Sudah satu minggu sejak Jinyoung sadar dari koma. Kini namja itu sudah terlihat bugar meski kepalanya masih dibalut kain perban. Ia pulih dengan cepat, bahkan sejak kemarin namja Park itu sudah bisa melepas infusnya.
Sejauh ia mengingat, Jisoo-lah kekasihnya, Jisoo-lah gadis yang ia sayang, dan Jisoo-lah alasannya bahagia. Semua memory nya menghapus bersih tentang nama dan rupa Nayeon. Itu membuat Nayeon tidak bisa terlalu mendekati Jinyoung.
Ia tidak bisa memaksakan egonya karena itu bisa membahayakan Jinyoung, namja yang sangat berharga baginya.
"Nuna-ah"
Nayeon menoleh saat seseorang mencoba memanggilnya.
"Eoh, Bambam-ah"
"Nuna gwencanha?"
"Aku baik-baik saja"
"Aku tidak yakin jika nuna baik-baik saja"
"Mungkin kau benar, bagaimana bisa aku baik-baik saja saat Jinyoung melupakanku, dan bagaimana aku bisa baik-baik saja ketika Mina,temanku sendiri bertingkah sangat mencurigakan"
Nayeon menangis.
"Nuna-ah, aku mengerti bagaimana perasaanmu. Kau harus kuat nuna. Jinyoung-hyung hanya butuh waktu, jadi bersabarlah nuna"
"Bambam-ah, apakah sudah ada berita dari kantor polisi tentang siapa pelaku utamanya?"
"Aniyo. Polisi masih mencoba menginterogasi Lisa dan Jenny. Tapi mereka tetap tidak mau mengaku"
"Keundae, bagaimana kalian tahu jika Lisa dan Jenny hanya orang suruhan?"
"Mereka memang membantah sudah bekerjasama dengan seseorang, tapi menurut penyelidikan polisi mereka sempat berkomunikasi dengan seseorang yang saat ini sedang dilacak keberadaannya"
"Memangnya apa isi percakapan mereka?"
"Entahlah nuna, eumm aku akan katakan pada nuna tapi berjanjilah untuk tidak mengatakannya pada siapapun"
"Geurrae"
"Lisa dan Jenny berencana menyelakai Jisoo atas perintah seseorang"
"Jisoo? Kenapa dengan Jisoo?"
"Hanya itu yang bisa diidentifiksi polisi cyber, kemungkinan mereka banyak melakukan komunikasi untuk menyusun rencana secara lisan, jadi pihak polisi sedikit kesulitan melacak dimana sebenarnya orang yang membayar Lisa dan Jenny"
"Kenapa mereka senekad itu?"
"Meolayo, nuna aku pergi dulu. Tenangkan pikiranmu"
"Eoh, ne Bam-ah"
Bambam pergi meninggalkan Nayeon yang masih duduk dikursi panjang koridor rumah sakit.
Besok yeoja itu sudah diperbolehkan untuk pulang, Jihyo juga sudah membereskan barang-barang Nayeon kedalam sebuah tas besar.
••••••
Nayeon datang ketika Jisoo sedang menyuapi Jinyoung dengan semangkuk bubur. Melihat temannya datang, Jisoo segera berdiri menghadap Nayeon yang masih mematung didepan pintu kamar inap Jinyoung.
"Eoh Nayeon-ah, kemarilah"
Nayeon berjalan pelan mendekati Jisoo dan Jinyoung.
"Aku akan pulang hari ini" ungkap Nayeon.
"Jinca? Tainghida. Aku harus menunggu beberapa hari untuk keluar dari rumah sakit" kata Jisoo.
Terlihat senyum merekah diwajah Nayeon yang kusam, ia sedang banyak pikiran sehingga wajah cantiknya terpaksa ia korbankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER EVER ✔ [COMPLETED]
Fiksi Penggemar[PJY-INY] AKU adalah seorang sinderela didunia mimpi, tapi didunia nyata aku hanya seorang upik abu. Aku tidak akan pernah bisa menggapainya. -Im Nayeon- KAU adalah kau, dia adalah dia, tidak ada yang bisa menyamakanmu dengan dia. Aku tidak akan per...