BAB 12

105 25 3
                                    

Emma dan Kristin bertepuk tangan dengan meriah setelah band Black Swan itu selesai melantunkan kedua lagu yang akan mereka bawakan untuk terakhir kalinya dalam hari itu karena mereka ingin menyudahi latihan untuk hari ini. Setelah menaruh kembali semua peralatan musik pada tempatnya, para anggota band itu duduk bersama di lantai ruangan bersama dengan Emma dan Kristin.

"Gimana menurut lo? Kita bagus nggak mainnya?" Arya duduk di samping Emma seraya bertanya pada gadis itu.

"Kakak semua tadi mainnya bagus kok," Emma tersenyum, "Kak Arya suaranya bagus banget. Kak Anta juga main gitarnya jago."

Arya terkekeh, "Makasih Emma! Gue tambah semangat karena ada lo yang nonton." Ia mengedipkan satu matanya kepada Emma, membuat pipi gadis itu memerah.

"Woy, sore-sore nggoda cewek! Tobat lo!" Dhanu melemparkan bungkus makanan yang ia pegang ke wajah Arya, tapi laki-laki itu sudah dapat menepisnya sebelum bungkus itu mengenai wajahnya yang membuat Dhanu mendengus kesal.

Sementara di sudut lain ruangan, Nicko berpindah posisi duduknya ke sebelah Anta dan menepuk bahu laki-laki itu, "Coy, lo nggak mau anter Emma pulang? Cepetan gih tawarin! Sebelum dia minta jemput!" Nicko memberinya semangat, membuat Anta memutar bola matanya dan menggelengkan kepalanya.

"Ngapain? Paling nanti Arya juga mau nawarin dia pulang bareng."

Nicko mengerutkan dahinya dan memukul bahu Anta, "Lo nggak asyik deh. Kenapa? Lo masih nggak mau deketin Emma lagi karena yang kemarin itu? Nggak usah dipikirin lah. Baru segitu aja udah menyerah."

"Bukan masalah itu, Nick." Anta mengehela napas panjang, "Tahu sendiri 'kan gimana perasaan gue ke Arya sejak dulu. Gue juga udah sering cerita sama lo, kalau gue merasa... Arya mengambil semuanya dari gue. Mungkin gue terbilang egois karena ngomong kayak gini tapi, ya, itu yang gue rasain dari dulu."

Egois. Apa gue benar-benar egois karena sudah membiarkan orang lain mengambil segala hal yang seharusnya bisa jadi milik gue? Apa rasa marah dan kesal ini yang disebut dengan egois? tanya Anta pada dirinya sendiri.

"Kadang-kadang lo emang harus jadi sedikit lebih egois agar lo nggak terus direndahin sama orang lain." ujar Nicko.

Anta berpikir sejenak sebelum mengangguk dan berdiri dari duduknya. Nicko menatapnya dengan bingung untuk beberapa saat sebelum mengerti apa yang akan dilakukan oleh Anta. Laki-laki itu berjalan menuju Emma yang masih duduk bersama Kristin, Arya, dan Dhanu di tengah ruangan. Tanpa dipanggil, Emma sudah langsung menoleh ke arah Anta, membuat laki-laki itu mau tidak mau harus angkat bicara.

"Emma, nanti lo pulang bareng gue." ucapnya dengan singkat, padat, dan jelas.

Ajakan yang mendadak itu membuat pipi Emma memerah, "Nanti ini, Kak?" tanya Emma utuk memastikan. Pertanyaannya hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Anta.

Kristin terkikih dan merangkul Emma, "Ciee~ Pulang bareng Kak Anta nih~ Tapi, Emma jangan dibawa pulang ya, Kak. Nanti dicariin mamanya." Ia mencubit pipi Emma dengan gemas.

"Kalau gue mau bawa pulang gimana?" tanya Anta dengan ekspresi muka yang datar, seakan-akan apa yang dikatakannya itu serius. Kata-kata Anta selalu saja berhasil membuat Emma salah tingkah di hadapannya, sekarang gadis itu pun mengeluarkan keringat dingin tanpa ia sadari, wajahnya dihiasi warna merah. Hal ini justru membuat Anta senang. Laki-laki itu menarik sudut bibirnya ke atas seraya menatap Emma.

Membisunya Emma membuat Anta terkekeh, "Bercanda, bercanda. Lo mau pulang sekarang apa nanti?" tanya laki-laki itu sambil membereskan barang-barangnya yang masih berada di luar tasnya.

So, Which One? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang