"IQBAAL BUNDA BELUM SELESAI NGOMONG"
"Nanti aja bun Iqbaal mau ketemuan, udah ngaret nih. Dah bunda" lelaki ini segera masuk ke dalam mobil dan tak lama ia sudah meninggalkan pekarangan rumah.
Rike--bunda Iqbaal-- hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan putra bungsu nya itu.
☁☁☁
Hal yang paling menyebalkan jika pergi ke mall pada hari libur, mencari parkiran. Setelah satu jam berkeliling akhirnya ia menemukan tempat yang pas untuk me-markirkan mobil kesayangannya.
"Ah, gue udah telat satu jam ini mah" tanpa berlama lama lagi Iqbaal segera berjalan menuju Starbucks.
"Sory guys gue telat" ucap Iqbaal dengan cengiran khas-nya begitu sampai di sana.
"Lumutan gue nunggu lo"
"Rumah lo pindah ke Bandung ya? Lama bgt njir"
"Iqbaal boker dulu kali"
"Dia mandiin piaraan nya dulu tuh"
"Emang ada ya?"
"Anjing tetangga sebelah nya" pria bermata sipit itu tertawa setelah mengucapkan kalimat yang berhasil membuat Iqbaal membelalakkan matanya.
"Kampret lo. Kaya gatau mall kalo libur aja. Parkiran penuh ege" Iqbaal menjawab sembari menyesap Vanilla Frape milik Rafto.
"Eh minuman gue gausah diminum juga" Rafto mengambil alih minumannya yang berada di tangan Iqbaal sekarang.
"Gue haus nih" Iqbaal memegang lehernya menunjukkan kalau ia benar benar haus.
"Pesen sendiri kan bisa" Aldi kali ini menyahut.
"Mager, pesenin dong" ucap Iqbaal dengan puppy eyes nya.
Aldi memutar bola matanya. Ia merasa agak 'jijik' melihat kelakuan sahabatnya ini. "Yaudah, minum apa lo?" akhirnya Aldi mau memesankan minuman untuk Iqbaal.
"Aldi baik deh, Capuccino biasa aja tapi 2"
"Bukan haus tapi maruk lo mah" akhirnya Ojan buka suara setelah bungkam begitu lama*bahasa gue duh
Aldi segera pergi untuk memesan minuman Iqbaal. Tak lama ia datang kembali membawa pesanan Iqbaal dan satu milik nya.
"Guys, gue mau ngomong nih" Iqbaal kembali bersuara.
Sontak Ojan, Rafto dan Aldi menengok ke arah Iqbaal dengan tatapan seolah mereka mengatakan 'apaan?'
"Bunda gue ngomongin masalah itu lagi"
Rafto menyahut "Ya lo terima aja lah. Inget, ini permintan bunda sama ayah lo. Masa lo mau nge bantah orang tua?".
"Gue setuju sama Rafto" kali ini Aldi yang angkat bicara.
Iqbaal menghembuskan napas kasar. "Ya gue gamau bantah mereka sih. Tapi masa iya gue dijodohin? Kan ga asik"
Setelah memikirkan kata kata yang pas, Ojan ikut menjawab, "Lo belum coba tapi udah ngomong duluan. Terima aja dulu, siapa tau lo nanti cocok sama dia. Bukannya kita ga ngebela lo, tapi sebagai sahabat kita cuma ngasih saran" Ojan menandaskan ucapannya.
Iqbaal terdiam. Ia mencerna kata kata ketiga sahabatnya tadi. Memang ada benarnya juga, tapi jujur ia masih bimbang untuk menentukan pilihannya.
☁☁☁
Kebiasaan Iqbaal setiap malam yaitu menonton kartun favoritnya di televisi. Tiba tiba bunda datang dan duduk di samping Iqbaal.
"Udah gede nonton nya masih aja ginian"
Iqbaal sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari televisi. "Biar aja bun, daripada aku nonton yang aneh aneh kan"
"Yaudah nanti nonton nya dilanjut lagi. Makan malam dulu, ayah sama teteh udah nunggu di meja makan" ucap bunda sambil mematikan tv lalu berjalan ke arah dapur.
"Iya bun"
☁☁☁
Setelah selesai makan malam, keluarga Iqbaal berkumpul di ruang tamu untuk membicarakan sesuatu. Ayah yang pertama kali buka suara. "Jadi gimana? Kamu sudah tau apa keputusannya?"
'pasti ngomongin masalah ini lagi deh' batin Iqbaal.
"Ayah ngomong malah bengong" Teh Ody membuyarkan lamunan Iqbaal.
"Tapi yah, aku baru masuk kuliah. Terus kalo aku dijodohin gimana?" Iqbaal berusaha menjelaskan kepada ayahnya.
"Kamu coba dulu sayang, lagi pula nggak masalah kan kalo kamu kuliah. Tunangan aja dulu" kali ini bunda angkat bicara.
Iqbaal terdiam
1 menit
2 menit
3 menitSetelah bergelut dengan hati dan pemikirannya, akhirnya Iqbaal menemukan yang pas.
"Yaudah, Iqbaal mau"
•
•
•
•
•Okesip, i know ini pasti absurd parah. But, gaada salah nya mencoba kan?
Kritik dan saran diterima tapi jangan pake bahasa kasar ya:)
Vote dan Coment jangan lupa
-masa depan baale✨

KAMU SEDANG MEMBACA
Love [IDR]
FanficSefruit cerita yang tidak direncanakan. 1st published January 22, 2018.