"Jangan berhenti. Sekali kau memulainya kau harus menyelesaikan sampai tujuanmu tercapai, sebusuk apapun itu"
🎼🎼🎼
"Eomma" panggil Nayeon.
Wanita parubaya itu menoleh dan menghampiri puterinya. Ia melepas semua aktivitas yang ia lakukan.
"Apa yang akan eomma lakukan dengan baju-baju dan koper ini?"
Jihyo terdiam sambil menatap sendu dwimanik Nayeon. Ia mencoba membangun kekuatan dibalik rapuhnya. Akan lebih baik jika ia bisa bertahan supaya tidak mengeluarkan air mata menyesakkan itu.
"Kita akan pergi dari rumah ini"
"Waeyo? Kenapa tiba-tiba sekali eomma? Lalu dimana kita akan tinggal?"
"Eomma sudah menyewa rumah untuk kita tinggali, mungkin tidak mewah tapi setidaknya kita bisa tinggal disana" jeda diantara kalimat Jihyo membuat senyum diwajah wanita parubaya itu memudar, "Nayeon-ah, untuk sementara ini kau jangan pergi kuliah"
"Mwo? Eomma, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba kita harus pindah dan aku tidak boleh kuliah?"
Jihyo menarik nafas panjang, hatinya terlampau sakit tapi ia tak punya pilihan lain.
"Saat kau sedang tak sadarkan diri kemarin, terjadi sebuah pertengkaran hebat dirumah ini. Nyonya dan Tuan Kim tahu jika Jisoo yang sudah membuatmu terluka. Awalnya mereka ingin menutupi hal itu tapi appa-mu terlanjur mengetahuinya, entahlah hubungan mereka memanas dan eomma tidak yakin. Yang eomma tahu, appa-mu akan mengakhiri kerja sama bisnis mereka. Mianhae Nayeon-ah ternyata selama ini bukan tuan Kim yang sudah membiayai sekolahmu, tapi appa-mu. Dia mengatas namakan tuan Kim agar kau dan eomma mau menerimanya"
Nayeon terperanjat. Banyak fakta baru yang ia temukan. Sebenarnya Nayeon tidak terlalu kaget masalah siapa yang membiayai kehidupannya selama ini, ia hanya berfikir tidak mungkin jika tuan Kim rela mengeluarkan banyak uang hanya untuk dirinya.
Gadis itu hanya berpura-pura tidak tahu didepan ibunya karena ia tidak ingin menjadi beban untuk ibunya.
Hal yang Nayeon takutkan kini terjadi, Jihyo akhirnya mengetahui hal itu dan dia sangat menyalahkan dirinya karena itu.
Suasana yang hening tiba-tiba terpecahkan oleh suara ketukan pintu dikamar Jihyo dan Nayeon. Ketukan pintu itu terdengar lembut dan konstan. Nayeon yang berdiri dekat dengan pintu pun segera membukakan pintu untuk sang pengetuk.
"Nayeon-ah" panggil nyonya Kim lesu.
Wanita yang memakai pakaian ala sosialita itupun masuk kedalam kamar yang lumayan sempit baginya.
"Kumohon, tolong pertimbangkan keputusan kalian. Jihyo-ah, kumohon jangan pergi dari rumah ini. Kita masih bisa kan mendiskusikan masalah ini?" tambahnya sambil mendekat pada ibu Nayeon.
Belum ada jawaban dari kedua ibu dan anak ini. Sang anak bingung harus berkata apa sedang sang ibu malas berkata apapun.
Kini nyonya Kim mengeluarkan air mata yang entah sejak kapan ia bendung, "Kumohon Nayeon-ah, Jihyo-ah jangan pergi dari rumah ini"
"Chuseonghaeyo, tapi aku dan Nayeon akan tetap pergi dari sini" Jihyo membungkuk sekilas, "Kami pamit" setelahnya ia beralih pada puterinya, "Ayo Nayeon-ah"
••••
Satu per satu mahasiswa sudah Yerin serbu dengan pertanyaan seputar Nayeon, dimanakah yeoja itu, sejak kapan ia tidak masuk kuliah, apakah ada yang tahu kenapa ia menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER EVER ✔ [COMPLETED]
Fanfiction[PJY-INY] AKU adalah seorang sinderela didunia mimpi, tapi didunia nyata aku hanya seorang upik abu. Aku tidak akan pernah bisa menggapainya. -Im Nayeon- KAU adalah kau, dia adalah dia, tidak ada yang bisa menyamakanmu dengan dia. Aku tidak akan per...