temu adalah waktu
manusia adalah bidak
dari rasa baru
sendu, rindu, dan teka-tekiGadis itu larinya tampak tergesa. Khawatir guru yang ia cari sudah pulang, tugas rangkuman ini akan sia-sia. Bu Martha keluar kelas terlebih dahulu karena Aries terlalu lama mengerjakan tugasnya. Semua salah bertumpu kepada Jodi, Kevin, dan Abdul yang meminjam bolpoinnya sampai tak ada yang tersisa.
"Aww!" Aries jatuh terduduk, memekik.
Sebuah sentuhan keras namun lembut, berbaku hantam dengan kepalanya.
"Lo nggak apa-apa?"
"Kamu siapa?"
***
Sepanjang tapak kakinya menuju ke kelas, desas-desus itu seakan menghantuinya. Dari setiap gadis yang tak sengaja ia temui, hampir semua topik yang diperbincangkan adalah: mengenai si murid baru.
"Ganteng banget sumpah, anaknya!"
"Nama Instagramnya apa?"
"Ih, jadi pengin kenalan, deh."
Seperti sebuah fenomena alam yang jarang terjadi saja.
Sesampainya di kelas, Aries lekas mengeluarkan semua bukunya yang berisi tugas. Menurutnya, itu lebih penting daripada sekadar membahas mengenai fenomena yang sedang ramai diperbincangkan oleh orang-orang, yaitu si murid baru.
Seseuai harapan, Libra sudah ada terduduk di bangkunya. Aries memiliki sebuah keterbatasan yang hanya mampu dibantu oleh Libra, yaitu masalah di bidang perhitungan dan analisis seperti fisika.
"Hai, Libra. Ari mau nyontek fisika, dong."
"Gak."
"Ada kata selain itu, nggak?"
"Masih punya otak?"
"Seperti, 'oh, boleh banget, Ri. Sini, sekalian aku kerjain.' Gitu."
"Dih, ogah banget."
"Ish. Ayolah, Libra."
"Punya otak tuh pake mikir, makanya. Biar lo nggak bego-bego amat."
"Iya, nanti. Katanya otak Ari lagi kelelahan."
Libra mengembuskan napas perlahan, barang sejenak, sebelum menyerahkan bukunya kepada Aries. Sebab, sekeras apa pun ia menolak, Aries tetap akan memaksanya. Buang-buang waktu.
"Nih."
Aries menerima dengan penuh semangat. "Emang teman sebangku paling top deh Libra, mah. Dengan ini, Ari jadinya nggak perlu repot-repot mikir."
Dalam hati ia membatin, Lo emang teman sebangku paling bego.
***
Kota Kembang saat ini memang sering kali menangis. Memenjarakan semua manusia dalam ruang terbatas, terhalang dinding air yang menjadi penyekat setiap makhluk dengan semestanya. Sampai-sampai rok bagian bawahnya mengerut ketakutan terkena bulir-bulir air yang menyiprat setelah pecah menghambur di atas tanah.
Tak ada pilihan lain selain menunggu. Berkat Ali yang tidak bisa datang mejemput, terpaksa Aries menemani riak-riak air hujan yang meminta ditemani hanya untuk sekadar berbincang.
"Belum pulang?"
"Hah?"
"Belum pulang?" tanyanya lagi.
"Kamu siapa?"
Maha turun dari mobilnya, lalu duduk di bangku halte sebelah Aries.
"Wajar, sih, kalau kita belum kenal."
KAMU SEDANG MEMBACA
kita
Teen FictionKepingan-kepingan dari masa yang seharusnya sudah lalu menolak jatuh. Akan tetapi, hatinya sudah hampir runtuh. Hanya saja, berkat kita yang berjuang, yang terluka, yang sama, manusia ini bisa menerima kepulangan paling lapang. Lalu kita, yang bahag...