Seratus per Seratus

2.3K 329 128
                                    

Author : callmeong

Genre : Angst, Drama😂

Type : YAOI

Rate : T+

This ff is dedicated for OngNielNation OS Project.



° ° ° ° °

Setetes tinta terhempas; setitik hitam terekat.

Setitik asa telah menghilang, lantas harus dengan apa lagi saya bertahan?

° ° ° ° °






Sudah berapa lama mereka tidak bertemu? Seratus hari? Seratus bulan? Seratus tahun? Hahaha bercanda, umur mereka bahkan tidak sampai setua itu.

Sebuah pertemuan, sebuah perpisahan, dan sebuah penantian. Takdirlah yang menggariskan kehidupan mereka.

Bagi yang terlepas memanglah bebas, tetapi yang ditinggal? Ah, orang merindu memang bisa apa?

Ong Seongwoo, seorang pengekang yang takut kehilangan, melepaskan kekasihnya untuk sebuah kebebasan.

Bagai burung yang terpenjara di dalam sangkar, hari-hari kebebasan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, kan?

Burung itu pun terbang sejauh-jauhnya. Pergi selama mungkin sampai merasa puas, walaupun ia tak akan pernah puas.

Kemudian akibatnya, sepotong hati pun merindu tak berkesudahan, sepotong hati kedua terus saja melupa, dan sepotong hati lainnya datang, mencoba mengisi sebuah kekosongan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Seongwoo!"

Seongwoo sontak membalikkan badannya, lalu mendapati seseorang berbadan tegap berdiri di hadapannya.

Dia tersenyum. Sosok itu, sosok yang selama ini dirindukannya.

Sedetik.

Dua detik.

Tiga detik.

Berangsur menghilang, ilusi indah pun terganti dengan kenyataan. Hey Seongwoo, sadarlah, ini bukanlah dia.

"Minhyun..."

Minhyun tersenyum tipis, mencoba melupakan raut wajah kecewa yang ditujukan Seongwoo kepadanya beberapa detik yang lalu.

"Mana pelukan untukku? Bukankah lama bagi kita tidak bertemu?"

Seongwoo tertawa kecil, menutupi wajah cantiknya dengan kedua tangan kecilnya.

"Hahahah,"

"Hei Seongwoo,"

Minhyun mendekat. Tangannya terulur, menangkup dengan apik wajah Seongwoo. Jari-jemarinya dengan pelan pun menyelusup, menggenggam jari-jemari kurus Seongwoo.

Basah. Jari Seongwoo basah. Di samping itu, suhu tubuh Minhyun yang dingin dengan mudah merasakan bahwa suhu Seongwoo panas. Jangan bilang-

"Jangan bilang tadi malam kau tidak tidur."

"Jangan bilang tadi malam kau masih menunggu si brengsek itu."

"Jangan bilang tadi malam-"

"Minhyun, berhentilah mengintrogasiku."ucap Seongwoo sambil melepaskan genggaman Minhyun. Bersamaan dengan itu, tangan Seongwoo pun terlepas dari wajahnya.

SCIENTIST LIBRARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang