyak ditutupi oleh butiran-butiran salju, sedangkan Anta masih belum terkena satu pun lemparan dari Emma. Benteng yang telah dibangun Emma pun sedikit demi sedikit hancur dan menyatu dengan salju yang berada di atas permukaan tanah.

Karena tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas itu, Anta membawa beberapa bola salju di tangannya dan berlari menuju Emma yang sedang sibuk membersihkan bajunya dari butiran salju dan langsung melempari gadis itu dengan bola-bola saljunya tanpa ampun.

"Kak Anta!! Ampun!!" seru Emma sambil tertawa dan berusaha menyingkirkan salju-salju yang menimpanya.

"Beneran nih mau nyerah~?" Anta terkekeh, masih sibuk melempari bola salju pada gadis itu. Namun, sebelum ia dapat memberikan ampunan bagi Emma, gadis itu sudah mendorongnya terlebih dahulu, menjatuhkan Anta tepat di bentengnya yang sekarang telah menjadi tumpukan salju.

Anta mendorong tumpukan salju yang mengubur dirinya agar ia bisa berdiri. "Oke, gue kasih kemenangan untuk lo, khusus hari ini," Ia terkekeh sambil menepuk-nepuk celana jeans-nya untuk membersihkan salju yang masih menempel, "Tapi next time, gue nggak akan kasih ampun." Anta menyeringai.

"Perasaan tadi Emma juga akan menang kalau Kak Anta nggak nyerah." Emma tersenyum lebar dan menatap Anta dengan wajah kemenangan.

"Gue cuma kasian sama lo, makannya nggak gue lawan." ucap Anta sambil berjalan ke arah taman yang terletak tidak jauh dari tempat dimana mereka berdiri. "Kita duduk-duduk disana yuk. Tempatnya enak."

So, Which One? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang