25. One fine day

6.9K 728 25
                                    

Jika kalian berpikir bahwa Iqbaal juga ikut tidur, tidak. Jawabannya, Iqbaal masih terjaga sambil mengawasi keadaan (Namakamu).

"Ngh, Iqbaal" lirih (Namakamu).

"Kok bangun? Kenapa?"

(Namakamu) mengubah posisinya menjadi duduk. "Aku maunya tidur sama kamu"

Iqbaal mengernyit bingung. "Dari tadi aku disini. Ngga kemana-mana"

(Namakamu) melakukan hal yang sama saat di sofa beberapa jam yang lalu. Membenamkan wajahnya di dada Iqbaal.

"Jangan dilepas" pinta (Namakamu).

Iqbaal meringis. Ia merasa suhu tubuh (Namakamu) semakin panas. "(Nam) bangun dulu ya, minum obat"

(Namakamu) menggeleng. "Aku pusing"

"Ya makannya minum obat sayang"

"Aku ngga mau"

Iqbaal menyerah. (Namakamu) memang sedikit keras kepala. Ia hanya khawatir dengan keadaan istrinya.

"Apa gue minta bantuan pak Muklis aja ya?"

Pak Muklis, satpam yang menjaga rumah Iqbaal dan (Namakamu). Akhirnya Iqbaal menelfon pak Muklis, minta tolong untuk mengambilkan obat dibawah.

Tok... Tok... Tok

Iqbaal menidurkan (Namakamu) di sebelahnya membuat (Namakamu) terbangun.

"Sebentar sayang, aku buka pintu dulu" Iqbaal beranjak dari kasur dan membukakan pintu kamar.

"Ini den obatnya" Pak Muklis memberikan beberapa obat kepada Iqbaal.

"Makasih ya pak. Maaf malem-malem begini ngerepotin"

"Gak apa-apa den. Yasudah, kalau begitu saya kembali ke depan dulu"

Iqbaal mengangguk sopan. Setelah Pak Muklis turun ke bawah Iqbaal kembali menutup pintu kamar.

Iqbaal menghampiri (Namakamu) yang juga ikut terbangun. "Minum obat dulu ya"

(Namakamu) tetap kekeuh pada pendiriannya. "Pusing banget, gamau minum obat"

Iqbaal mengelus rambut (Namakamu). "Minum obat itu biar sembuh, sayang. Kalo gak mana bisa pusing nya hilang"

"Aku gak mau" suara (Namakamu) bergetar karena menangis.

Loh? Kok?

"Sayaang jangan nangis" Iqbaal kembali memeluk (Namakamu). "Yaudah kalo kamu gamau minum obat, aku gabakal maksa lagi"

Sementara itu (Namakamu) kembali memejamkan matanya. Kepalanya pusing, tapi ia tidak mau minum obat. Aneh memang.

"Cepet sembuh ya, biar besok bisa jalan" ucap Iqbaal pelan, bahkan hampir berbisik.

☁☁☁

Suhu tubuh (Namakamu) sudah kembali normal, tapi wajahnya masih terlihat pucat. Oleh karena itu Iqbaal tidak mau membangunkan (Namakamu). Semua tugas yang seharusnya dilakukan (Namakamu) diambil alih oleh Iqbaal.

"(Nam)" panggil Iqbaal pelan.

(Namakamu) mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia tersenyum saat melihat Iqbaal disampingnya.

"Makan dulu ya, terus minum obat" pinta Iqbaal yang dibalas anggukan oleh (Namakamu). Kemudian ia mengubah posisinya.

"Kamu bikin bubur sendiri?" tanya (Namakamu) antusias.

Iqbaal hanya mengangguk sambil tersenyum. "Makan yang banyak. Biar cepet sembuh"

(Namakamu) tersenyum hangat. Tapi senyumnya memudar ketika melihat wajah lelah Iqbaal dan kantung matanya. "Kamu pasti capek" Iqbaal menaikkan kedua alisnya.

Love [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang