16. New life

7.9K 723 9
                                    

Setelah 3,5 tahun kuliah akhirnya Iqbaal di wisuda tahun lalu. Menjadi mahasiswa dengan nilai yang sangat baik dan memang otak nya yang encer membuat Iqbaal selesai lebih cepat setengah tahun dibandingkan teman-teman seangkatannya.

Tidak banyak yang berubah sejak beberapa tahun terakhir. Hanya Rafto dan Maura yang sudah bertunangan, Fauzan dan Namira yang sebentar lagi akan menikah dan Aldi yang masih mencari tambatan hatinya.

Iqbaal bekerja, sementara (Namakamu) kuliah. Itulah kehidupan mereka sekarang. Walaupun keduanya sibuk tapi mereka tetap bisa mengatur waktu.

"Tumben ngga megang macbook, gaada tugas yang?"

(Namakamu) memutar kedua bola matanya. "Sok romantis yang yang-an"

Iqbaal tertawa kecil. "Sekali-sekali (Nam)"

"Iya nih aku free, dosen lagi baik"

Iqbaal mengangguk angguk paham. "Gimana rasanya kuliah?"

"Capek. Banyak tugas, pusing aku" jawab (Namakamu).

Iqbaal tersenyum. "Baru juga satu setengah tahun kuliah udah bilang gini"

"Iya kan aku kira gak bakal se capek ini" ucap (Namakamu) sambil menyenderkan kepala nya ke dada bidang Iqbaal.

"Walaupun sibuk tetep harus jaga kesehatan ya, jangan lupa makan"

(Namakamu) mengangguk kecil. "Aku laper. Masak bareng yuk?"

"Gak takut kalah?" cibir Iqbaal.

"Jangan ngerusak mood aku dong"

Iqbaal mengacak-acak rambut (Namakamu) pelan. "Iya sayang, ngga"

11.20 pm

Iqbaal terbangun saat merasakan kasur disebelahnya kosong. Tidak ada (Namakamu) disana. Iqbaal melihat ke arah pintu balkon yang sedikit terbuka. Ternyata ada (Namakamu) di luar.

"Kamu ngapain disini? Udah malem sayang, ngga bagus buat kamu"

(Namakamu) menggeleng pelan. Iqbaal merasa ada sesuatu yang janggal. Ia memeluk (Namakamu) dari belakang.

"Kenapa hm?"

"Gapapa Baal"

Iqbaal tau (Namakamu) sedang berbohong. Jika sudah seperti ini Iqbaal hanya diam menunggu (Namakamu) menceritakan semuanya sendiri. Tiba-tiba Iqbaal merasakan badan (Namakamu) bergetar.

"Kamu kenapa?" tanya Iqbaal dengan nada khawatir.

(Namakamu) tidak menjawab. Hanya isakan yang terdengar dari mulut (Namakamu). Tak lama kemudian (Namakamu) berbalik dan memeluk Iqbaal.

"Maafin aku" ucapnya lirih.

Iqbaal merasa bingung tentu saja. "Minta maaf apa? Kamu ngga ada salah (Namakamu)"

(Namakamu) menggeleng kuat. "Maaf aku gak bisa menuhin keinginan kamu buat punya anak"

Iqbaal terdiam. Ternyata karena hal ini (Namakamu) menangis. Iqbaal melepaskan pelukannya dan menatap lekat (Namakamu).

"Bukan ngga bisa, tapi belum saatnya" ucap Iqbaal seraya tersenyum.

"Bunda ayah mama papa udah pengen banget punya cucu. Cuma sama aku mereka berharap. Sedangkan kita udah nikah hampir empat tahun tapi belum punya anak, Baal" tutur (Namakamu) lemah.

Iqbaal menangkup kedua pipi (Namakamu). "Cepat atau lambat kita pasti punya anak, (Nam). Mungkin yang diatas masih belum percaya sama kita"

Iqbaal memeluk (Namakamu) sekali lagi lalu mengusap airmatanya. Setelah itu keduanya masuk ke kamar dan Iqbaal segera menutup pintu balkon.

Love [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang