catatan terakhir
perjalanan hidup seorang manusia
adalah kepergian
akan ada luka
akan ada kecewa
akan ada duka
terangkum dalam hati
yang kosongKarena lelah menunggu lama, akhirnya Jodi, Kevin, dan Abdul memilih pulang terlebih dahulu ke rumahnya masing-masing dari beberapa jam yang lalu. Sekarang Aries berada sendirian di dalam kamarnya, dengan lampu yang sengaja ia matikan.
Ia masih berharap bahwa Libra akan datang ke rumahnya. Akan tetapi, sudah hampir dua jam menunggu, laki-laki itu tak kunjung datang.
Kue ulang tahun yang Aries beli tadi sudah mulai luruh. Lilin angka '17' yang tertancap di atasnya sedikit demi sedikit mulai kehilangan keagungannya. Sudah banyak pesan yang ia kirim, namun tak ada satu pun yang terbalas. Sudah beberapa kali ia melayangkan telepon, tak ada satu pun yang terangkat.
Sebenarnya ada apa ini, semesta? gadis itu benar-benar resah. Kemudian, Aries mencoba menelepon Libra sekali lagi. Namun, hasilnya sama saja.
Setitik perasaan cemas datang menghinggapi relung hati Aries. Sebenarnya ada apa dengan Libra? Apa ada sesuatu yang buruk terjadi padanya? Aries tahu kalau Libra pasti sedang sibuk menjaga Emily, tapi biasanya laki-laki itu selalu bisa menyempatkan waktu dan Emily memahami itu.
"Libra, kamu ke mana, sih?"
Kemudian Aries berjalan bolak-balik di dalam kamarnya dengan perasaan harap-harap cemas. Kenapa hatinya jadi tidak tenang seperti ini? Namun, dengan cepat Aries menampik pikiran-pikiran negatif yang mulai membercandai otaknya.
Sebentar lagi, jam dinding yang ada di kamar Aries akan menunjuk angka '9' dengan sempurna. Gadis itu mendengkus pendek, lalu memasukkan kembali kuenya ke dalam kotak. Keputusannya sudah bulat. Ia akan merayakan ulang tahun Libra di rumah sakit saja bersama Emily.
Untungnya, malam itu Ali sudah pulang dari kantornya. Ia tak perlu khawatir dengan siapa ia akan pergi. Setelah selesai bersiap-siap, gadis itu menghampiri ayahnya yang sedang duduk santai di ruang keluarga sembari membaca koran dan ditemani secangkir kopi.
"Mama mana?" tanya Aries sambil mendudukkan pantatnya di sebelah Ali.
"Sudah tidur, dia."
"Ayah mau ya anterin, Ari?"
"Kamu mau ke mana, Ari? Sudah malam gini."
"Ari mau ke rumah sakit, Yah. Mau rayain ulang tahun Libra di sana."
"Kok, rayainnya di rumah sakit, sih, Ri? Kayak gak ada tempat lain aja," tanya Ali bingung.
Aries menghela napas perlahan. "Iya, soalnya adik Libra sakit, dan dirawat di sana."
"Apa nggak apa-apa? Ayah rasa, ini bukan waktu yang tepat buat kamu rayain ulang tahun Libra," ujar Ali khawatir.
"Nggak apa-apa, kok, Yah. Emily pasti senang banget Ari datang ke sana."
"Ya sudah Ayah antar kamu. Tapi jam dua belas nanti Ayah jemput lagi, ya?"
"Siap Ayahku yang gantengnya kayak Kim Taehyung. Hihi."
Ali hanya menggelengkan kepala heran menanggapi tingkah anaknya yang masih kekanak-kanakkan. Kemudian laki-laki paruh baya itu mengambil jaket kulit dan langsung memakainya.
"Ayo, Ri."
Aries berdiri dan langsung mengikuti Ali yang sudah berjalan terlebih dahulu di depannya. Mobil yang memang masih terparkir di halaman rumahnya langsung Aries naiki dan duduk di samping Ali yang sudah siap dengan kemudi.
Dalam suasana yang sunyi sepi, ayah dan anak itu membelah jalanan Kota Bandung yang ramai lancar malam itu. Sesampainya di sana, Aries langsung meloncat turun dari mobil Ali dan mencium punggung tangan lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
kita
Teen FictionKepingan-kepingan dari masa yang seharusnya sudah lalu menolak jatuh. Akan tetapi, hatinya sudah hampir runtuh. Hanya saja, berkat kita yang berjuang, yang terluka, yang sama, manusia ini bisa menerima kepulangan paling lapang. Lalu kita, yang bahag...