tidak perlu mengerti
manusia hanya perlu percaya
dengan rasa,
lalu sadari
ia adalah yang paling peduliKedapatan jadwal piket di hari yang sama dengan Libra, Jodi dan Kevin, sedari tadi Aries hanya diam menyaksikan bagaimana cara piket Jodi dan Kevin yang terbilang aneh. Yang satu mengepel lantai, yang satu menginjaknya lagi sambil menyapu. Aries mengembungkan pipinya bosan. Terus saja seperti ini, sampai tiga kali lebaran pun tak akan selesai-selesai.
Jika Libra sudah selesai dengan mengangkat semua kursi ke atas meja, Aries yang kebagian bersih-bersih debu belum sama sekali ia kerjakan. Entah kenapa, hari ini ia merasa sangat kelelahan. Selalu merasa haus, sakit kepala, juga sedikit sakit punggung. Perubahan yang paling kentara adalah, suasa hati Aries saat ini sedang memburuk.
Biasanya, jika gejala-gejala di atas terjadi, maka, sebentar lagi tamu bulanan Aries akan berkunjung. Raut mukanya menunjukan seakan-akan berani menanggunya sekarang, hidup anda tidak akan tenang. Matanya memicing, tangannya bersedekap.
Hampir seluruh lantai di kelasnya sudah Jodi pel, dan hampir semuanya juga Kevin injak lagi sambil menyapu. Jejak kakinya tercetak jelas di permukaan lantai yang masih basah. Jodi belum menyadari itu, karena kepalanya tertunduk dengan earphone yang terpasang di telinganya. Libra saja yang memperhatikan sampai geleng-geleng kepala.
"Ri, minggir dulu! Gue mau pel bagian situ," titah Jodi dengan kepala yang masih tertunduk.
Aries bergeser sedikit dari tempatnya, tak lama berselang, kini Kevin yang memintanya untuk beranjak. "Ri, minggir juga dong! Gue mau sapu bagian situ."
Aries mulai geram. Kemudian ia bergeser agak jauh dari tempatnya melewati lantai yang sudah di pel Jodi. Jodi mendongakkan kepala, tadinya ia hanya akan menegur Aries saja. Namun matanya membelalak sempurna. Lantai yang sudah ia pel tadi, penuh dengan jejak kaki yang tersamar sedikit seperti sudah tersapu seseorang.
Jodi naik pitam. Pandangannya langsung terlempar kepada seorang laki-laki yang sedang asik menyapu di atas lantai sambil sesekali menggoyangkan pinggulnya padahal tak ada musik yang mengalun. Langsung saja Kevin mendapat segala umpatan atas bentuk kekesalan Jodi.
"Dasar goblok! Jadi selama gue ngepel tadi, sama lo diinjak lagi, Nyet? Sialan banget, sih, lo." Jodi bekacak pinggang setelah membanting gagang pel itu penuh emosi ke lantai. Matanya menatap tajam Kevin. Sementara yang ditatap malah cengengesan.
"Ya maaf-maaf. Kan biar cepat selesai." Kevin memberikan cengiran termanisnya.
"Cepat pala lo gue, bacok! Kalau gini malah makin lama, njing." Emosi Jodi sudah mencapai puncaknya. Begitu meluap-luap.
"Bisa gak pakai berisik, gak?" sentak Aries tiba-tiba membuat Jodi dan Kevin terdiam sesaat sambil menolehnya.
"Biasa aja dong, Ri, ngomongnya. Gak usah nyentak segala," balas Jodi sengit.
Seketika suasana di antaranya berubah menegang. Dua pasang mata itu saling melempar tatapan tajam satu sama lain. Sama-sama tenggelam dalam emosi, tak bisa berpikir jernih. Masih tetap di tempatnya, Kevin mengigit kuku jarinya takut, sementara Libra terlihat begitu santai menonton.
"Gue gak nyentak, lo. Lo-nya aja yang sensi." Sungut Aries mulai membara. Ini adalah kali pertamanya Jodi mendengar Aries menyebut dirinya sendiri dengan sebutan 'gue'.
"Kok, lo malah nyalahin gue, sih? Lo aja kali yang lagi sensi!" sentak balik Jodi tak terima.
Selalu saja seperti ini jika Aries sedang PMS. Ia menjadi sosok yang pemarah. Akan tetapi jika ia sekali kena sentak, air matanya tak kuasa untuk ia bendung dan mengalir dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
kita
Teen FictionKepingan-kepingan dari masa yang seharusnya sudah lalu menolak jatuh. Akan tetapi, hatinya sudah hampir runtuh. Hanya saja, berkat kita yang berjuang, yang terluka, yang sama, manusia ini bisa menerima kepulangan paling lapang. Lalu kita, yang bahag...