08| Sebuah Suara Kecil Ketidakrelaan

8.2K 436 79
                                    


seperti ini,

manusia adalah bentuk

dari segala ketidakpastian

nalar dan nurani saling bersinggungan

hati pasrah

logika menolak patah

bahwa ia,

keberatan




Kamu tahu sendirilah bagaimana risinya ketika kehidupan nyaman kita terusik hanya karena ulah manusia yang Maha Benar itu rasanya mengganggu sekali.

Sebuah berita yang membuat suasana hatinya kembali memburuk, datang kala pagi. Di mana lagi-lagi sebuah potret tak mengenenakan serentak tersebar di beberapa akun mendia sosial siswi di sekolah ini.

"Awas ih. Ari mau duduk! Libra pindah ke kursi Ari dulu. Lagi males duduk nyender ke tembok. Biasanya suka ada setan yang ganggu. Maklumlah, Aries kan cantiknya tak tertandingi." Seraya mendengus, Libra menurut saja supaya cepat.

"Lo kenapa, sih?"

"Ari tuh kesal, Libra, kesal!"

"Bodo, ah. Gue mah kagak mau tahu."

"Tadi kan kamu nanya, Libra, makanya Ari jawab! Ngajak gelut?"

"Kayak yang berani aja lo, Kutil!"

"Ayo ke lapangan. Gelut sama Ari sekarang."

"Ogah!"
Libra mengeluarkan ponselnya, lalu memasang earphone seperti biasa.

"Ah, dasar. Libra cemen. Masa nggak berani lawan Ari, sih?"

Diksi-diksi itu terdengar seperti mengejek di telinga Libra. Sedikit terpancing, ia menoleh cepat lalu menyentil kening Aries.

"Aw! Kok malah nyentil, Ari, sih? Sakit nih."

Libra menyeringai. "Apa kabar yang katanya mau gelut sama gue?"

"Baik. Jadi mau kapan, nih?" tanya Aries.

"Lo—"

"Kenapa?"

"Au, ah!"

Libra mendengkus. Kesal sebenarnya. Kesal sekali. Akan tetapi apalah arti kekesalannya jika gadis bego di sampingnya saja tidak mengerti.

"Eh, Libra juga suka lagu-lagunya Aisha Badru?"

"Eh?"

"Ih, Ari juga suka tuh lagu-lagunya dia. Lord Huron, Austin Basham, juga Ari suka dengar kok."

"Ri, ini lo, kan?"

"Iya, ini Ari. Kenapa emang?"

Libra menggeleng. "Gue kira selera lo cuma sebatas lagu balonku ada lima aja. Ternyata boleh juga." Libra sedikit menarik salah satu sudut bibirnya ke atas.

"Hei, Ari udah bukan anak-anak lagi, ya!"

"Tapi menurut gue, lo kayak bocah!"

"Tapi, sih, dari dulu sampai sekarang Ari paling suka sama lagu-lagunya Sia tuh."

"Sia?" tanya Libra.

kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang