BAB 6

163 35 11
                                    

       

Anta sengaja tidak sarapan pagi ini karena ia masih merasa tidak enak dengan keluarganya. Pagi-pagi sekali ia sudah berangkat sekolah, membawa motornya jauh dari area rumahnya sebelum menyalakan mesin agar tidak ada satu pun orang yang mendengar raungan motornya. Anta tidak peduli bila di sekolah masih sepi, ia hanya tidak ingin berada di lingkungan rumahnya sekarang.

"Anta, sweetie~ Bangun dong." Ibunya mengetuk-ngetuk pintu kamar Anta, namun tidak mendapat jawaban. "Mommy udah bikin sarapan lho."

Tapi tetap saja belum ada jawaban. Dengan rasa penasaran, ibunya mencoba membuka pintunya, memang tidak terkunci. Ia memasuki kamar Anta dan melihat sekitar. Anta tidak berada di dalam.

"Kenapa, Mom? Anta mana?" Arya berjalan ke ibunya yang masih berdiri di depan kamar Anta. Arya pun ikut mengintip ke dalam kamar Anta, "Dia udah duluan kah? Nggak bilang-bilang.."

Dengan terburu-buru, ibunya sudah berlari menuju ke ayahnya yang sedang minum kopi dan membaca koran di teras rumah, "HONEY! ANTA DICULIK!!"

Ayahnya membuang napas dan menaruh koran yang dibacanya di meja, "Badan Anta sebesar itu mana ada yang bisa culik dia." Ia menggelengkan kepalanya, "Coba ditelpon, siapa tahu dia di sekolah."

"Pagi-pagi sudah di sekolah? Aduuuh, Anta kenapa ya? Jangan-jangan dia kabur dari rumah!" Ibunya merengek sambil mencoba untuk menelpon anaknya itu. Tetapi, Anta tidak menjawab panggilannya. "Teleponnya nggak diangkat juga.."

Arya yang sejak tadi menguping orang tuanya dari dalam rumah mengerutkan dahinya. Mengapa Anta tiba-tiba saja menjauh? Apakah Arya melakukan sesuatu yang salah padanya? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benak Arya saat memikirkan Anta. Ia sudah merasakan adanya perubahan pada Anta, apalagi akhir-akhir ini. Tapi, Arya merasa tidak enak bila harus bertanya langsung pada Anta.

***

Jam masih menunjukan pukul enam pagi. Anta yang sejak tadi tertidur dengan kepalanya di atas meja akhirnya terbangun. Kelasnya masih kosong, belum ada juga yang datang selain Anta. Karena bosan, Anta berjalan keluar kelasnya menuju ke taman sekolah. Kedua matanya tertuju pada sosok gadis yang terduduk di kursi panjang dekat air mancur.

"Hai Emma. Pagi-pagi udah datang aja." Tanpa meminta izin, Anta sudah duduk di samping gadis itu, membuatnya terpekik kaget.

"Kakak.. bikin kaget aja.." ucap Emma pelan.

"Maaf kalau gitu." Anta berdeham, matanya lalu tertuju pada buku pelajaran yang dipegang oleh Emma, "Lagi belajar apa?"

Emma kembali menatap bukunya, "Fisika, Kak.. besok ulangan." Tiba-tiba saja Anta menggeser tubuhnya lebih dekat pada Emma untuk melihat materi apa yang sedang dibaca oleh gadis itu. Wajah Emma seketika memerah.

"Kalau lo masih bingung materi itu, nanti pulang sekolah ketemu gue di kantin. Nanti gue ajarin."

Hah?! Yang bener aja? Gue nanti belajar bareng Kak Anta? Bisa-bisa gue digantung sama Kak Rani! Emma memperingati dirinya sendiri. Namun, ia juga memerlukan pelajaran ini dan bila Anta bisa membantunya, satu-satunya pilihan yang ia miliki adalah untuk bertemu Anta sepulang sekolah.

Tawaran Anta dijawab oleh anggukan kepala dari Emma. Laki-laki itu kembali berdiri, "Oke, sampai nanti kalau gitu." Ia pun berjalan kembali menuju kelasnya, meninggalkan Emma yang masih terduduk disitu dan tersipu malu.

"Hayo~ Pagi-pagi udah mesra aja~" goda Kristin sambil menghampiri Emma. Sejak tadi, ia sudah menguping dan mengamati mereka dari jauh.

"Kristin..!" Emma menoleh ke temannya itu, "Sejak kapan lo disitu?!"

So, Which One? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang