BAB 2

279 49 34
                                    




Saat bel istirahat berdering, keempat serangkai itu menuju ke kantin. Anta dan Arya disambut dengan bisikan dan teriakan-teriakan cinta dari cewek-cewek yang ada disana. Walaupun hal ini sering terjadi, itu tidak pernah mengganggu mereka. Mereka berjalan ke salah satu meja kantin dan duduk bersama Raka yang sudah menunggu mereka sejak tadi.

Raka sudah membeli banyak jajanan, ia selalu membagi teman-temannya makanan yang ia beli. Jajanan itu sudah ditaruh di atas meja untuk mereka makan bersama. "Lama banget jalannya. Nih, udah gue beliin makanan."

"Kalau masalah makanan, Raka yang paling ngertiin kita." Nicko terkekeh sambil mulai mengambil makanan yang ada di atas meja. Raka hanya menggelengkan kepalanya melihat Nicko yang mengambil start untuk makan.

Setelah beberapa menit mereka hanya duduk diam sambil makan, Arya memecahkan keheningan itu, "Ayo kita main biar nggak bosen."

"Main apaan?" tanya Dhanu yang masih sibuk memakan keripik kentang bersama Anta.

Arya menyengir lebar, "Kita main truth or dare," ia terkekeh, "Kalau kalian berani aja."

"Bukannya itu mainan yang biasa dimainin sama cewek-cewek di kelas?" tanya Anta, "Main yang lain aja."

"Kenapa? Lo takut?" Arya tertawa.

Kata-kata Arya yang seolah terdengar seperti meremehkan Anta membuatnya mendengus, "Nggak lah! Ngapain takut sama permainan?" Anta menatap teman-temannya yang lain, "Kalian mau main nggak?" tanya Anta.

Raka, Dhanu, dan Nicko hanya mengangkat bahu mereka seakan mengatakan 'terserah'. Melihat ini, Arya dengan semangat mengambil botol minumannya yang kosong dan menaruhnya di atas meja. "Dimanapun ujung botol ini berhenti, orang itu yang akan kita interogasi." Arya menyeringai, lalu ia memutar botol itu. Semua mata tertuju pada botol plastik yang berputar-putar di atas meja.

"Dhanu!" Arya menyengir, menatap Dhanu setelah melihat ujung botol berhenti menghadap Dhanu. "Lo mau truth atau dare?"

"Apa ya..?" Dhanu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, "Dare aja deh. Bahaya main truth sama kalian."

Mereka menyeringai dan mulai memalingkan tubuh mereka dari Dhanu untuk berdiskusi. Dhanu mengerti pasti teman-temannya akan memberikan perintah yang aneh-aneh. Dhanu lebih memilih untuk melakukan hal yang aneh-aneh dibandingkan terpaksa membongkar rahasia-rahasianya. Setelah beberapa menit berdiskusi, teman-temannya kembali menatap Dhanu yang terlihat santai menunggu mereka.

"Lo ajak deh adik kelas itu beli es krim." Arya menunjuk ke arah salah satu adik kelas yang sedang membeli jajan sendirian.

"Sudah kuduga." Dhanu menggelengkan kepalanya sambil berdiri dan berjalan ke adik kelas itu. Teman-temannya terkekeh menontonnya dari kejauhan. Dhanu melirik kembali ke teman-temannya sebelum kembali menatap adik kelas itu dan menepuk pundaknya, "Hai, mau jajan bareng nggak?"

Adik kelas itu hanya menatapnya kebingungan, "N-Nggak kak.. makasih.." jawabnya malu.

"Ayo, dik, bentar aja deh," Dhanu menyengir lebar "Gue yang bayarin deh."

Adik kelas itu cepat-cepat kabur menuju ke gerombolan teman-temannya yang berdiri di sudut lain kantin. Arya, Anta, Nicko, dan Raka hanya bisa tertawa terbahak-bahak melihat kejadian penolakan itu. Dhanu berjalan kembali ke meja tempat mereka duduk dan mendengus, "Gue ditolak."

"Jelas aja lo ditolak. Adik kelasnya takut liat muka lo." ejek Nicko.

"Sialan, ngaca deh!" Dhanu kembali duduk bersama mereka, "Gantian dong, 'kan gue udah."

Arya pun kembali memutar botol itu di atas meja. Ujung botol itu berhenti di hadapan Anta. Cowok pendiam itu hanya menghela napas saat menyadari bahwa dia yang akan kena kejahilan teman-temannya. "Kenapa gue yang kena jadinya.." gumam Anta pada dirinya sendiri. "Gue pilih truth aja."

So, Which One? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang