BAB 13

101 23 5
                                    

       

"Mom, Dad, besok band Arya mau ikut lomba sekolah. Kita dari kemarin sibuk latihan." Arya angkat bicara saat kesunyian memenuhi ruangan. Ia masih makan di ruang makan bersama kedua orang tuanya.

Ayahnya mengangkat pandangannya dari piring menuju Arya, "Jangan terlalu banyak latihan. Nanti suaramu habis untuk lomba."

"Tenang aja, Dad. Masalah itu, udah bisa Arya atur sendiri." Arya terkekeh.

"Anak mommy makin pandai aja nyanyi. Pasti kamu bisa menang lomba besok ini." Ibunya memberi semangat.

Arya tersenyum lebar padanya, "Thanks, Mom! Oh iya, akhir-akhir ini Arya ketemu sama cewek di sekolah. Adik kelas ternyata! Cantik, Mom! Mungkin Arya mulai suka sama cewek itu. Dia pemalu, tapi justru itu yang bikin dia kelihatan imut."

"Oooh, someone's in love~" goda ibunya dengan jahil, sedangkan ayahnya menggelengkan kepala dan menambahkan makanan ke atas piringnya karena masih merasa lapar.

Arya kemudian berhenti makan dan berbisik, "Tapi, jangan kasih tahu ke Anta ya, Mom, Dad. Kayaknya dia juga suka sama cewek itu. Arya nggak enak kalau misalnya harus bilang ke Anta kalau kita berdua suka cewek yang sama, takutnya dia marah."

"Kalau begitu, kita bisa kok jaga rahasia, iya 'kan honey?" Ibunya menyenggol lengan ayahnya dengan ujung siku. Ayahnya hanya mengangguk sebagai jawaban, tidak memalingkan pandangannya dari piring makan.

Tidak lama kemudian, pintu utama rumah terbuka dan Anta terlihat memasuki rumah. Laki-laki itu menutup kembali pintunya setelah melepaskan sepatu yang ia kenakan. Ia memandang sekeliling ruang tengah untuk mencari-cari dimana keberadaan keluarganya. "Mom, Dad, i'm home." seru Anta di tempat ia berdiri, namun, tidak ada jawaban. Karena ingin memastikan bahwa di rumah ada orang, Anta mencari-cari sekeliling rumah dan akhirnya berhasil menemukan keluarganya sedang makan bersama di ruang makan.

Tanpa dia.

Anta menghela napas panjang dan memutar badannya menjauhi ruang makan. Ia segera berjalan menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Anta membuka pintu kamarnya dan berjalan masuk, melempar tas punggungnya ke kasur sebelum mengunci pintu kamarnya dari dalam.

Ia mengambil gitar akustik yang tergeletak di samping kasur dan duduk dengan memangku alat musik itu. Jari-jarinya mulai memetik senar gitar dengan irama dan ritme yang sesuai dengan lagu yang ia mainkan. Saat semua di rumahnya tidak berpihak dengan Anta, selalu ada musik yang menemaninya.

Tiba-tiba saja, nada dering notifikasi masuk berbunyi di HP-nya. Anta dengan cepat mengambil HP-nya dari dalam tas dan melihat nama yang tertera pada layar. Senyum kecil langsung tergambar pada wajah Anta dan jarinya dengan sigap membuka pesan yang masuk.

Emma: Kak Anta, good luck ya untuk lomba besok. Emma pasti pakai baju yang udah Kakak beliin waktu itu

Oke. Mungkin sekarang, musik bukan satu-satunya hal yang bisa menemani gue saat merasa kesepian di rumah.

Anta P: Thanks ya, Emma. Gue pasti bakal cari lo dari atas panggung. Lo makannya besok jangan jauh-jauh dari panggung, biar gue lihatnya jelas. Siapa tahu dengan lihat lo, gue mainnya makin semangat.

Emma: Kak Anta bisa aja. Tapi, Emma bakal berdiri di dekat panggung kok. Semangat ya, Kak!

Anta P: Sekali lagi, thanks banget :D

Anta terkekeh pelan sambil menatapi layar HP-nya. Hanya sebuah percakapan kecil di antara mereka, tapi dapat menghangatkan hati Anta. Ia sangat membutuhkan itu sekarang, saat tidak ada hal yang bisa memperbaiki suasana hatinya di rumah. Bila begini terus, mungkin Anta tidak perlu lagi meresa kesepian.

So, Which One? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang