Anta menatap sekeliling restoran sambil meneguk segelas iced cappuccino yang ia beli. Restoran terlihat sepi hari ini, biasanya anak-anak seumuran Anta nongkrong disini untuk sekedar bertemu dengan teman atau mengerjakan tugas. Iya, Anta memang sering ke restoran ini bersama Arya, namun, hari ini Arya sedang sibuk dengan proyeknya. Entah kenapa, mood Anta langsung dipenuhi awan mendung ketika sadar bahwa Emma akan bertemu dengan Arya tadi. Kenapa gadis itu tidak memberi tahu kalau ia janjian dengan Arya?
Ah, sudahlah. Bukan urusan gue. Lagian, gue punya hak apa untuk marah kayak gini? Gue 'kan bukan siapa-siapanya Emma, batin Anta sambil mencoba untuk menyapu bersih semua pikiran yang memicu amarahnya.
Ia kembali melihat sekeliling restoran dan kemudian mengeluarkan HP-nya dari saku celana. Baru saja ia akan mengirimkan pesan pada seseorang, orang itu sendiri sudah datang memasuki restoran.
"Lo lama banget sih." keluh Anta sambil menatap tiga orang yang datang menghampirinya. Ketiga orang itu adalah Nicko, Dhanu, dan Kristin.
"Macet di jalan. Kayak ga kenal Jakarta aja, dasar bule." Nicko terkekeh sambil duduk bersama Anta. "Gue bawa Kristin, takut diculik nanti kalau gue tinggal di rumah sendirian. Nggak apa-apa ya?"
Anta mengangguk, "Nggak apa-apa kok. Lagian, kita juga udah sering ketemu Kristin."
Dhanu yang baru selesai melepaskan jaketnya akhirnya ikut dalam pembicaraan, "Oh iya, Raka mana? Katanya lo mau ngajak dia."
"Katanya dia ada acara, nemenin ibunya kemana gitu," Anta mengangkat kedua bahunya, "Biasa, anak pejabat pasti banyak kerjaan." ujarnya.
"Yaah..." Dhanu merengek dengan kecewa, "Padahal biasanya si Raka yang bayarin kita makan. Nggak seru nih."
Nicko hanya menggelengkan kepalanya. Lalu, ia teringat akan sesuatu, "Anta, gimana kencan lo sama Emma? Kenapa jam segini udah pulang? Perasaan lo tanya ke gue alamat Emma baru tadi pagi jam delapan."
Topik pembicaraan ini akhirnya dapat menarik perhatian Kristin yang sedari tadi hanya memainkan HP-nya. Ia langsung menoleh ke arah Anta, "Iya, Kak! Gimana tadi sama Emma? Emangnya Emma udah kakak antar pulang? Kok dia belum kabarin gue ya?" Kristin kembali mengecek HP-nya bila ada pesan masuk dari Emma, tapi tetap belum ada.
Anta menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan mereka, "Pertama.. itu bukan kencan. Gue hanya sekedar jalan-jalan sama Emma. Kedua, acaranya nggak berjalan dengan lancar karena satu alasan."
"Dan alasannya adalah?" tanya Nicko.
"Emma bilang ke gue kalau dia ada acara. Jadi, ya terpaksa harus udahan jalan-jalannya. Gue anterin dia ke tempat yang dia udah kasih tahu dan ternyata..." Anta menurunkan pandangannya, menatap ke meja. "Yah... Well, dia udah janjian sama Arya."
Kristin mengerutkan dahinya. Dugaannya bahwa akan ada rasa kecewa dari Anta ternyata benar. Ia sudah mencoba untuk memperingatkan Emma kemarin, tapi, usahanya sudah terlambat pada waktu itu karena Emma sudah terlanjur menerima kedua permintaan mereka. Bila sudah seperti ini, mereka bisa bertengkar hanya karena Emma.
"Seriusan? Arya?" tanya Nicko tidak percaya. "Dan lo ngebiarin dia ngambil Emma begitu aja?"
"Gue harus gimana? Nggak ngebolehin Emma hang out bareng Arya? Emang gue siapanya Emma? Gue nggak punya hak apapun untuk ngelarang Emma. Gue bukan siapa-siapanya kecuali teman."
"Emangnya Emma nggak ngasih tahu lo dari awal kalau dia nanti bakal janjian sama Arya?" Dhanu yang dari tadi hanya menyimak pembicaraan mereka sekarang mulai ikut penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
So, Which One? [COMPLETED]
Teen FictionSaudara laki-laki kembar yang mendapatkan gelar "Pangeran Sekolah" bernama Anta dan Arya, dipertemukan dengan adik kelas mereka yang bernama Emma. Apakah kedatangan Emma akan merusak tali persaudaraan mereka yang terjaga erat? Dan siapakah yang aka...