Saat ini yang dibutuhkan (Namakamu) hanyalah ketenangan. Setelah berbagai kejadian yang membuatnya sakit hati baru kali ini (Namakamu) merasakan puncaknya. Sakit, kecewa, pedih, marah, dan sedih bercampur menjadi satu.
Duduk di sudut kamar dengan kedua tangan memeluk kakinya. Itulah yang dilakukan (Namakamu) sekarang. Entah kenapa tapi dari tadi air matanya tidak bisa berhenti mengalir. Sesakit itukah rasanya dikhianati oleh orang yang benar-benar kita percayai? Entahlah.
Disaat seperti ini listrik dirumah tiba-tiba mati. Tapi (Namakamu) sama sekali tidak menghiraukannya. Pikirannya benar-benar kacau saat ini. Sendiri, sepi dan gelap. Itu yang (Namakamu) rasakan.
Ada sesuatu yang janggal. (Namakamu) merasa ia tidak sendirian saat ini. Sedikit cahaya redup yang (Namakamu) perkirakan berasal dari lilin mulai memenuhi kamar.
"Happy Birthday, sayang"
(Namakamu) hapal betul dengan suara ini. Suara seseorang yang telah membuatnya menjadi seperti ini. Perlahan (Namakamu) mendongak dan mendapati Iqbaal dengan kue tart ditangannya.
TAK. Lampu kembali menyala.
"Semoga di umur yang ke-18 ini kamu semakin dewasa. Bisa menyikapi permasalahan yang kita hadapin baik-baik, dan semoga kamu tambah sayang sama aku. Semua wish terbaik buat kamu (Nam)" ucap Iqbaal seraya tersenyum manis.
"Baal" lirih (Namakamu).
"Kamu berdoa, terus tiup lilinnya. Habis itu aku bakal jelasin semuanya"
Wush
(Namakamu) meniup lilinnya setelah berdoa di dalam hati.
"Aku minta maaf ya, beberapa minggu ini aku jahat sama kamu. Aku bikin kamu sakit hati terus. Tapi aku nggak berubah, itu cuma salah satu bagian dari naskah drama yang udah aku buat. Aku sengaja mau kasih surprise kamu," Iqbaal menjeda penjelasannya. "Dari Vanesha, Bunda, Mama Papa, Laras, mereka juga udah tau rencana ini. Tapi satu hal yang harus kamu tau, aku gak mungkin bikin skenario nyakitin kamu. Soal Vansesha dan aku tampar kamu itu kita bener-bener gak sengaja. Refleks (Nam). Aku minta maaf" tutur Iqbaal dengan penuh penyesalan.
(Namakamu) tidak mampu berkata-kata lagi. Sepersekian detik kemudian ia memeluk Iqbaal erat. Sangat erat.
"Jangan kaya gitu lagi, aku takut Baal. Aku gamau sendirian" lirih (Namakamu).
Iqbaal sangat merasa bersalah. Gadisnya ini benar-benar hancur karena rencana yang dibuatnya.
"Nggak akan pernah aku gini lagi. Pegang janji aku (Nam)"
Iqbaal melepaskan pelukan (Namakamu). Perlahan ia membantu (Namakamu) berdiri dan mengajaknya keluar kamar.
"HAPPY BIRTHDAY (NAMAKAMU) SAYANG"
Ayah, Bunda, Teteh, Mama, Papa, Aldi, Fauzan, Namira, Rafto, Maura, Dana, Laras, dan Vanesha.
Sungguh, ini diluar dugaan (Namakamu). Bahkan ia tidak ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Setelah semua memberikan ucapan dan harapan, kini tiggal Vanesha yang terakhir.
"Happy Birthday (Nam), gue gamau wish panjang panjang intinya yang terbaik aja buat lo. Maafin gue ya, udah bikin lo salah paham. Ini bukan rencana gue, tapi Iqbaal yang minta. Dan masalah di PIM waktu itu, sumpah gue gak sengaja. Gue bener-bener nyesel nampar lo (Nam). Sekali lagi maaf" jelas Vanesha panjang lebar.
(Namakamu) memeluk Vanesha. "Gapapa Sha. Makasih ya karna lo udah mau bantu"
Vanesha tersenyum hangat. "Anything for you, (Nam)"

KAMU SEDANG MEMBACA
Love [IDR]
Fiksi PenggemarSefruit cerita yang tidak direncanakan. 1st published January 22, 2018.